Dadang dan 50 Tahun Kenangan di Makam Pahlawan Medan

Beragam pengalaman menguburkan jenazah dilalui Dadang, lelaki tua yang sudah 50 tahun menjaga Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan.
Dadang di makam Raja Inal Siregar, di Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Medan - Seorang lelaki tua duduk sendirian di pekarangan sebuah rumah dalam Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Pasar Merah Barat, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Sudah lima puluh tahun saya menjaga pemakaman ini, bahkan sejak saya duduk di bangku SMP. Tapi alhamdulillah, pendidikan saya tidak berhenti .

Sesekali dia memandang ke samping rumah yang di belakangnya persis berjejer ribuan makam para pahlawan. Sepertinya, dia hendak bersiap-siap membersihkan pemakaman itu, ketika Tagar berkunjung ke kediamannya, Sabtu 1 Februari 2020 siang.

"Silahkan duduk. Ada apa gerangan datang ke makam siang-siang," katanya sembari menyambut salam kedatangan Tagar.

Namanya Sudarmanto. Lelaki 62 tahun ini karib disapa Dadang si penjaga taman makam pahlawan Medan. Konon, sudah setengah abad lebih dia melakoni hidup sebagai penjaga makam para pejuang bangsa, khususnya pahlawan dari Sumut.

Dia tercatat sebagai satu dari 15 orang petugas penjaga makam pahlawan. Namun dari semua petugas, Dadang lah yang paling senior. Dia sudah menjadi pekerja makam sejak usia belasan tahun.

Saban hari, Dadang dan rekan-rekannya bekerja membersihkan taman makam pahlawan yang luasnya mencapai 7,8 hektare, dari serangan rumput liar. Dia juga membersihkan lumut-lumut yang menjalari nisan para pejuang bangsa dan memastikan keamanan makam.

Menurutnya, taman makam pahlawan ini sudah ada sejak tahun 50-an. Terdapat dua bagian di dalamnya. Pertama makam pahlawan dan berikutnya taman bahagia. Paling tidak, total keseluruhan terdapat 5.300 makam di taman tersebut.

"Ada makam pahlawan yang mendapatkan tanda jasa Bintang Gerilya dan ada juga Bintang Nararia," ceritanya.

Bintang Gerilya adalah pahlawan yang meninggal dunia setelah menuntaskan masa tugasnya sampai dengan pensiun dan lainnya dan mereka dikubur di makam pahlawan. Sedangkan Bintang Nararia merupakan pahlawan yang meninggal dunia ketika sedang menjalankan tugas dan dimakamkam di taman bahagia.

Makam Pahlawan MedanDadang membersihkan pemakaman orang tuanya di Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Selain menjaga makam, Dadang dan teman-temannya juga bertugas menguburkan jenazah para pahlawan. Tak terhitung banyaknya pengalaman menguburkan jenazah pahlawan, yang telah dilalui Dadang sejak era Presiden Soerharto.

Sejak usia 12 tahun, Dadang sudah bekerja membantu almarhum ayahnya yang seorang tentara dan bertugas di Kodim 02/01 BS Medan. Ayahnya bernama Lettu Legiman Santoso. Dulu, ayahnya lah yang bertugas sebagai penjaga makam dan penggali kubur di sana.

"Sudah lima puluh tahun saya menjaga pemakaman ini, bahkan sejak saya duduk di bangku SMP. Tapi alhamdulillah, pendidikan saya tidak berhenti meski saya bekerja membantu almarhum orang tua," kenangnya.

Ayah empat anak itu, pernah membantu mengangkat dan menguburkan tulang belulang pahlawan dari kawasan Tembung, Kecamatan Percut Sungai Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Ketika itu, usianya masih 12 tahun.

"Bapak mengajak saya ke Tembung untuk mengangkat jenazah pahlawan di sana dan dipindahkan ke pemakaman pahlawan Bukit Barisan Medan ini. Saya ikut membersihkan, mengangkat tulang belulang yang telah dibungkus dalam kain. Kalau tidak salah sekitar tahun 1983. Pahlawan itu korban peperangan tahun 1947," katanya.

Sebelumnya, Dadang juga pernah membantu almarhum ayahnya mengubur 17 orang pahlawan yang gugur di medan peperangan. Para pahlawan itu ditanam dalam satu liang lahat.

