Jakarta - Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Robi Sugara, mengatakan pergantian Panglima TNI yang baru harus mengutamakan profesionalisme.
Robi pun menyesalkan atas satu pendapat yang mengatakan bahwa pergantian panglima TNI harus memikirkan tentang aspek situasi politik menjelang 2024.
"Jika presiden mempertimbangkan pendapat ini, maka sangatlah berbahaya," kata Robi dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar, Rabu, 28 Juli 2021.
Dia menyebut, ada dua alasan mengapa pendapat tersebut sangatlah berbahaya yang cenderung melecehkan institusi TNI.
Alasan pertama, kata dia, pertimbangan menjelang situasi politik pada 2024 yang kemudian, yang tepat adalah hanya matra darat untuk menjadi panglima TNI.
"Itu artinya, ketika panglima TNI dipimpin oleh matra lain, maka seakan-akan matra lain tidak bisa memiliki kapasitas untuk menjaga soliditas di tubuh TNI sendiri," katanya.
Jika presiden mempertimbangkan pendapat ini, maka sangatlah berbahaya.
Alasan kedua, lanjut Robi, pemilihan panglima TNI dengan mempertimbangan aspek situasi politik menjelang 2024 telah mengembalikan TNI untuk Kembali berpolitik.
"Ini menyalahi amanat UU TNI yang mana TNI adalah tentara profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara," ujarnya. []
Baca Juga: Imparsial: Calon Panglima TNI Harus Miliki Komitmen HAM