Bule Ikut Iuran Bedah Rumah di Yogyakarta

Pelajar asing di SMAN 3 Yogyakarta tampak ceria mengenakan pakaian khas Jawa, menyemarakkan pesta ulang tahun sekolah.
Pelajar asing program pertukaran pelajar SMAN 3 Yogyakarta ikut berpartisipasi menyemarakkan HUT sekolah ke-77 berupa bedah rumah tidak layak huni milik karyawan. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Sepuluh pelajar asing di SMAN 3 Yogyakarta tampak ceria. Mereka mengenakan pakaian khas Jawa, antusias menyemarakkan pesta ulang tahun sekolah yang ke-77 tahun.

Mereka sedang mengikuti program pertukaran pelajar di sekolah yang beralamat di Jalan Yos Sudarso Kotabaru Yogyakarta ini. Perayaan ulang tahun dilakukan dengan bedah rumah milik karyawan non PNS yang sudah bekerja lebih 20 tahun di sekolah itu.

Pelajar asal Jerman, Elisabeth, 18 tahun, mengaku senang menjadi bagian dalam kegiatan sosial ini. "Saya sangat senang. Ini hal bagus, saling membantu," katanya di Yogyakarta, Kamis 19 September 2019.

Selain dari Jerman, pertukaran pelajar juga berasal dari Belanda, Australia, Prancis dan lainnya. "Saya sudah merasa tidak asing memakai baju ini (kebaya khas Jawa)," kata Elisabeth.

SMAN 3 Yogyakarta, atau yang lebih akrab disapa Padmanaba ini memilih kegiatan sosial dalam merayakan hari jadinya. Launching ground breaking secara simbolis dimeriahkan barisan drone, barisan Bhinneka Tunggal Ika serta pelepasan puluhan jenis burung seperti merpati, kutilang dan perkukut.

Kepala SMAN 3 Yogyakarta Maman Surahman mengatakan, ada lima rumah yang dibedah. Pemilihan rumah yang bedah sudah melalui survei, yang diprioritaskan yang tidak layak huni. Rumah yang dibedah milik petugas kebersihan. "Mereka adalah karyawan non PNS," katanya.

Dia mengatakan, rencananya bedah rumah tidak layak huni dilalukan rutin setiap tahun. Pihak sekolah sudah mendaftar rumah karyawan sekolah yang akan diperbaiki. "Ini yang pertama, tahun berikutnya harapannya berkelanjutan," ujar Maman.

Ketua Ikatan Alumni Dr Hendri Saparini mengatakan, bedah rumah ini melibatkan seluruh angkatan. Dari almuni angkatan 50-an sampai dengan siswa yang aktif. "Kami iuran, termasuk adik-adik yang masih belajar," kata dia.

Dia mengatakan, total iuran yang terkumpul sekitar Rp 160 juta. Sedangkan biaya perbaikan rumah sekitar Rp 50 juta per unit. "Kami masih membuka bagi donatur atau alumni yang ingin menyisihkan rezeki untuk membantu bedah rumah," ujar Saparini.

Menurut dia, bedah rumah milik karyawan yang tidak layak huni ini bukan tanpa alasan. Selain memupuk kebersamaan sesama alumni, juga sebagai bentuk kenangan bakti alumni dan siswa kepada guru dan karyawan sekolah.

Dia berharap, bedah rumah ini juga menginspirasi sekolah lain untuk melalukan hal serupa. "Semoga sekolah lain juga melakukannya, sebagai bentuk bakti kepada guru dan karyawan yang sudah memberikan ilmu selama belajar," ungkapnya. []

Berita terkait
Peran Tionghoa di Yogyakarta yang Terkubur Sejarah
Warga Tionghoa sudah menempati Yogyakarta sejak ratusan tahun silam. Ini sejarahnya
Hukuman Push Up dan Bernyanyi Buat Warga Yogyakarta
Pelanggar perlintasan kereta api di Yogyakarta, dihukum dengan cara push up dan bernyanyi di depan petugas.
Hukuman Push Up dan Bernyanyi Buat Warga Yogyakarta
Pelanggar perlintasan kereta api di Yogyakarta, dihukum dengan cara push up dan bernyanyi di depan petugas.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.