Dia mengaku tidak pernah dihantui rasa takut selama berpuluh-puluh tahun berbaur dengan mayat. Bahkan rumahnya sendiri berada di dalam pekarangan tanam makam pahlawan itu.

"Setiap hari di sini, sampai malam saya di luar rumah, duduk di sebelah pemakaman, bahkan pernah ketiduran di sini. Tapi mudah mudahan tidak pernah ada peristiwa horor yang saya alami," tuturnya.

Menurut kakek 7 orang cucu itu, ayahnya meninggal dunia ketika dia sudah beranjak dewasa. Jenazah ayahnya juga dikubur di taman makam pahlawan.

"Almarhum ayah saya dapat Bintang Gerilya. Setelah beliau tiada, saya yang melanjutkan pekerjaannya. Saya tidak mengeluh dengan pekerjaan karena saya menganggap menjaga makam ini merupakan bagian dari ibadah," tuturnya.

Kubur Tiga Pahlawan Sumut

Selain mendapat pengalaman mengubur tulang belulang pahlawan, Dadang juga pernah menjadi pemeran utama menguburkan tiga orang pahlawan yang telah diberikan tanda jasa Bintang Gerilya dan pernah menjabat sebagai Gubernur Sumut.

Saya ikut membersihkan, mengangkat tulang belulang yang telah dibungkus dalam kain. Kalau tidak salah sekitar tahun 1983.

Pertama jenazah Brigjen TNI (Purn) Abdul Manaf Lubis. Lelaki berdarah batak ini lahir di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan, Sumut. Dia pernah menjabat sebagai Panglima Kodam I Bukit Barisan sejak 4 Januari 1961 hingga 2 Juli 1963. Dia wafat di Medan pada 6 Agustus 1996 dalam usia 69 tahun.

Kedua, menguburkan jasad Letnan Jenderal (Letjen) Purn Raja Inal Siregar. Selain sebagai jenderal berbintang tiga, pria kelahiran Kota Medan, 5 Maret 1938 ini, juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumut periode 1988-1998. Dia meninggal dunia tanggal 5 September 2005 dalam usia 67 tahun.

Ketiga, jenazah Mayor Jenderal TNI (Purn) Marah Halim Harahap yang lahir di Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut pada 28 Februari 1923. Marah Halim juga pernah menjadi Gubernur Sumut periode 1967-1978.

Selepas Gubernur, Marah Halim juga aktif di bidang olahraga tanah air dengan menjadi pengurus olahraga nasional. Namanya diabadikan menjadi salah satu piala bergilir dalam turnamen sepak bola nasional, yakni Piala Marah Halim. Dia wafat tanggal 3 Desember 2015 dalam usia 94 tahun.

"Itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai petugas pemakaman. Saya menunggu jasad ketiga pahlawan itu di dalam liang lahat," kenangnya.

Makam Ayah Surya Paloh

Ayah kandung Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh juga dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan Medan. Namanya Muhammad Daud Paloh. Kakek Prananda Surya Paloh ini, gugur di Kota Medan tahun 1977.

"Makam almarhum ayah dari Bapak Surya Paloh juga di sini. Pangkat terakhir Muhammad Daud Paloh Letkol," katanya.

Menurutnya, Prananda Surya Paloh sering berziarah ke makam pahlawan itu. Khusunya berziarah ke tempat pemakaman kakeknya. Dia baru-baru ini datang ke taman makam pahlawan jelang Pemilu 2019.

Ke depan, Dadang berharap pemerintah Provinsi Sumut maupun Kota Medan teru memberikan perhatian kepada petugas penjaga makam. Sehingga kelangsungan hidup para buruh kuburan tetap terjaga dengan baik. []

Berita terkait
Jalan Terjal Produser Hollywood Dukung Film Nasional
Jalan terjal menuju kejayaan industri film Tanah Air. Hal ini dirasakan dua produser film Hollywood.
Sejak Kapan 'Ketua' Jadi Panggilan Lazim di Sumatera Utara?
Panggilan ketua menjadi unik dan salah satu ciri khas di Sumatera Utara dibanding daerah lainnya di Indonesia.
Cerita Mahasiswa Tegal Keluar China Hindari Corona
Mahasiswa Tegal nekat keluar dari China demi hindari virus corona. Padahal kuliahnya tinggal magang.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.