Akhirnya kita belajar bahwa lockdown tidak menyelesaikan masalah, malah membuat masalah baru. Contohnya di India, lockdown malah membuat puluhan ribu warganya lari dari kota pusat wabah. Apakah mereka takut tertular?
Bukan. Mereka kabur dari kota, karena di sana produktivitas dan aktivitas mereka mati. Mereka tidak bisa cari uang. Dan tinggal di kota dengan segala beban biayanya itu sangat memberatkan.
Akhirnya mereka pulang ke desa untuk menghemat biaya hidup. Dan akibatnya malah menyebarkan virus ke seluruh negara.
Apa pelajaran yang bisa kita dapat dari sini? Seharusnya memang lockdown dan karantina wilayah itu tidak ada. Itu akan mematikan ekonomi suatu daerah. Dan kalau ekonomi di daerah itu mati, orang akan keluar dan mencari daerah lain untuk mendapatkan kesempatan kerja. Dan di sanalah penularan terbesar dimulai.
Seharusnya pemerintah tetap membiarkan orang bekerja. Tentu dengan syarat ketat, yaitu tetap menjaga jarak dari kontak fisik.
Imbauan pemerintah dikampanyekan besar-besaran. Dan dibuat gugus tugas khusus untuk mengawasi kantor-kantor dan pabrik-pabrik, apakah mereka sudah mematuhi imbauan atau tidak.
Ayo mulai kerja lagi. Gerak lagi. Membangun harapan hidup lagi. Tapi tetap waspada, jaga jarak dan tetap pakai alat keamanan.
Juga diwajibkan perusahaan-perusahaan untuk menyediakan disinfektan atau perlengkapan kesehatan lainnya. Perusahaan juga wajib mengawasi kesehatan para pekerjanya.
Transportasi publik juga begitu. Yang penting ada pembatasan, ada jarak antarsesama penumpang.
Orang harus tetap bekerja supaya mereka mendapatkan penghasilan untuk makan. Kalau arus ekonomi tetap bergerak, negara akan sehat. Ya, mungkin akan berkurang dari sebelumnya, tetapi yang pasti tidak mati sama sekali.
Kalau masyarakat diminta tidak bekerja, yang pasti produksi dan aktivitas mati. Akan banyak usaha tutup karena bangkrut. Dan akibatnya PHK besar-besaran. Banyaknya pengangguran akan menambah masalah bagi negara.
Akhirnya mereka pulang ke desa masing-masing mencari kesempatan kerja lain. Dan potensi penularan akan semakin tinggi. Itu belum potensi banyaknya pengangguran akan berdampak pada kerusuhan sosial seperti penjarahan.
Naluri dasar manusia adalah bergerak. Jika tidak bergerak, jiwa mereka mati. Gerak itu menghasilkan energi dan membangun harapan hidup lebih besar lagi.
Kalau kita tidak harus ditakut-takuti dengan ancaman, tetapi diimbau dengan tertib melakukan pembatasan, tentu ekonomi kita akan jalan lagi.
Jaring pengaman yang kemarin disiapkan Jokowi sebesar Rp 400 triliun, sifatnya sementara saja. Tapi jika tidak diikutkan dengan pergerakan ekonomi di sektor informal, uang itu akan habis tak berbekas, sia-sia, dan masalah baru akan datang lebih besar. Bukan lagi gempa, tapi sudah menjadi tsunami resesi raksasa.
Ayo mulai kerja lagi. Gerak lagi. Membangun harapan hidup lagi. Tapi tetap waspada, jaga jarak dan tetap pakai alat keamanan. Kita ditakdirkan untuk menjadi pemenang. Jangan kalah oleh ketakutan dalam pikiran yang kita ciptakan sendiri.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga: