Penyebab Kasus DBD Meningkat di Kulon Progo

Kasus DBD di Kulon Progo, Yogyakarta meningkat awal 2020. Faktor cuaca menjadi salah satu penyebabnya.
Nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue atau DBD. (foto: wikimedia.org).

Kulon Progo - Sejak awal tahun hingga pertengahan Maret 2020, jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarya, meningkat. Cuaca menjadi bagian dari faktor penyebab peningkatan ini.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Baning Rahayujati, mengatakan, hingga Rabu 18 Maret 2020, jumlah penderita DBD di Kulon Progo naik menjadi sekitar 84 orang, dari jumlah sebelumnya yaitu 71 orang pada pekan lalu. "Mereka tersebar di seluruh kapanewon di Kulon Progo," ucapnya di Kulon Progo pada Kamis, 19 Maret 2020.

Sejauh ini belum ada laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan Kulon Progo tentang adanya penderita yang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Namun, masyarakat tetap harus waspada karena penyakit ini tetap berisiko menyebabkan kematian, meski penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini bisa disembuhkan.

Baning menjelaskan, setelah digigit nyamuk Aedes aegypti, seseorang dapat mengalami gejala penyakit DBD pasca selesainya masa inkubasi virus dengue. Selama masa inkubasi 4-7 hari, virus DBD akan memperbanyak diri di dalam tubuh penderita. "Masa inkubasi DBD adalah rentang waktu yang diperlukan, mulai saat nyamuk menggigit hingga orang tersebut mengalami gejala DBD," ujarnya.

Jika tidak segera ditangani, risiko terbesar kematian, jadi memang perlu ada pencegahan sejak awal.

Baning menuturkan, gejala awal penyakit DBD yaitu demam tinggi hingga sekitar 40° Celsius, sakit kepala berat, nyeri di bagian belakang mata, bintik-bintik kemerahan di kulit, mual dan muntah serta nyeri otot dan persendian. Sekitar 3-7 hari sejak gejala awal, tubuh akan terasa membaik dan. Demam pun akan turun menjadi di bawah 38°C.

"Fase ini justru fase kritis DBD yang bisa menyebabkan komplikasi berbahaya berupa pendarahan. Jika tidak segera ditangani, risiko terbesar kematian, jadi memang perlu ada pencegahan sejak awal," ucapnya.

Cara pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat, lanjut baning, adalah dengan melakukan gerak serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan mengubur atau mendaur ulang sampah, menutup tempat penampungan air, dan menguras atau membersihkan bak mandi secara rutin paling tidak 1 minggu sekali.

"Perlu digencarkan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk (Gertak PSN), melihat semakin bertambahnya jumlah penderita DBD di Kulon Progo," tutur Baning.

Sedangkan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengasapan atau fogging di sejumlah wilayah sebagai bentuk antisipasi. "Kami sudah foging di Prembulan (Galur), Terbah (Wates), Brosot (Galur), Sidorejo (Lendah), Glagah (Temon)," ucapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Bukan Corona, Sekda Sulsel Dirawat Karena DBD
Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Abdul Hayat diduga terinveksi corona sehingga harus dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo.
Tujuh Gejala DBD yang Menakutkan
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang menakutkan. Berikut gejala umum DBD yang harus diperhatikan.
Cegah Corona dan DBD Polres Belu Fogging Rumah Warga
Dalam rangka mencegah penyebaran virus corona dan wabah DBD Kepolisian Resor Belu NTT membersihkan lingkungan dan melakukan fogging di rumah warga
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.