TAGAR.id – Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) telah memperingatkan musim liburan Tahun Baru Imlek di China bisa menyulut lonjakan infeksi Covid-19. Banyak warga yang khawatir terutama terkait penyebaran Covid-19 ke kelompok lansia.
Banyak warga di China khawatir akan naiknya lagi penyebaran Covid-19 pada kerabat mereka yang sudah lanjut usia (lansia), terutama saat para pekerja urban mudik ke kota asal mereka untuk musim liburan Tahun Baru Imlek.
Peringatan dari pakar kesehatan terkemuka di China agar warga menghindari kontak dengan kerabat lansia selama liburan menjadi item yang paling banyak dibaca pada Kamis, 12 Januari 2023, di Weibo, media sosial mirip Twitter di China.
Pasien berbaring di tempat tidur bagian gawat darurat rumah sakit di Shanghai, China, di tengah wabah Covid-19, 4 Januari 2023. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Staff)
"Ini adalah saran yang sangat relevan, kembali ke kota asal .… atau utamakan kesehatan lansia,” tulis seorang pengguna. Sementara pengguna lain mengatakan, mereka tidak berani mengunjungi nenek mereka dan hanya akan meninggalkan hadiah untuknya di depan pintu.
"Tahun baru sudah dekat dan saya khawatir dia kesepian,” tulis pengguna tersebut.
Lebih dari dua miliar pengguna kendaraan umum diperkirakan akan melakukan perjalanan selama periode Tahun Baru Imlek yang lebih panjang, yakni dimulai pada 7 Januari 2023 dan berlangsung selama 40 hari, kata Kementerian Transportasi China.
Jumlah itu dua kali lipat dari perjalanan tahun lalu dan sekitar 70% dari yang terdata pada tahun 2019, sebelum pandemi pertama kali muncul di Wuhan.

Kurangnya data resmi
WHO sebelumnya telah memperingatkan, musim liburan Tahun Baru Imlek yang secara resmi dimulai dari 21 Januari itu dapat menyulut kembali lonjakan kasus infeksi Covid-19.
Sementara dengan merujuk minimnya data resmi dari China, WHO pada hari Rabu, 11 Januari 2023, telah menyatakan, akan sulit mengelola penyebaran virus selama periode liburan, yang dianggap sebagai migrasi tahunan terbesar di dunia itu.
Meskipun pakar kesehatan internasional telah memperkirakan setidaknya 1 juta kematian terkait Covid-19 tahun ini, China hanya melaporkan lebih dari 5.000 kematian sejak pandemi dimulai.
China pada bulan lalu juga telah melonggarkan kebijakan penguncian massal yang ketat, menyusul meluasnya protes atas kebijakan nol Covid di seluruh negeri.
Kebijakan pelonggaran "lockdown" yang tiba-tiba itu, kini membuat sebanyak 1,4 miliar populasi China yang kebanyakan tidak memiliki kekebalan alami, terancam infeksi Covid-19. Termasuk banyak lansia yang tidak divaksin secara penuh.
Wabah yang menyebar dari kota-kota besar ke daerah pedesaan dengan sumber daya medis yang lebih lemah, juga dilaporkan telah membuat sejumlah rumah sakit dan krematorium kewalahan. [gtp/as (Reuters)]/dw.com/id. []