Cerita Mahasiswa Tunanetra Yogyakarta Mengejar Mimpi

Gilang, mahasiswa di Yogyakarta dengan semangat baja. Terlahir sebagai tunanetra tidak membuatnya patah arang mewujudkan cita-cita.
Gilang, mahasiswa tunanetra saat berjualan di Gor Klebengan, Sleman, Yogyakarta, foto diambil sebelum pandemi. (Foto: Tagar/Kiki Luqmanul Hakim)

Yogyakarta - Tuhan telah menciptakan semua manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Begitu juga dengan pemuda bernama lengkap Gilang Riski Hendrayana atau lebih akrab disapa Gilang yang terlahir menjadi tunanetra

Namun hal tersebut tidak pernah membuat pria asal Brebes, Jawa Tengah ini patah semangat untuk menggapai semua mimpinya. Gilang punya semangat baja dengan keterbatasannya.

“Takdir ini tidak membuat saya merasa terganggu untuk mencapai semua impian saya. Semuanya harus berjalan normal meskipun fisik saya tidak,” begitu ucapnya ketika menemui di ruangan khusus disabilitas Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu, 12 Juli 2020.

Terlahir dengan segala kekurangannya tidak membuat dirinya minder untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Bimbingan dan Konseling Islam ini tidak pernah patah semangat untuk meraih cita-citanya sebagai pengusaha sukses.

Sore hari usai menyelesaikan kewajibannya kuliah, segera menyiapkan semua dagangannya lalu bergegas berangkat menjajakan makanan ringan di area kuliner yang terletak di Gor Klebengan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gilang mengaku keinginannya untuk menjadi pengusaha muncul setelah dirinya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Klaten, Jawa Tengah. “Dulu aku nggak pernah punya keinginan buat jadi pedagang. Tapi habis lulus SMA itu aku kok penasaran sama dunia perdagangan ya. Akhirnya awal kuliah semester dua itu aku nyoba dagang makanan ringan, eh ternyata untungnya lumayan, akhirnya nagih,” ucapnya.

Takdir ini tidak membuat saya merasa terganggu untuk mencapai semua impian saya.

Dirinya juga mengaku bahwa uang hasil dagangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari selayaknya anak rantau lainnya. Selama ini dirinya tidak pernah menghitung sebesar apa pendapatannya per hari. “Aku sih nggak pernah ngitung berapa hasilnya, tapi cukuplah buat makan sama jajan sehari-hari, hehe,” kata Gilang.

Jualan Online dan Kirim Barang Luar Kota

Setiap harinya Gilang mampu menjual sepuluh hingga dua puluh makanan ringan yang dimulai dari pukul 06.30 hingga 10.00 WIB. Sedangkan untuk mencapai tempat berjualan mengandalkan ojek online.

Anak keenam dari pasangan Taswad dan Rotipah ini tidak hanya berjualan makanan ringan. Namun dia mencoba keberuntungannya untuk menjual buku secara online.

Mahasiswa Tunanetra YogyakartaGilang, mahasiswa tunanetra saat berjualan di Gor Klebengan, Sleman, Yogyakarta, foto diambil sebelum pandemi. (Foto: Tagar/Kiki Luqmanul Hakim)

Pemuda yang selalu terlihat ceria ini mengaku bahwa menjual buku juga menjadi salah satu impiannya. Berawal dari sering kumpul di kios buku yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya di Yogyakarta, hal tersebut membuat Gilang ingin berjualan buku.

“Kebetulan aku juga suka baca buku terus kan sering main ke kios dekat kos, eh malah penarasan gimana rasanya jualan buku. Akhirnya jualan tapi lewat sosial media kayak Instagram gitu,” kata Gilang.

Pria berbadan gemuk ini sudah terbiasa dengan kirim mengirim buku dagangannya ke luar kota. Menjadi tunanetra bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan sesuatu. 

