Jenderal Qassem Soleimani di Mata Denny Siregar

Para Jenderal Amerika Serikat memberi julukan The Shadow Commander kepada Jenderal Iran Qassem Soleimani. Tulisan opini Denny Siregar.
Jenderal Qassem Soleimani. (Foto: Axios)

Tidak mudah bagi Iran untuk terjun langsung ke kancah perang Suriah. Permasalahan utamanya ada di propaganda pihak lawan yang memiliki jaringan media internasional, yang selalu mengaitkan keterlibatan Iran dalam konteks sektarian, Sunni vs Syiah. Bashar Assad Presiden Suriah sudah dipropagandakan sebagai syiah.

Meski Iran sudah mengirimkan Hezbollah untuk membantu Suriah, tapi belum cukup karena pihak yang dilawan bukan hanya ISIS dan kelompok militan lainnya, tetapi juga NATO. Karena itulah Iran mencari jalan memutar untuk membantu Suriah. Jalan memutar itu adalah dengan melibatkan Rusia sebagai penyapu jalan.

Menggandeng Rusia dan China bukan hal mudah. Tetapi dengan masuknya Rusia yang notabene non muslim, maka isu sektarian berhasil diminimalisir, sehingga Iran bebas untuk masuk medan. Cerdik, kan?

Inisiator dari semua ini adalah Jenderal Qassem Soleimani. Kalau Anda penggemar novel Tom Clancy dan Frederick Forsyth, pasti akan selalu penasaran kisah tokoh-tokoh yang bergerak aktif di belakang layar.

Iran sebagai negara yang mempunyai musuh yang kuat, mempunyai satu pasukan khusus. Pasukan khusus ini dibentuk untuk menjaga Iran dari serangan langsung. Di bawah pimpinan langsung Pemimpin Besar Iran atau Rahbar, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, dibentuklah Divisi Al Quds, dipimpin Jenderal Qassem Soleimani.

Tugas divisi ini sangat unik. Ia adalah "tangan rahasia" Iran untuk mengembangkan kekuatan mereka di luar negeri. Menurut sumber, divisi ini mendapat dana sekitar 20 triliun rupiah setiap tahun.

Salah satu jaringan luar negeri yang istimewa bagi divisi Al Quds adalah Hezbollah Lebanon. Hezbollah adalah gerakan perlawanan terhadap Israel di bawah pimpinan Sayyid Hassan Nasrallah.

Para Jenderal AS memberi julukan The Shadow Commander.

Qassem SoleimaniPara pelayat menghadiri pemakaman Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, komandan pasukan elite Quds Pengawal Revolusi, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, yang terbunuh dalam sebuah serangan udara di bandara Baghdad, Baghdad, Irak, Sabtu, 4 Januari 2020. (Foto: Antara/Reuters/Thaier al-Sudani)

Dengan Hezbollah, Qassem Soleimani mematahkan serangan langsung Israel maupun melalui ISIS di Lebanon. Jenderal Qassem memasok persenjataan mutakhir buatan Iran dan Rusia kepada Hezbollah sehingga mereka menjadi organisasi kuat yang ditakuti negara musuhnya. Qassem juga melatih langsung tentara Suriah dalam rangka membela negaranya dari gempuran pemberontak yg dipasok barat.

Bukan itu yang ditakuti oleh AS, tetapi kemampuan pasukan Qassem untuk menyamar dan memecah-belah musuh dari dalamlah yang ditakutkan AS. Kekalahan ISIS di Mossul diakui Al Baghdadi Komandan ISIS adalah berkat kemampuan memecah-belah pasukannya dari dalam. Mereka saling memenggal anggota pasukannya sendiri karena menjadi saling curiga satu sama lainnya.

Julukannya banyak. Rahbar sendiri menjulukinya sebagai the living martyr atau syahid yang hidup. Para Jenderal AS memberi julukan The Shadow Commander. Media AS seperti Newsweek memberinya gelar The Nemesis. Bahkan, seperti dikutip dari koran terbitan Inggris The Guardian, seorang pejabat militer AS berkata, "Jika saya bertemu dengannya, ingin saya menjabat tangannya dan bertanya apa yang diinginkannya dari kami?"

Inilah bentuk penghargaan dari musuh-musuhnya yang terkesima dengan hasil kerjanya, meskipun di depan publik mereka menyebutnya teroris.

Jenderal Qassem Soleimani bukan saja ahli strategi perang. Ia juga ahli politik. Saat tahun 2005 di Irak, pasca-tumbangnya Saddam Hussain oleh AS, sang Jenderal datang ke Irak. AS yang senang dengan kemenangannya berharap untuk menjadikan Irak sebagai The New Saudi Arabia. Tetapi strategi Qassem Soleimani menghancurkan mimpi mereka. Dia mengalahkan calon kuat AS sebagai Perdana Menteri Irak. Bukan itu saja, AS ternganga ketika melihat Jenderal Qassem dengan santainya tanpa pengawalan ketat mengunjungi TPS-TPS. Beda dengan Jenderal AS yang selalu berjalan di Irak dengan banyak pengawal.

Seorang anggota parlemen Irak yang juga merupakan asisten PM Irak Nouri al-Maliki, berkomentar tentang sosok Soleimani. “Hanya sekali dia datang ke Irak dalam delapan tahun terakhir. Ia adalah sosok yang tenang ketika berbicara dan rasional serta sangat sopan. Ketika Anda berbicara dengannya, ia berperilaku sangat sederhana. Selama Anda tak tahu dukungan pasukan yang dimilikinya, Anda tak akan pernah tahu berapa besar kekuatannya, tidak ada orang yang mampu berperang melawannya.”

Di balik namanya yang menjadi momok bagi AS, sang Jenderal adalah sosok yang sederhana. Baju perangnya adalah bergabung dengan rakyat. Ia mampu berada dalam waktu singkat di sebuah negara dan tiba-tiba ada di negara lain.

Jenderal Qassem Soleimani adalah sosok yang dihormati pihak lawan. Seandainya mereka tidak berseteru, tentu Jenderal-jenderal AS akan sangat senang sekadar minum kopi bersamanya.

Qassem Soleimani adalah pahlawan bagi rakyat Iran. Ketika anak-anak di seluruh dunia ingin menjadi sosok pahlawan di komik Marvel dengan jubah dan celana dalam di luar, anak-anak Iran bercita-cita ingin menjadi seperti Qassem Soleimani, pahlawan mereka.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

*Tulisan ini dibuat Denny Siregar di laman Facebooknya pada 15 Oktober 2015 dengan judul The Shadow Commander

Baca juga:

Berita terkait
Harga Minyak Melonjak Pasca Tewasnya Jenderal Iran
Serangan udara pasukan tentara AS di dekat bandara internasional Baghdad menewaskan pimpinan pasukan khusus Iran, Quds, Jenderal Qassem Soleimani.
Iran Tunjuk Pengganti Jenderal Qassem Soleimani
Pemimpin Agung Iran Ali Khamenei menunjuk pengganti komandan pasukan Quds Garda Revolusi Iran pengganti Jenderal Qassem Soleimani.
Hubungan Iran dan AS Memanas, WNI Diimbau Waspada
Hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS) memanas setelah AS membunuh komandan Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani melalui serangan roket.