Detik-detik Kapal Pieces Meledak di Kalimantan Selatan

Mereka yang selamat dari tenggelamnya Kapal Pieces di Kalimantan Selatan, menceritakan detik-detik kapal tersebut terbakar dan meledak.
Ilustrasi - Kapal Tenggelam. (Foto: Pixabay/NoUpload)

Pekalongan - Bambang Subagio, 52 tahun, berkali-kali memegang dadanya. Itu ia lakukan setiap kali selesai berbicara. Saat berbicara, pandangan matanya kerap menerawang.

"Kalau bicara, dada masih terasa sakit. Seperti ditusuk-tusuk," katanya kepada Tagar di rumahnya di Desa Kemplong RT 06 RW 03, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah‎, Selasa siang, 6 Agustus 2019.

Rasa sakit itu masih mendera Bambang ‎lima hari setelah ia diselamatkan dari ganasnya ombak yang mengombang-ambingkan nasibnya di antara hidup dan mati. Ketika diselamatkan, ia sudah empat hari terapung-apung di laut tanpa makan dan minum.

"Hanya minum ‎air laut. Tidak minum pun air laut masuk ke mulut kalau ada ombak. Jadi dada dan lambung sakit sekali karena minum air asin terus," tuturnya.

Bambang merupakan salah satu korban ‎selamat tenggelamnya Kapal Motor (KM) Pieces, kapal ikan asal Kota Pekalongan, di perairan Pulau Sembilan, Kalimantan Selatan. Kapal berukuran 93 gross ton itu mengangkut 32 nelayan dan lima siswa SMK Negeri 1 Bulakamba, Kabupaten Brebes.

Dari jumlah itu, tiga orang, termasuk Bambang, ditemukan selamat dan empat orang ditemukan dalam kondisi sudah meninggal. Sedangkan 30 orang lain hingga kini masih dilakukan pencarian oleh Basarnas Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan nelayan.

‎"Saya ditemukan selamat bersama anak praktik itu," ujar Bambang merujuk Muhammad Samlawi, 18 tahun, salah satu siswa SMK Negeri 1 Bulakamba yang sedang menjalani praktik kerja industri di KM Pieces.

Peristiwa yang hampir merenggut nyawa Bambang terjadi Senin dini hari, 29 Agustus 2019. Hari itu, KM Pieces baru sepekan mencari ikan setelah berangkat dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan dengan tujuan perairan Makassar.

Hanya minum ‎air laut. Tidak minum pun air laut masuk ke mulut kalau ada ombak. Jadi dada dan lambung sakit sekali karena minum air asin terus.

Tragedi Kapal PiecesBambang Subagio, 52 tahun, salah satu korban selamat tenggelamnya KM Pieces berada di rumahnya di Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Selasa, 6 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

Saat itu, Bambang bersama sejumlah anak buah kapal (ABK) lain yang sedang duduk-duduk dikejutkan oleh nyala api di kamar mesin. Dengan cepat, si jago merah berkobar hebat dan melalap seluruh bagian kapal.

"Namanya di laut angin kencang sehingga api langsung cepat membesar. KKM (kepala kamar mesin) dan tekong (nahkoda) tak bisa ngatasi. Setelah muncul api, ada suara ledakan beberapa kali," ujarnya.

Mengetahui kapal terbakar, kepanikan seketika melanda seluruh orang yang ada di kapal. Mereka bergegas berlarian mengambil ban karet dan busa untuk menyelamatkan diri. "Setelah pada ngambil ban dan busa, langsung pada terjun ke laut," kata Bambang.

Sejak itu Bambang berupaya bertahan hidup dengan berpegangan pada ban karet seukuran ban truk kontainer. Selama empat hari, ia terapung di atas laut tanpa makan dan minum.

"Kami berpegangan ke ban karet. Dari pagi, malam, sampai pagi lagi. Tapi setelah empat hari, mulai pada mencar‎ kena arus ombak," katanya.

Pada hari keempat itu, di ban karet yang dipegangi Bambang hanya tersisa Muhammad Samlawi. Dengan posisi tubuh terlungkup di atas ban, warga Desa Kupu, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes ‎itu menurut Bambang sudah lemas dan pasrah.

