Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati berikan pernyataan menohok atas penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebut uang baru pecahan senilai Rp 75.000 dikabarkan tidak berfungsi sebagai alat tukar.
Anies menegaskan, kebijakan mengeluarkan uang baru pada masa pandemi Covid-19 ini tidak elok dilakukan mengingat keadaan ekonomi masyarakat sedang terganggu.
Sehingga orang akan cenderung menyimpannya atau menjadikannya sebagai koleksi. Di sinilah letak ketidakelokannya
"Karena orang tertarik merogoh kocek 75 ribu hanya untuk satu lembar souvenir. Sementara situasi kita sedang sulit," kata Anies melalui siaran pers yang diterima Tagar, Jumat, 21 Agustus 2020.
Anis menilai, walaupun uang rupiah khusus ini dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah, tetapi biasanya masyarakat tidak akan menggunakannya. Menurutnya, secara umum orang tidak akan membelanjakan uang tersebut, karena hanya akan disimpan sebagai koleksi saja.
"Karena walaupun dapat menjadi alat pembayaran, uang rupiah edisi Kemerdekaan ke-75 tahun RI ini dicetak “terbatas”, yakni hanya 75 juta lembar. Sehingga orang akan cenderung menyimpannya atau menjadikannya sebagai koleksi. Di sinilah letak ketidakelokannya," ujar Anis.
Dia berpandangan, uang itu seharusnya dapat digunakan untuk membelanjakan kebutuhan sehari-hari. Namun, masyarakat menyimpannya untuk koleksi, sementara kondisi ekonomi sedang kurang baik.
Menurutnya, uang 75 juta lembar yang dicetak itu akan menjadi nilai yang luar biasa jika semua dibeli oleh masyarakat.
"Berpotensi jadi fresh money untuk negara, dan ditarik dari uang rakyat. Jika dicoba untuk di hitung, 75 juta lembar dikalikan dengan 75 ribu rupiah , maka akan terkumpul uang sebesar Rp 7,5 trilyun. Jumlah yang luar biasa, dan itu murni berasal dari uang rakyat," kata dia.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengingatkan kembali bahwa kondisi pandemi Covid-19 berdampak ke semua sektor ekonomi.
- Baca juga: DPR: Holdingisasi BUMN Oleh Erick Thohir Langkah Maju
- Baca juga: Pecahan Uang Rp 75 Ribu Tidak Menguntungkan Rakyat
"Akan sangat tidak pantas jika saat negara ingin meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi masyarakat malah harus menyisihkan Rp 75.000 hanya untuk uang khusus souvenir. Sesuatu yang memiliki niat baik, tetapi dilaksanakan di saat yang tidak tepat. Dikhawatirkan malah akan menimbulkan polemik panjang," ucap Anis Byarwati.[]