Sragen – Hujan deras disertai angin kencang menerjang sejumlah daerah di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu, 20 November 2019 sore. Sejumlah bangunan dan pohon tumbang akibat kejadian itu. Salah satunya bangunan aula SMKN 1 Miri, Sragen.
Aula sekolah yang berada di Dusun I, Desa Jeruk, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen yang ambruk itu mengakibatkan 22 siswa mengalami luka. Mereka langsung dibawa ke sejumlah rumah sakit terdekat.
"Data sementara yang menjadi korban ada 22 siswa," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen Sugeng Priyono dalam keterangan tertulis, Rabu 20 November 2019 malam.
Sebanyak 22 siswa tersebut mendapat perawatan di sejumlah rumah sakit. Berikut nama-nama korban luka beserta rumah sakit yang merawat para korban atas kejadian aula SMKN 1 Miri yang roboh:
1. Rumah Sakit Karima Utama ada tiga orang yang mengalami patah tulang atas Bayu samudra, Alfian yudianto dan Bagas Dwi.
2. Rumah Sakit Yakni ada empat orang yakni Bagas Rohmat, Danang Alkarim, Bagus Priantiro dan Tribintan Pertiwi.
3. RSUD Sragen ada lima orang yakni Ahmad Fauzi, Bagas Diva, Aziz Muhsin, Dimas Taufiq, Muhammad Ammar.
4. Rumah Sakit Assalam ada sembilan orang yakni Esa jatra, Muh sidik, Andrian Putra, Lusi Kurnia, Lumayan, Lutfita Alif Dwi, Bagas Arya, Dio Parirendra.
5. RSUD Gemolong ada satu orang atas nama Nanda Amrullah.
Masyarakat diharapkan untuk waspada terhadap potensi bahaya tersebut.
Pantauan BPBD setempat, angin kencang tidak hanya merobohkan bangunan sekolah, namun juga merusak genting rumah milik warga serta pohon tumbang di beberapa titik. Satu bangunan water boom Kwagen Indah juga roboh.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya mengatakan sehubungan dengan mulainya pergantian musim di beberapa wilayah, potensi bahaya angin kencang dan puting beliung makin tinggi.
"Masyarakat diharapkan untuk waspada terhadap potensi bahaya tersebut," katanya.
Menurut dia salah satu upaya yang dapat dilakukan seperti memperhatikan pohon di sekitar yang berpotensi roboh. Warga diminta memangkas ranting pohon agar potensi roboh dapat dikurangi.
"Potensi bahaya angin kencang dan puting beliung biasanya terjadi pada saat pergantian musim dari musim kemarau ke penghujan dan sebaliknya," ujar dia. []
Baca Juga:
- Bencana Angin Kencang, 11 Rumah di Gunungkidul Rusak
- Angin Kencang, Sejumlah Rumah Rusak di Aceh
- Ketika Angin Kencang Mengamuk di Yogyakarta