Jakarta - Direktur Avere Investama sekaligus Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengatakan, Grup Djarum pada dasarnya memiliki jejaring bisnis yang luas. Sejauh ini, Djarum memperoleh pendapatan terbesar dari bisnis rokok dan perbankan melalui PT Bank Central Asia Tbk (BCA).
“Dividen yang didapat Djarum dari BCA cukup besar. Djarum juga tampil sebagai pemain besar di industri rokok,” ungkap Taufik, Selasa, 21 September 2019.
Meskipun demikan, Djarum menghadapi tantangan terbesar dari kedua sektor tersebut. Misalnya, industri rokok tengah tertekan lantaran penurunan daya beli masyarakat di tengah pandemi dan efek kenaikan tarif cukai.
Di sisi lain, meski BCA disebut-sebut sebagai salah satu perbankan terbesar di Indonesia, harus diakui bahwa era ekspansi perbankan seperti pembukaan kantor cabang baru atau mesin ATM baru sudah mendekati akhir karena banyak pelaku industri perbankan kini harus beradaptasi dan memilih ekspansi pembentukan bank digital.
Teguh menilai, dengan adanya tantangan tersebut, Djarum mencoba mengalihkan surplus pendapatannya dari bisnis rokok dan perbankan untuk ekspansi ke berbagai sektor bisnis lain. Karena itulah, Grup Djarum cukup ekspansif sepanjang tahun ini.
Dividen yang didapat Djarum dari BCA cukup besar. Djarum juga tampil sebagai pemain besar di industri rokok.
Upaya Blibli yang bergerak di sektor e-commerce namun memilih untuk akuisisi perusahaan ritel konvensional macam RANC juga berdasarkan pertimbangan yang matang.
“Secara pangsa pasar, Blibli jelas masih kalah dibandingkan Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee. Kalau fokus e-commerce saja pasti susah. Makanya mereka akuisisi perusahaan yang bukan e-commerce,” kata Teguh. Sedangkan, ekspansi Grup Djarum melalui TOWR yang akan mengakuisisi saham SUPR dinilai sebagai upaya konglomerasi tersebut untuk mengoptimalkan potensi bisnis internet yang kian berkembang di Indonesia. Apalagi, persaingan di industri menara telekomunikasi di Indonesia cukup ketat.
Menurut Teguh, apabila seluruh agenda ekspansi yang dilakukan Blibli dan TOWR terealisasi, maka ini akan membuka kesempatan bagi Grup Djarum untuk menambah sumber pendapatan baru di masa mendatang. Hanya saja, cuan yang bisa dihasilkan dari sektor-sektor tersebut belum akan menggantikan kontribusi dari bisnis rokok dan perbankan.
Teguh menilai, ekspansi yang dilakukan Grup Djarum pun merupakan hal yang wajar, sebagaimana yang dilakukan oleh grup-grup konglomerat Indonesia lainnya.
“Grup-grup besar lain sudah mulai ekspansi ke sektor teknologi digital atau di luar core business mereka. Sekarang giliran Djarum yang agresif,” katanya. []
Baca Juga :
- Liem Swie King dan Sederet Atlet Dunia Hasil PB Djarum
- Wong Semarang Terkaya Nomor 1 di Indonesia, Pebisnis Rokok yang Tidak Merokok
- Perjalanan Hartono Bersaudara Menjadi Orang Terkaya di Indonesia
- Kisah Mujur Karyawan Djarum Dapat Rp 7,51 Triliun