Jakarta - Bambang Soesatyo biasa dipanggil Bamsoet lahir di Jakarta, 10 September 1962. Karier profesionalnya dimulai sebagai wartawan pada umur 23 tahun.
Bamsoet menjadi wartawan Harian Umum Prioritas lalu pindah ke Majalah Vista. Kariernya menanjak naik saat menjadi pemimpin redaksi majalah Info Bisnis.
Judul buku saya bertajuk Akal Sehat dipilih karena momentum yang tepat.
Kecintaannya pada dunia tulis menulis ternyata masih terbawa hingga sekarang. Posisinya sebagai Ketua DPR RI tidak menyurutkan semangat untuk menyalurkan kegelisahan melalui buku.
Lewat bukunya, Bamsoet menyinggung terbelahnya masyarakat di Pemilu 2019. Salah satu penyebab, menurutnya, semakin banyak orang-orang pintar yang rajin memproduksi kabar bohong atau hoaks sehingga kehilangan akal sehat.
"Judul buku saya bertajuk Akal Sehat dipilih karena momentum yang tepat, bangsa diuji akal sehatnya, kita hampir pecah dan terbelah," kata Bamsoet dalam peluncuran bukunya bertajuk "Akal Sehat" di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019, seperti diberitakan Antara.
Bamsoet mengatakan bangsa Indonesia sedang diuji, ketika pelaksanaan Pemilu 2019. Banyak orang-orang pintar rajin produksi hoaks sehingga masyarakat kehilangan akal sehat dan kemudian terbelah.
Menurut dia, dalam rangkaian Pemilu 2019, tinggal satu ritual yang akan dilakukan yaitu pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih serta pelantikan anggota DPR RI periode 2019-2024.
"Begitu anggota DPR RI periode 2019-2024 dilantik tanggal 1 Oktober 2019 lalu presiden-wapres terpilih dilantik 20 Oktober 2019, maka selesai ritual agenda lima tahunan kita dan dilalui dengan baik," ujarnya.
Selain itu, lanjut Bamsoet, ada pemikiran sistem demokrasi yang berjalan di Pemilu 2019, apa akan dievaluasi atau tetap terus dijalankan dengan konsep pelaksanaan Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif berjalan serentak.
Kalau sistem demokrasi yang saat ini dianut, kata dia, maka bukan tidak mungkin demokrasi Indonesia tergantung angka, bukan memperjuangkan aspirasi rakyat.
"Pascareformasi, kita adopsi sistem demokrasi yang liberal tanpa kita tahu apakah siap atau tidak. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tidak bisa menjual visi-misi, namun saat ini rakyat senang ada pemilu karena ada pemasukan bagi mereka, tidak peduli calonnya berintegritas atau tidak," katanya. []