Malang - Kasus pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang angkanya sudah mencapai 69 orang. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ternyata lebih besar yaitu menembus angka 16.099 selama periode Januari sampai Maret 2020 ini.
Dari angka tersebut, sebanyak 515 kasusnya DBD terjadi di Kabupaten Malang dengan angka kematian sudah 4 orang selama periode tersebut. Rinciannya satu kasus kematian pada Januari, dua kasus di Februari dan satu kasus lagi pada Maret ini.
DBD ini juga perlu perhatian, selain virus corona. Karena, kasus ini juga rawan terjadi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Arbani Mukti Wibowo mengatakan kasus DBD di Kabupaten Malang memang terbilang ada kemajuan. Di tahun 2020 ini, 167 kasus terjadi di bulan Januari, 268 kasus di bulan Februari dan 80 kasus hingga Jumat 13 Maret kemarin.
"DBD ini juga perlu perhatian, selain virus corona. Karena, kasus ini juga rawan terjadi (yang berujung pada kematian penderita DBD) soalnya," ujarnya kepada Tagar, Sabtu 14 Maret 2020.
Meski demikian, kata Arbani, angka kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Malang masih terbilang aman yaitu case fatality rate (CFR) DBD masih 0,78 persen. Artinya, angka itu masih di bawah CFR DBD yang telah ditetapkan sebesar 1 persen.
"Targetnya kan memang harus dibawah 1 persen. Nah, CFR DBD di Kabupaten Malang masih 0,78 persen. Masih tergolong aman lah," terangnya.
Sampai saat ini, pihaknya juga sudah melakukan upaya untuk mencegah DBD. Salah satunya dengan dengan memberikan pengetahuan tentang bahaya DBD dan pencegahannya.
Selain itu, petugas kesehatan di masing-masing Puskesmas di Kabupaten Malang juga sudah dibekali dengan fogging. Sehingga, jika ada permintaan dari masyarakat bisa segera ditangani.
"Kalau dulu fogging kan hanya dilakukan petugas Dinas Kesehatan. Nah, mulai 2019 akhir sampai sekarang sudah dialihkan yaitu kalau masyarakat membutuhkan (fogging) bisa mengunjungi dinas setempat yang nantinya dilaksanakan oleh petugas puskesmas yang sudah dibekali," jelasnya.
Sementara itu, dia juga mengatakan ada tiga daerah di Kabupaten Malang yang status wilayahnya sebagai endemik DBD. Dipaparkannya yaitu Kecamatan Turen, Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Kecamatan Poncokusumo.
"Fogging itu kan digunakan untuk daerah yang endemik DBD. Tapi tetap, yang lebih penting sebenarnya pemberantasan sarang nyamuk dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakatnya," kata dia.
"Jadi, kalau kondisi daerahnya tidak ada sarang nyamuknua. Tentu harapannya kan tidak ada nyamuk yang menyebarkan virus demam berdarah," tuturnya.
Dinkes Surabaya Tak Andalkan Fogging
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengungkapkan jumlah penderita DBD di Surabaya dari Januari-Maret 2020 baru tercatat sembilan orang. Jumlah tersebut menurun drastis dibandingkan tahun lalu tercatat 63 orang.
Feni sapaan akrabnya penurunan jumlah penderita DBD dikarenakan gencarnya kader Jumantik melakukan sosialisasi pencegahan dan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Alhamdulillah dengan upaya itu akhirnya DBD turun, Januari, 2 (pasien DBD) tahun 2019, 33 orang. Februari, 7 orang, tahun lalu 63 orang. Maret belum ada sampai saat ini, mudah-mudahan lebih rendah lagi. Kalau tahun lalu 270-an pasien, meninggal satu orang," kata dia.
Feni menyebutkan menurunnya jumlah penderita DBD berkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan. Selain itu, gencarnya 22.950 kader Jumantik membuat pencegahan DBD di Surabaya berjalan dengan baik, meski tanpa melakukan fogging.
"Kami sudah tidak pernah melakukan fogging. Kami lebih utamakan melakukan PSN. Karena pencegahan DBD lebih baik dengan memberantas sarang nyamuk," kata dia. []
