Jakarta, (Tagar 9/6/2017) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2017-2022 terpilih Wimboh Santoso mengatakan akan mengkaji target pertumbuhan kredit industri perbankan sebesar 11-12 persen pada tahun ini.
“Kalau memang targetnya 11-12 persen, itu betul-betul harus terukur. Dilihat beberapa hal, berapa kekuatan permodalan bank, apakah ada 'space' untuk sampai memberikan space 11-12 persen, ataukah spacenya masih terlalu lebar. Jadi sebenarnya jika dari segi permodalan bisa tumbuh lebih dari itu, itu bisa dilihat,” ujar Wimboh di Kantor Pusat Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (9/6).
Selain itu, lanjut Wimboh, perlu juga dilihat dari sisi likuiditas industri perbankan itu sendiri. Kapasitas likuiditas harus mumpuni untuk dapat menopang penyaluran kredit. “Nanti tentunya perlunya juga kita lihat, oh bank ini cukup, bank ini tidak. Sehingga 'in total' itu mempunyai kapasitas berapa dari likuiditas,” ucap Wimboh.
Apabila total likuiditas perbankan masih juga belum terpenuhi, ia menilai perlu ada suatu kebijakan yang mendorong peningkatan likuiditas seperti masuknya modal asing atau ekspansi 'budget'. “Jadi 'kantong'-nya harus ada kalau memang kita dorong pertumbuhan gede. Atau multipliernya kita percepat, dengan sekuritisasi juga. Jadi banyak teknik-teknik, justru di sini 'skill'-nya OJK diuji, jadi bukan hanya duduk diam,” ujarnya.
Sedangkan hal terakhir yang berperan dalam mencapai target pertumbuhan kredit tersebut ialah adanya permintaan (demand), sehingga permodalan dan likuiditas yang ada dapat tersalurkan. “Namun kalau tidak ada, ya ciptakan. Kebijakan menciptakan ekonomi itu tentunya lebih banyak di 'government' di sektor riil, harus ada investasi apa. Apakah LRT Bogor-Jakarta sudah waktunya kantong-kantongnya itu seperti stasiunnya kita bangun kluster tertentu atau aktivitas ekonomi seperti mall pabrik atau apa. LRT itu kan pasti orang banyak akan tinggal di sana, pasti potensi demand-nya gede,” tutur Wimboh. (yps/ant)