‎"Dia sudah pasrah dan sempat bilang 'Pak Bambang, saya sudah tidak kuat'. Saya langsung bilang 'Jangan begitu. Di laut jangan ngomong begitu. Jangan menyerah. Kamu masih ada bapakmu, masih ada kakakmu.' Alhamdulillah saya dan dia masih tertolong," ujar Bambang.

Celana Pendek yang Menyelamatkan

‎Bambang dan Samlawi sudah dalam kondisi sangat lemah ketika kapal penangkap ikan Bintang Mas terlihat dalam jarak sekitar tiga mil atau sekitar empat kilometer dari tempat keduanya terapung di atas ban karet.

Melihat secercah harapan untuk hidup, Bambang langsung melepas celana pendek yang dikenakannya dan mengibar-ngibarkannya ke arah kapal jenis purse seine itu.

"Sambil duduk di atas ban, saya kibar-kibarkan celana. Sempat beberapa kali jatuh kena ombak. Ada yang lihat sehingga kapal mendekat dan kami bisa diselamatkan. Alhamdulillah, ada kapal itu. Kalau tidak, saya tidak tahu nasib saya,"‎ ceritanya.

Tragedi Kapal PiecesMuhammad Samlawi, 18 tahun, korban selamat yang lain, berkomunikasi dengan salah satu kerabatnya melalui handphone setelah diperbolehkan pulang oleh dokter ke rumahnya di Desa Kupu, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Selasa, 6 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

Setelah beberapa saat berada di kapal Bintang Mas, Bambang dan Samlawi dipindahkan ke ‎kapal ikan Redjeki Utama. Di kapal yang menuju ke Pekalongan itu, Bambang melihat ada dua jenazah yang ia duga rekannya sesama anak buah kapal (ABK) yang sudah lebih dulu ditemukan.

"Di perjalanan, salah satu kipas kapal macet. Saat dicek, ternyata ada jenazah yang nyangkut. Di dekatnya ada satu jenazah lagi. Jadi selain saya dan anak praktik, ada empat jenazah di kapal itu yang dibawa pulang ke Pekalongan," kata Bambang mengingat.

Dari empat jenazah itu, dua di antaranya sudah teridentifikasi lebih dulu yakni Sartani, 64 tahun, warga Bebel, Kabupaten Pekalongan dan Sunoto, 54 tahun, warga Wonokerto, Kabupaten Pekalongan.

Dua jenazah lain kemudian baru teridentifikasi sesampainya kapal di Pekalongan. Identitas kedunya yaitu Mulyono, 54 tahun, warga Wonotunggal, Kabupaten Pekalongan, dan Casmuri, 64 tahun, warga Gemer, Kabupaten Pekalongan.

Keponakan Masih Hilang

Di balik rasa syukur karena berhasil selamat, ada kesedihan yang dirasakan Bambang. Sebab keponakannya yang juga menjadi ABK di KM Pieces, Zaenal Abidin, 20 tahun, hingga kini belum diketahui nasibnya.

Beberapa saat setelah kapal terbakar dan kemudian tenggelam, Zaenal masih berpegangan ban karet bersama Bambang. Namun kemudian terpisah karena terbawa kuatnya terjangan ombak.

"Dia tidak bisa renang. Pas pegangan ban, merosot ke bawah, saya angkat ke atas lagi. Tapi karena kena ombak dan arus, dia mencar dari saya. Sampai sekarang belum ditemukan," ujar Bambang.

Bambang berharap keponakannya bisa segera ditemukan. Pria yang sudah tujuh tahun menjadi nelayan ‎ini juga masih memiliki keinginan untuk melaut lagi kelak jika kondisi tubuhnya sudah membaik kembali seperti sedia kala.

"Istri saya sebenarnya sudah melarang‎ saya pergi melaut lagi. Tapi saya tetap ingin melaut lagi karena bagaimana pun saya adalah suami, jadi harus menafkahi. Walapun istri saya bekerja, saya tetap harus memberi nafkah," ucapnya.

