DBD Meningkat, Dua Bulan 253 Kasus di Bantul

Warga Bantul Yogyakartaa diminta waspada terhadap siklus lima tahunan DBD. Tahun ini dalam dua bulan tercatat 253 kasus.
Ilustrasi - Nyamuk DBD (Foto: Antara/hellosehat)

Bantul - Kasus demam berdarah dangue (DBD) terus mengalami peningkatan di Kabaupaten Bantul, Yogyakarta. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat selama periode Januari hingga Februari tahun ini, sudah ada 253 kasus DBD.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul, Tri Wahyu Joko Santoso memaparkan peningkatan kasus DBD mulai terjadi sejak masuk minggu kelima atau awal Februari lalu. Dari yang tadinya 50 kasus melonjak menjadi 115 kasus dan kini sampai di angka 253 kasus.

Kasus terbanyak ada di Kecamatan Sewon 31 kasus, disusul Kecamatan Pandak 26 kasus, Kasihan 17 kasus, dan Banguntapan 14 kasus, "Rata-rata rentang usia yang terserang DBD ini antara 5-15 tahun," kata Tri Wahyu Joko Santoso saat dihubungi Rabu, 11 Maret 2020.

Menurut dia, jika dibandingkan dengan 2019 lalu pada periode yang sama masih, hampir sama jumlahnya. Tingkat kesembuhan pasien penyakit akibat serangan nyamuk Aaedes Aegypti ini juga cukup tinggi. Ini berkat kecepatan penanganan petugas kesehatan.

Kesadaran masyarakat juga sudah meningkat untuk memeriksakan diri di fasilitas kesehatan terdekat ketika mendapati gejala demam. "Sampai saat ini belum ada (penderita DBD) yang meninggal dunia dan jangan sampai ada, kesadaran warga juga sudah meningkat tidak seperti dulu lagi," ujarnya

Ia menegaskan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebagai solusi menangkal penyebaran demam berdarah dengan mengedepankan upaya 3M plus. Selain itu larvasida juga sudah disediakan di tiap Puskesmas yang bisa diakses gratis oleh masyarakat.

Larvasida tersebut untuk ditaburkan dalam sumur, kolam atau penampungan air lainnya dan dipastikan air yang tercampur larvasida aman dikonsumsi.

Rata-rata rentang usia yang terserang DBD ini antara 5-15 tahun.

Pihaknya secara berkala juga akan melakukan pemantauan PSN di tiap kecamatan seperti pada pertengahan bulan lalu pemantauan dilakukan oleh Dinas Kesehatan bersama sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) gerakan serentak pemantauan PSN saat itu dipimpin langsung oleh Bupati Bantul Suharsono.

Dalam beberapa kesempatan Suharsono kerap menekankan pentingnya melakukan PSN. Bahkan ia meminta semua OPD untuk turun langsung bersama masyarakat melakukan gerakan PSN. "Pencegahan dan penanggulangan DBD tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan Dinas Kesehatan tanpa dukungan lintas sektoral dan masyarakat, jadi harus bersama-sama," ujar Suharsono.

Tahun ini juga merupakan tahun yang dikhawatirkan terjadinya lonjakan kasus DBD dalam siklus lima tahunan sebagaimana yang terjadi sebelum-sebelumnya.

Angka terbanyak DBD di Bantul terjadi pada 2016 lalu yang mencapai 2.441 kasus dalam setahun. Tahun berikutnya kembali menurun sebanyak 538 kasus pada 2017, dan 2018 sampai Oktober mencapai 115 kasus. Sementara di 2019 ada 1.378 kasus DBD. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya meninggal dunia. []

Baca Juga:

Berita terkait
Lima Makanan Sehat Ampuh Mencegah DBD
Ada lima makanan yang disinyalir ampuh menangkal seseorang terjangkit virus dengue akibat gigitan nyamuk.
54 Warga Kediri Terjangkit DBD, Satu Meninggal Dunia
Dinkes tak ingin kejadian tahun 2019 saat Kabupaten Kediri ditetapkan kejadian luar biasa setelah 19 orang meninggal dunia akibat DBD.
Penderita DBD Dominasi di Gowa Awal Tahun 2020
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi penyakit yang mendominasi di awal tahun 2020 untuk wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.