Nggak pernah ada yang komplain tentang kinerja saya.

Dirinya juga sudah terbiasa dengan Cash On Delivery (COD) buku dengan beberapa pembeli. "Saya juga sering ngirim-ngirim buku ke luar kota, COD pun juga bisa. Biasanya COD-nya ya pas aku jualan di Gor Klebengan," ungkapnya.

Menurut Gilang, dalam satu minggu mampu menjual lima hingga enam buku. Selama ini pembeli buku maupun makanan tidak pernah mendapat komplain dari konsumen atau pembeli, baik COD maupun kirim barang. "Nggak pernah ada yang komplain tentang kinerja saya,” katanya.

Ia mengaku bahwa dirinya tidak pernah terlalu memikirkan tentang kekurangannya. Dirinya pun sering menjumpai kesulitan dalam hal-hal tertentu. Namun itu bukan alasan untuk berhenti menggapai cita-citanya menjadi pengusaha sukses.

“Jadi kesulitan-kesulitan itu memang sering saya temui tapi itu pun tidak jadi masalah besar bagi aku yang terlahir dengan kondisi seperti ini," ungkapnya.

Gilang mengungkapkan, tidak ada gunanya mengeluh dengan keadaan. "Menyerah dengan keadaan nggak ada gunanya juga. Mending dijalanin dan jangan lupa berdoa biar semua berjalan lancar,” katanya.

Sejak Pandemi Berjualan Dekat Kos

Pada bulan Juni lalu ketika Indonesia mengalami pandemi Covid-19, Gilang memutuskan untuk berpindah tempat di daerah Moses atau di sekitaran kampus Sanata Dharma Gejayan, Yogyakarta. Sejak pandemi pula, pemasukannya dari berdagang menjadi berkurang.

Mahasiswa Tunanetra YogyakartaGilang, mahasiswa tunanetra saat berjualan di Gor Klebengan, Sleman, Yogyakarta, foto diambil sebelum pandemi. (Foto: Tagar/Kiki Luqmanul Hakim)

Alhasil Gilang harus memotong uang ongkos ojek online yang biasa digunakannya sehari-hari menuju lokasi berdagang. Gilang terpaksa berjalan kaki dari kos ke Moses. "Untungnya berkurang, jadi ya saya terpaksa jalan kaki dari kos ke Moses. Sejak pandemi itu pemasukan berkurang akhirnya saya pindah tempat jualan biar irit," ujarnya.

Yang penting semoga saya selalu sehat dan pandemi segera berakhir, supaya semuanya kembali normal, Aamiin.

Menurutnya berjualan di tempat baru tersebut lebih dekat dari kosnya. Hasil penjualan dari jajan ringannya lumayan untuk bertahan hidup selama di tanah perantauan.

Dia mengakui, kondisi saat pandemi berbeda dibandig sebelumnya. "Memang nggak seramai sebelum pandemi ya, tapi lumayan lah buat bertahan hidup," ungkapnya.

Gilang berharap selalu diberi kesehatan. Tak lupa dia berdoa agar pandemi corona segera berkahir. "Yang penting semoga saya selalu sehat dan pandemi segera berakhir, supaya semuanya kembali normal, Aamiin," harapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Kisah Remaja yang Dinikahi Tunanetra di Pinrang
Gadis berusia 12 tahun inisial NS, yang dinikahi oleh pria tuna netra di Kabupaten Pinrang Sulsel ternyata korban persetubuhan ayah tirinya.
Jumat Berkah Polres Klaten dan Komunitas Tunanetra
Polres Klaten memberikan bantuan kepada penyandang disabilitas, salah satunya tongkat yang membantunya berjalan.
Kisah Tunanetra Aceh Penembus Batas Mimpi
Tunanetra di Aceh Barat Daya diberikan keterampilan memijat demi mengubah nasib, agar tidak lagi terjun di jalan menjadi pengemis.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.