Ekspor Ikan Macet, Nelayan Aceh Berhenti Melaut

Nelayan di Provinsi Aceh berhenti melaut karena ekspor ikan ke luar daerah atau luar negeri dihentikan akibat virus corona.
Sejumlah kapal bersandar di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Lampulo, Kota Banda Aceh, Aceh, Rabu, 8 April 2020. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

Banda Aceh - Sejumlah nelayan di Provinsi Aceh yang menggunakan kapal di atas 15 GT berhenti melaut karena ekspor ikan ke luar daerah atau luar negeri dihentikan akibat virus corona atau Covid-19.

Sekretaris Panglima Laot Aceh, Miftach Cut Adek menyebutkan, penghentian tersebut sudah berlangsung beberapa waktu lalu saat pasokan ikan ke Medan, Sumatera Utara bahkan luar negeri seperti China, Jepang dan Korea dihentikan.

“Dampak corona sangat jelas sekali, akibat tidak adanya permintaan ikan dari pasar kita, yaitu Medan dan luar negeri. Jadi tidak ada permintaan dari Medan, karena Medan juga mengekspor ke luar negeri, seperti China, Jepang, Korea,” kata Miftach kepada wartawan di Banda Aceh, Rabu, 8 April 2020.

Ia menjelaskan, negara seperti China, Jepang, dan Korea menghentikan pasokan ikan dari Aceh karena sejumlah restoran di negeri tersebut tutup pasca mewabahnya virus corona. Sebab, selama ini ikan tersebut dipasok untuk berbagai jenis kuliner di negeri itu.

“Ikan-ikan yang diekspor seperti ikan tuna, udang, ikan terapu, dan ikan-ikan yang dibutuhkan restoran luar negeri, sekarang permintaan sudah kurang, tidak ada lagi malah,” ujarnya.

Namun, kata Miftach, baru-baru ini negara-negara tersebut sudah mulai meminta lagi pasokan ikan dari Aceh. Ini terjadi karena kondisi di negeri itu mulai pulih dari virus corona dan restoran mulai dibuka lagi.

Ikan-ikan yang diekspor seperti ikan tuna, udang, ikan terapu, dan ikan-ikan yang dibutuhkan restoran luar negeri, sekarang permintaan sudah kurang, tidak ada lagi malah.

“Tetapi sekarang sudah ada permintaan balik, setelah China pulih dari corona,dan di Jepang juga sudah ada permintaan kembali, tetapi sangat terbatas. Dan akses transportasi sekaranag agak sedikit bermasalah, untuk mengirim barang ke luar negeri,” kata Miftach.

Ia menambahkan, selama virus corona, nelayan Aceh hanya berlayar menggunakan kapal di bawah 15 GT. Tetapi jangkauannya tidak seluas seperti sebelumnya saat virus corona belum melanda.

“Boat-boat kecil yang di bawah 15 GT, mereka tetap melaut. Tetapi sifatnya pergi pagi pulang malam atau sore, one day fishing,” ujarnya.

Kata Miftach, sebelumnya kapal-kapal besar di atas 15 GT yang berlayar mencari ikan jangkauannya lebih luas dan memakan waktu 3 sampai satu minggu. Tetapi, karena kondisi seperti sekarang ini, mereka memilih untuk menunda sementara waktu.

“Yang perginya yang menginap sampai 3 hari atau satu minggu mereka tidak melaut, untuk sementara ini karena harga ikan masih di bawah standar, walaupun mereka pergi harga ikan tidak mencukupi kebutuhan mereka, itu masalahnya, penyebab harga ikan murah dampak corona,” katanya. []

Berita terkait
Tak Takut Corona, Warga Aceh Berkerumun di Warkop
Warga di Kota Banda Aceh, Aceh masih tetap ramai di warung kopi meski kondisi daerah sedang dilanda virus corona atau Covid-19.
Harga Telur Ayam Akibat Dampak Virus Corona di Aceh
Akibat virus corona atau Covid-19, Harga telur ayam mengalami penurunan semenjak sepekan terakhir di Kota Banda Aceh, Aceh.
Petugas Medis Corona Aceh Diusir Warga Saat Pulang
Beberapa tenaga medis yang merawat pasien virus corona di Rumah Sakit RSUZA nda Aceh dilarang kembali ke rumahnya oleh pemilik kos dan warga.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja