Perubahan Iklim dan Siklus DBD di Yogyakarta

Awal tahun 2020 ini kasus DBD di Yogyakarta melonjak. Apakah karena perubahan iklim atau memang siklus tahunan?
Nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue atau DBD. (foto: wikimedia.org).

Yogyakarta - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Yogyakarta meningkat akhir-akhir ini. Di Kabupaten Bantul selama periode Januari hingga Februari tahun ini, sudah ada 253 kasus DBD. Di Kabupaten sampai 9 Maret 2020 tercatat 354 kasus DBD. Banyak yang menyebut DBD merupakan siklus tahunan. Benarkah?

Siklus tahunan sudah tidak dapat lagi dijadikan tolak ukur kasus DBD di Yogyakarta. Pasalnya, faktor eksternal seperti perubahan iklim menjadi salah satu penyebabnya.

"Karena kalau dilihat di beberapa wilayah di DIY seperti di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul, belum waktunya tapi ternyata sudah terjadi kasus DBD yang cukup tinggi," kata Ketua Peneliti World Mosquito Program (WMP), Profesor Adi Utarini saat dihubungi pada Jumat, 13 Maret 2020.

Menurut dosen yang juga mengajar di FKKMK UGM itu, siklus DBD dalam waktu tiga, empat atau lima tahun jangan dijadikan pegangan untuk menanggulangi kasus DBD. Ia mencontohkan di Gunungkidul sejauh ini terdapat tiga orang meninggal dunia terkena DBD. Padahal, puncak kasus DBD di Bumi Handayani diprediksi terjadi pada 2021 yang akan datang.

Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan guna mencegah kasus DBD yaitu pengawasan secara terus menerus. "Terutama saat musim hujan sekarang ini," ucapnya.

Pemantauan tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di kabupaten dan kota di Yogyakarta. Melainkan keterlibatan masyarakat juga dibutuhkan untuk memantau kondisi lingkungannya. Tidak hanya itu, kewaspadaan dini juga perlu digalakkan untuk mengawasai jentik-jentik nyamuk.

Karena kalau dilihat di beberapa wilayah di DIY seperti di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul, belum waktunya tapi ternyata sudah terjadi kasus DBD yang cukup tinggi.

Hal yang dapat dilakukan masyarakat ialah apabila dalam suatu wilayah sudah ada kasus DBD bisa dijadikan peringatan bahwa Aedes Aegepty ada di sana. "Seharusnya itu sudah cukup untuk dijadikan pengingat," katanya.

Ia menyebut bahwa persoalan terkait DBD adalah telur nyamuk tidak mudah mati. Pada musim kering pun, telur-telur tersebut tetap mampu bertahan hidup selama enam sampai sembilan bulan.

Selama ini, jika tren data yang dikeluarkan oleh dinkes bahwa pada tahun tertentu jumlah kasus DBD tinggi namun tahun berikutnya kasusnya mulai menurun. Pada 2015 dan 2016 lalu merupakan puncak terjadinya DBD di beberapa wilayah di Indonesia.

Disinggung mengenai efektivitas kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), katanya, PSN bisa menjadi cara efektif untuk memberantas nyamuk Aedes Aegepty. Meski demikian, PSN perlu dilakukan secara meluas agar RT atau RW kelurahan lainnya mau ikut aktif melakukan PSN.

PSN pun tidak cukup, maka melalui penelitiannya dengan meletakkan nyamuk Wolbachia agar angka DBD bisa berkurang menjadi upaya komplementer atau pelengkap. "Yang saya sayangkan itu masih ada yang enggan menjaga kebersihan lingkungannya karena sudah ada nyamuk Wolbachia," katanya.

Terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengungkapkan, jumlah kasus DBD selama empat tahun terkahir tercatat pada 2016 ada 1.154 kasus, empat di antaranya meninggal dunia.

Pada 2017 kasus DBD turun menjadi 288, 2018 turun lagi menjadi 124 kasus, 2019 naik menjadi 579 kasus, dan per 9 Maret 2020 tercatat 354 kasus DBD. "Di mana tiga orang di antaranya meninggal dunia karena DBD," katanya.

Menurutnya, jumlah kasus DBD di Gunungkidul untuk Provinsi DIY merupakan yang tertinggi. Melihat tingginya penderita DBD, masyarakat di Gunungkidul diimbau untuk aktif mencegah DBD. "Masyarakat secara swadaya bisa melakukan fogging," ungkapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Fokus Pemerintah Terpecah ke Virus Corona dan DBD
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan pemerintah mengupayakan penanganan penyakit DBD di tengah terpaan virus corona.
1.766 Orang di Jatim Terjangkit DBD, 15 Meninggal
Data Dinkes Jatim dari 1.766 kasus DBD di Jatim, Kabupaten Malang tercatat tertinggi masyarakat terjangkit penyakit DBD.
Selain Virus Corona, DBD Jadi Sorotan Pemerintah
Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia mengatakan selain virus corona, penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi perhatian pemerintah.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.