Semarang - Seiring bertambahnya kasus virus corona di Tanah Air, empon-empon menjadi komoditas yang diburu masyarakat di sejumlah daerah, termasuk di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tanaman bahan minuman tradisional jamu dan wedang rempah ini dipercaya dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa terhindari dari penyakit Covid-19.
Namun sayang, tingginya permintaan tidak sebanding dengan ketersediaan barang Imbasnya, di Ibu Kota Jawa Tengah itu kini terjadi kelangkaan empon-empon. Pantauan Tagar di lima pasar besar di Kota Semarang, seperti pasar Johar, Bulu, Peterongan, dan Karangayu. Pedagang mengaku sulit mendapat jahe, kunyit, sereh, temulawak, hingga kunir.
Jahe emprit harga sebelumnya kisaran Rp 22 ribu hingga 25 ribu per kilogram, saat ini sudah Rp 50 ribu per kilogram.
Yanti, 48 tahun, pedagang rempah di Pasar Johar mengaku sejak merebaknya virus corona dagangannya ramai diserbu pembeli. Saking ramainya, sejak sepekan lalu stoknya menipis dan ia kesulitan mendapat empon-empon untuk dijual lagi
"Saya enggak tahu pastinya ya, tapi tiba-tiba kok pembeli ramai datang pas ada isu corona. Yang biasanya beli cuma satu ons, sekarang banyak yang beli satu kilo bahkan ada yang dua sampai tiga kilonan,"ujar Yanti saat ditemui Jumat 13 Maret 2020.
Imbas dari langkanya stok empon-empon membuat Yanti juga bingung. Sebab ketika ada harganya sudah jauh di atas harga normal. Ia sudah mencoba mencari hingga pengepul besar tapi hasilnya juga sama. Kalaupun ada harganya sudah naik dua kali lipat.
"Jahe emprit harga sebelumnya kisaran Rp 22 ribu hingga 25 ribu per kilogram, saat ini sudah Rp 50 ribu per kilogram. Jahe merah pun sama harganya. Temulawak tadinya Rp 5 ribu kini jadi Rp 20 ribu per kilogram. Sedangkan jeruk nipis yang awalnya Rp 11 ribu kini Rp 20 ribu per kilogram," kata Yanti.
Melonjaknya harga dan kelangkaan persediaan tersebut diamini Marto, 57 tahun, pedagang rempah di Pasar Karangayu. Harga naik disebabkan karena peminat jahe dan temulawak semakin meluas setelah virus corona mewabah. Sebelumnya pembeli jahe dan temulawak sebatas penjual jamu.
"Tadinya, kalau pun ada konsumen yang membeli di luar itu, jumlahnya pun sedikit dan hanya untuk tambahan bumbu saja," ucapnya saat ditemui secara terpisah.
Tingginya permintaan empon-empon juga dirasakan oleh Painah, pedagang di Pasar Peterongan. Perempuan ini mengaku, sebelumnya hanya bisa menjual empat sampai lima kilogram tiap item rempah. Namun saat ini dirinya bisa menjual paling sedikit sepuluh kilogram.
"Sekarang bisa jual jahe sepuluh kilogram per hari. Saya sampai ikut jual temulawak sejak tiga hari ini karena banyak yang nyari," ujarnya.
Sementara, bagi Mbah Jo, 61 tahun, pedagang wedang rempah di kawasan Mugassari, Semarang Selatan mengatakan kenaikan harga empon-empon memang sedikit demi sedikit memang terasa pada laju usahanya. Namun, ia mengaku hingga saat ini belum menaikan harga jual wedang rempahnya.
"Saya jual masih normal. Per gelas untuk wedang jahe Rp 8 ribu saja, tapi untuk ke depannya kalau harga masih mahal mungkin bisa naik. Apalagi sekarang yang kirim jahe ke warung saya, stoknya dibatasi, kan tetep nanti berimbas," ujar Mbah Jo.
Warung yang terletak di belakang kantor Gubernuran, tepatnya di Jalan Menteri Supeno I, sejak sepekan terakhir mengalami kenaikan omzet hingga dua kali lipat. Jika minggu lalu dan sebelumnya biasa menjual 150 gelas per hari, sekarang bisa sampai 250 hingga 300 gelas per hari.
"Ini efek dari isu corona atau tidak, juga percaya atau tidak wedang jahe penangkal corona, tapi wedang jahe bisa membuat badan lebih segar dan kuat, daya tahan tubuh jadi meningkat," tutur pria yang sudah berjualan wedang rempah sejak 1996 itu. []
Baca juga:
- Isu Corona, Empon-empon di Yogyakarta Laris Manis
- Dosen Unair Sebut Rempah-Rempah Bisa Cegah Corona
- Jokowi Kini Hidangkan Pencegah Corona ke Tamu Istana