Demonstran di Hong Kong Tak Peduli Ancaman China

Ribuan massa aksi Hong Kong tidak menghiraukan ancaman Presiden China, Xi Jinping untuk tidak lagi menggelar demonstrasi.
Para mahasiswa di China University menghalau polisi yang berusaha masuk kampus dengan melemparkan batu bata. Polisi membalasnya dengan menembakkan gas air mata. (Foto:BBC|Reuters)

Jakarta - Ribuan massa aksi Hong Kong tidak menghiraukan ancaman Presiden China, Xi Jinping untuk tidak lagi menggelar demonstrasi, pada Jumat, 15 November 2019. 

Bahkan, aksi unjuk rasa ini mengakibatkan gangguan masalah selama lima hari berturut-turut. Pasalnya, demonstran menempati beberapa gedung kampus, hingga membuat para karyawan kesulitan mengakses transportasi umum.

Tidak hanya itu, perjalanan kereta bawah tanah dilaporkan tidak stabil lantaran akses  jalanan yang diblokir barikade massa. 

Kali ini, ribuan karyawan kantoran juga dikabarkan ikut menggelar aksi damai pada saat jam makan siang dengan menyerukan "Berdiri Bersama Hong Kong".

Mereka menuntut lima permintaan selama gerakan demonstrasi berlangsung. Tuntutan yang paling penting adalah kebebasan memilih pemimpin Hong Kong serta melakukan penyelidikan independen terhadap kekerasan polisi.

"Pemerintah tidak menanggapi sekali pun aksi damai dua juta orang. Sekarang ketika polisi menyalahgunakan kekuatannya, pemerintah hanya berpikir bahwa masalah ada pada demonstran," kata pekerja kantoran seperti dilansir AFP.

Sebelumnya diwartakan, Presiden China Xi Jinping mengemukakan ancaman karena aksi unjuk rasa telah mengancam prinsip 'satu negara, dua sistem' yang mengatur negara semi-otonom itu. 

Selain itu, Xi berharap agar pemerintah Hong Kong memprioritaskan penghentian kekerasan untuk mengendalikan kerusuhan yang selama ini terjadi.

Sehingga, Xi mengancam akan menurunkan tentara China di Hong Kong jika kerusuhan tidak segera berakhir.

Seperti diketahui, hampir enam bulan lebih demonstrasi di Hong Kong digelar. Awalnya, demo ini dipicu lantaran merasa kebebasan berekspresi terkikis di bawah pemerintahan China.

Unjuk rasa umumnya, dilakukan pada sore hari dan pada akhir pekan tersebut membuat aktivitas sehari-hari di Hong Kong masih bisa berjalan dengan lancar. Namun, perekonomiannya terus merosot hingga menyebabkan resesi.

Hingga kini, demonstrasi tersebut telah memakan banyak korban. Yang terbaru, seorang kakek berusia 70 tahun meninggal setelah menjadi korban pelemparan batu oleh demonstran.

Kendati demikian, pemerintah China tetap kekeuh pada pendiriannya. Demonstran terus mengubah strategi dengan meluncurkan kampanye 'mekar di mana-mana' hingga menimbulkan beragam gangguan.

Tidak hanya di dalam negeri, unjuk rasa Hong Kong juga telah menyebar hingga ke luar negeri. 

Sekretaris Pertahanan Hong Kong Teresa Cheng dilaporkan terjatuh di London setelah dikepung beberapa demonstran pro-demokrasi. []

Berita terkait
Kampus Jadi Lokasi Pertempuran Baru di Hong Kong
Bentrokan antara polisi dengan mahasiswa pengunjuk rasa makin meluas, tidak hanya di jalan tapi sudah merengsek ke kampus-kampus.
Aksi Demo Hong Kong, Sekolah dan Kampus Diliburkan
Eskalasi kekerasan di Hong Kong yang dipicu aksi demo mengkhawatirkan kalangan pendidikn. Sejumlah universitas dan sekolah diliburkan.
Facebook Rekam Saat Polisi Hong Kong Tembak Pendemo
Aksi kekerasan yang dilakukan polisi Hong Kong terhadap seorang pendomo saat aksi unjuk rasa direkam Facebook
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina