Jakarta - Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP), Dyah Roro Esti dalam diskusi daring bertajuk Waste Management in the context of Covid-19 Pandemic mengatakan, pandemi Covid-19 memiliki keterkaitan terhadap dampak lingkungan hidup.
Anggota DPR milenial ini turut membahas mengenai pengelolaan limbah atau waste management di era pandemi Covid-19. Menurutnya, salah satu yang menjadi perhatian penting adalah terkait pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di rumah sakit, yakni alat medis sekali pakai.
mari bersama-sama bergotong royong mengambil peran dalam meningkatkan kualitas kelola limbah atau sampah medis sebagai salah satu upaya menuntaskan pandemi Covid-19
Pandangannya melalui siaran pers yang diterima Tagar, sejumlah limbah medis ditemukan berakhir di laut, dan mengganggu ekosistem serta organisme laut. Dia menegaskan, persoalan ini sangat mengkhawatirkan dan perlu penanganan serius dalam jangka waktu secepatnya.
"Pandemi ini tidak akan berakhir sampai kita benar-benar memperhatikan dan mengelola limbah yang dihasilkan dalam penanggulangan Covid-19 dengan baik. Seperti kita ketahui, virus ini dapat menempel pada sejumlah alat medis seperti masker sekali pakai, sarung tangan dan lain lain. Maka pengelolaan limbah medis yang baik sangat diperlukan," katanya, Senin, 13 Juli 2020.
Sekretaris Kaukus Ekonomi Hijau (Green Economy Caucus) DPR ini menjelaskan, limbah B3 rumah sakit saat di kelola menggunakan incinerator. Di Indonesia, lanjutnya, telah terjadi peningkatan sebesar 30 persen dari sampah medis.
Dia berpendapat, berdasarkan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), saat ini ada 100 rumah sakit di Indonesia yang memiliki incinerator memenuhi standar untuk mengelola limbah medis sebelum dibuang ke pembuangan akhir.
Dyah Roro beranggapan, pengelolaan limbah B3 harus menjadi salah satu konsentrasi dalam menentukan kebijakan lingkungan.
Dia menegaskan, dalam hal ini diperlukan sikap yang lebih serius oleh pemerintah, baik dari segi edukasi kepada masyarakat dan pengadaan infrastruktur atau tempat pembuangan limbah B3 di tempat-tempat umum maupun rumah sakit. Sebab tanpa pengelolaan yang cermat, maka ekosistem lingkungan akan menjadi taruhan.
Dia juga menyatakan, saat ini banyak pekerja informal, khususnya para pekerja kebersihan di TPA yang berhadapan secara langsung dengan limbah B3 atau limbah yang sudah terkontaminasi virus dan bakteri tanpa menggunakan alat pelindung diri yang memadai.
Kata dia, persoalan ini merupakan ancaman tersendiri bagi kesehatan para pekerja. Sementara itu, disisi lain orang-orang tersebut merupakan aktor penting dalam menghimpun limbah-limbah.
Dyah Roro mengaku, para pekerja kebersihan di beberapa wilayah merupakan komponen utama dalam mengumpulkan limbah plastik yang mencapai sebanyak 1 juta ton per tahun.
- Baca juga: Dyah Roro Esti Minta Covid-19 Disikapi Lebih Tegas
- Baca juga: Manfaatkan Covid-19, 7 Perusahaan BUMN dapat Bantuan
"Permasalahan kelola limbah medis ini sangat penting dan tidak dapat hanya dijalankan oleh satu pihak saja, karenanya mari bersama-sama bergotong royong mengambil peran dalam meningkatkan kualitas kelola limbah atau sampah medis sebagai salah satu upaya menuntaskan pandemi Covid-19 dan untuk lingkungan hidup yang lebih baik,” ucap Dyah Roro Esti. []