Yogyakarta Harus Waspada DBD Saat Wabah Corona

Yogyakarta harus waspada DBD di saat wabah Corona. Data DBD menunjukkan dua bulan ini tercatat 1.032 kasus, dua di antaranya meninggal.
ilustrasi nyamuk Aedes aegypti. (Foto: Pixabay)

Yogyakarta - Masyarakat perlu waspada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini mulai meningkat pada awal 2020 yang berbarengan dengan datangnya musim penghujan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak 1 Januari 2020 hingga 29 Februari 2020, telah terjadi 13.864 kasus DBD dengan 78 orang meninggal. Beberapa daerah bahkan telah menetapkan kasus DBD ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Kabupaten Sikka dan Kabupaten Belitung.

Ahli serangga World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Warsito Tantowijoyo memprediksi pada Maret dan April 2020 sebagai puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta. Hal tersebut berdasarkan data populasi Aedes aegypti yang telah mencapai puncaknya pada Januari 2020.

“Puncak populasi Aedes aegypti terjadi di sekitar Januari lalu. Setelahnya populasi akan menurun. Berdasarkan pengalaman, musim tinggi penyakit DBD biasanya mulai terjadi dua sampai tiga bulan pasca puncak populasi nyamuk," kata Warsito, Jumat, 27 Maret 2020.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selama Januari-Februari 2020 telah terjadi 1.032 kasus. Rinciannya di Gunungkidul 333 kasus, dua orang di antaranya meninggal dunia, Bantul 276 penderita, Sleman 248 penderita, Kulon Progo 92 penderita, dan Kota Yogyakarta 81 penderita.

Berkaca pada data tersebut, WMP Yogyakarta mendukung pemerintah agar masyarakat lebih waspada terhadap ancaman penyakit demam berdarah.

Wolbachia Efektif Turunkan Angka DBD

Peneliti Utama WMP Yogyakarta, Adi Utarini mengatakan pada 2016 mulai menitipkan ember berisi telur Aedes aegypti ber-Wolbachia di sebagian area Kota Yogyakarta untuk melihat efektifitasnya dalam pengendalian dengue. Dari penelitian selama beberapa tahun yang sudah dilakukan, WMP Yogyakarta menemukan bahwa Wolbachia efektif dalam penurunan angka DBD di wilayah kuasi penelitian.

"Temuannya, kasus DBD di wilayah yang diintervensi dengan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta menurun 74 persen dibandingkan wilayah yang tidak diintervensi," ujarnya.

Angka tersebut merupakan analisis awal dalam implementasi teknologi Aedes aegypti ber-Wolbachia untuk pengendalian vector dengue. Analisis ini menunjukkan arah positif bahwa terdapat penurunan kasus demam berdarah di wilayah penitipan ember telur nyamuk ber-Wolbachia dibandingkan dengan wilayah pembanding.

Data kasus tersebut berasal dari data pengawasan pasif Dinkes Kota Yogyakarta sebelum dan setelah pelepasan Aedes aegypti ber-Wolbachia.

Hasil dari wilayah kuasi ini bukan menjadi kesimpulan akhir. WMP Yogyakarta masih menunggu hasil dari penelitian CRCT (Clustered Randomized Controlled Trial) yang diharapkan diperoleh di penghujung 2020. "Hasilnya baru bisa diketahu akhir tahun ini," katanya.

Agar terhindar dari DBD dan Covid-19, menurutnya, dianjurkan untuk selalu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut, program Pemerintah dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tetap menjadi acuan.

Utamanya juga dalam menjalankan 3M plus, seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, plus menghindari gigitan nyamuk, serta mengantisipasi tempat-tempat potensial yang menjadi sarang nyamuk.

“Sepanjang penelitian yang kami lakukan, kami meyakini metode Wolbachia sebagai komplementer dari upaya pengendalian DBD yang sudah berjalan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus,” katanya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Penyebab Kasus DBD Meningkat di Kulon Progo
Kasus DBD di Kulon Progo, Yogyakarta meningkat awal 2020. Faktor cuaca menjadi salah satu penyebabnya.
Tujuh Gejala DBD yang Menakutkan
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang menakutkan. Berikut gejala umum DBD yang harus diperhatikan.
515 Pasien 4 Orang Meninggal, Malang Belum KLB DBD
Berdasarkan data Dinkes Jatim, Kabupaten Malang merupakan daerah terbanyak penderita DBD dibandingkan kabupaten dan kota lainnya di Jatim.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.