Yogyakarta - Kebakaran hutan di Indonesia disebabkan banyak faktor. salah satunya sebagian petani di Sumatera saat bertanam dengan membakar lahan. Itu sudah menjadi tradisi.
Sekjend Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) Tasdiyanto mengatakan, kebakaran hutan merupakan masalah serius. Butuh edukasi yang menyasar banyak pihak, khususnya masyarakat di sekitar hutan dan lahan yang berpotensi terbakar.
Menurut dia, masyarakat atau petani di Sumatera, sampai saat ini masih punya tradisi membakar lahan saat akan bercocok tanam. "Ini tradisi lama yang harus diubah. Perlu edukasi untuk itu," katanya saat diskusi dengan awak media di Yogyakarta, Minggu 22 September 2019.
Ketua Perkumpulan Profesional Lingkungan Indonesia ini mengatakan, praktik membuka lahan dengan membakar sudah tidak bisa diterapkan. "Hal ini mempertimbangkan daya dukung lingkungan di sekitar yang sudah memprihatinkan," kata dia.
Dia mengatakan, pemerintah melalui kementerian terkait sudah melakukan banyak upaya untuk mengatasinya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuat aplikasi SiPongi untuk mendeteksi kebakaran dini hutan. "Aplikasi ini untuk pencegahan kebakaran hutan bisa lebih cepat," kata dia.
Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) melahirkan inovasi berupa modifikasi cuaca. Saat terjadi kebakaran, penanganan pemadamannya bisa lebih cepat.
Namun faktanya, kebakaran hutan masih terjadi dan berulang. "Awalnya kami berpikir pada tahun 2015 lalu, menjadi kebakaran hutan yang terakhir. Kenyataannya pada 2019 ini kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi," ujarnya.
Untuk itu, edukasi menjadi langkah strategis agar peristiwa bencana kebakaran hutan dan lahan tidak terjadi secara berulang-ulang. Edukasi diberikan kepada masyarakat dan pelatihan bagi aparat TNI.
Edukasi untuk masyarakat lambat laun akan melahirkan asosiasi atau perkumpulan yang di isi berbagai orang yang berkompeten, termasuk manajer perkebunan. Asosiasi nanti melahirkan kode etik yang ditaati seluruh anggotanya. "Mereka yang melanggar bisa dikenai sanksi, termasuk pihak yang membuka lahan dengan cara membakar," kata dia.
Tasdiyanto mengatakan, untuk pelatihan aparat TNI, agar lebih kompeten dalam memadamkan api. Kebakaran di gambut yang berkedalaman belasan meter, karakter lahannya tidak seperti pada umumnya. "Sehingga butuh penanganan yang berbeda," ungkap dia.
Menurutnya, aparat TNI selama ini kompetensinya melawan musuh saat perang. "Jadi mereka perlu ada kompetensi memadamkan kebakaran," tuturnya.
Pantauan hotspot kategori sedang dan tinggi ada enam provinsi yang mengalami kebakaran hutan. Di Provinsi Riau ada 201 titik, Jambi (84 titik), Sumatera Selatan (126 titik), Kalimantan Barat (660 titik), Kalimantan Tengah (482 titik) dan Kalimantan Selatan (46 titik).
Plt Kapusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, BNPB dan pemerintah daerah terus bekerja memadamkan kebakaran hutan. "BNPB menerjurkan 90.272 personel untuk memadamkan api di enam provinsi prioritas," kata dia.
Ribuan personel tersebut dikerahkan untuk pemadaman darat, patroli dan sosialisasi. Untuk pemadaman juga mengerahkan 37 pesawat untuk water booming. []
Baca juga:
- Hukuman Push Up dan Bernyanyi Buat Warga Yogyakarta
- Formanensy Siahaan, Korban Bank BRI Syariah Yogyakarta
- Liburan di Yogyakarta, Kunjungi Lima Wisata Barunya