Tragedi Kapal PiecesRumah Endro, ‎33 tahun, korban selamat yang terakhir kali ditemukan di Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, tampak sepi, Selasa, 6 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

Siswa SMK yang Selamat Alami Trauma

‎Bersama Bambang Subagio, Muhammad Samlawi berhasil diselamatkan oleh kapal ikan Bintang Mas yang ikut melakukan pencarian. Keduanya kemudian dibawa pulang dan tiba di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Minggu 4 Agustus 2019.

‎Sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bendan, Kota Pekalongan, siswa kelas 12 jurusan Nautika SMK Negeri 1 Bulakamba, Brebes itu diperbolehkan dokter pulang ke rumahnya Selasa, 6 Agustus 2019. Kepulangannya dalam keadaan hidup disambut tangis haru keluarga.

Tetangganya berdatangan ke rumahnya di Desa Kupu RT ‎01 RW 01 Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes untuk melihat kondisinya.

Ayah S‎amlawi, Sudarno, 60 tahun, menyebut kondisi sang anak sudah membaik setelah empat hari terapung di tengah laut tanpa makan dan hanya minum air laut.

"Lambung, ginjal, sudah dicek. Sudah baik kata dokter. Kakinya yang masih agak kaku, masih sakit. Tangan juga. Masih harus kontrol ke rumah sakit," katanya kepada Tagar, Selasa 6 Agustus 2019.

‎Selain itu, Sudarno berujar, Samlawi juga belum bisa diajak berkomunikasi secara lancar karena masih diliputi trauma dengan kejadian yang dialaminya.

"Saya berupaya menghibur, ajak bercanda, kalau dia terlihat sedang melamun. Dia juga belum bisa ditanya-tanya dulu tentang kejadian itu (tenggelamnya kapal)," ujarnya meminta pengertian.

‎Sudarno bersyukur Samlawi selamat. Anak kedelapan dari sembilan bersaudara itu disebutnya aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun lingkungan rumah. "Dia semangat ikut kegiatan Pramuka, OSIS, IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama)," tuturnya.

Asal kegiatan yang diikuti positif,‎ Sudarno senantiasa mendukung bahkan rela berutang ke tetangga ketika Samlawi meminta uang untuk ikut sebuah kegiatan.

"Saya kan tidak sekolah. Jadi bangga anak saya bisa sekolah. ‎Ikut kegiatan apa, minta uang saya upayakan ada. Kalau perlu utang," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dan kuli bangunan ini.

Samlawi ‎antara lain sering meminta uang kepada Sudarno untuk kegiatan berlatih berenang. Sedikit banyak hasil latihan itu diyakini Sudarno membantu anaknya bertahan hidup selama berada di laut lepas.

"Sebelum berangkat (praktik kerja industri di KM Pieces) meminta uang untuk les renang. Lesnya seminggu sekali. Jadi alhamdulillah kalau hasil les itu bisa membantu menyelamatkan," ucapnya.

Rumah Masinis KM Pieces Sepi

Rumah Endro, 33 tahun, satu korban selamat lain, di Desa Kemplong RT 05 RW 03 Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan tampak sepi, Selasa siang, 6 Agustus 2019. Pintu rumah tertutup rapat dan terpasang gembok.

Tetangganya menyebut Endro pulang ke rumahnya Senin malam, 5 Agustus 2019 setelah sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Banjarmasin.‎ Dia ditemukan selamat oleh nelayan setempat, Jumat, 2 Agustus 2019.

"Sudah pulang tadi malam (Senin malam). Tapi kemudian dibawa ke rumah adiknya. Jadi rumahnya sepi," kata seorang tetangga bernama Kutaroh, 40 tahun, kepada Tagar, Selasa, 6 Agustus 2019.

Berdasarkan‎ dokumen daftar nahkoda dan anak buah kapal perikanan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, di KM Pieces Endro menjabat sebagai masinis I. Belum diketahui pasti bagaimana kondisi ayah tiga anak itu setelah pulang ke Pekalongan.

"Kalau kata istrinya, kondisinya masih syok. Saya belum ketemu karena sudah dibawa ke rumah adiknya. Rumah adiknya kurang begitu tahu alamatnya," sebut Kuntaroh saat ditanya Tagar. []

Tulisan feature lain:

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.