Surabaya - Perjuangan Pemerintah Kota Surabaya untuk menekan penyebaran Covid-19 akhirnya membuahkan hasil. Kota Pahlawan yang sebelumnya zona merah saat ini berubah menjadi zona oranye dalam peta Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pusat.
Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi mengatakan pemberian warna zona ini bukan ditentukan oleh gugus tugas Jatim. Tetapi pewarnaan zona ditentukan oleh Gugus Tugas pusat.
Maka ini penilaiannya bukan kumulatif, tapi penurunannya.
Penentuan kriteria zona berdasarkan tiga faktor besar yakni Epidemiologi, surveilans, dan pelayanan kesehatan. Namun, dari sekian kriteria ini sisi epidemiologi yang paling penting. Apalagi penilaian paling banyak 10 persen. Salah satu penilaiannya adalah penurunan jumlah pasien Covid-19 yang meninggal.
"Maka ini penilaiannya bukan kumulatif, tapi penurunannya," kata Joni di Surabaya, Selasa 11 Agustus 2020.
Baca juga:
- Swab 4 Pedagang Pasar Osowilangun Surabaya Negatif
- Penyintas Covid-19 Asal Jambi "Wisuda" di Surabaya
- Imbauan Polda Jatim Tak Gelar Tasyakur Agustusan
Joni mengaku evaluasi zona dilihat dari sisi perkembangan penularan Covid-19. Jika ada penurunan selama 14 hari atau dua Minggu, maka, pewarnaan zona bertujuan untuk memudahkan orang melihat risiko suatu daerah.
Meski sudah menjadi zona oranye, bukan berarti penularan tidak ada. Mengingat zona oranye masih ada orang terkonfirmasi positif. Begitu juga halnya zona hijau, jika tidak menerapkan protokol kesehatan akan bisa tertular.
"Masih bisa tertular. Karena kasusnya masih ada. Sama kalau zona hijau, protokol kesehatan harus tetap harus diterapkan," kata dia.
Joni membeberkan, faktor yang menjadikan zona oranye di Surabaya adalah jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 bertambah. Di mana sebelumnya hanya 99 kini menjadi 127 rumah sakit dan RS Darurat jalan Indrapura Surabaya.
Tak hanya itu saja, jumlah mesin tes PCR mencapai 53 unit, dan TCM sebanyak 23 unit. Dengan begitu, dalam sehari bisa melakukan 4.000-5.349 testing.
"Laboratorium pemeriksaan semuanya berusaha untuk menaikkan (testing), nantinya kita akan lebih representatif," ujarnya.
Selain itu, saat ini warga Jatim yang sudah melakukan rapid test ada 834.418 orang. Maka, satu dari 48 penduduk di Jatim telah dites cepat. Sedangkan tes swab, sudah dilakukan kepada 157.357 orang dari jumlah total 40 juta penduduk Jatim.
"Testing itu PCR 1 dari 256 ribu penduduk. Jadi masih kurang," kata dia.
Untuk diketahui, data sebaran pasien Covid-19 di Jatim hingga Senin 10 Agustus 2019, ada penambahan 295 kasus. Dari jumlah kasus tersebut wilayah Surabaya Raya menjadi penyumbang terbanyak kasus Covid-19 di Jawa Timur.
Dalam catatan Satgas Covid-19 Jawa Timur, Kota Surabaya menjadi penyumbang tertinggi yakni 125 orang. Di bawah Surabaya, ada Kabupaten Sidoarjo dengan 63 kasus dan Gresik 20 pasien. []