Wabah Corona, Pasar Butik Seken Bukittinggi Sepi

Wabah virus corona mulai berdampak ke Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Sejumlah pasar pusat penjualan pakaian sepi pembeli.
Suasana Pasar Butik di Kota Bukittinggi yang menyediakan beragam pakaian bekas aneka merek tampak sepi pengunjung, Sabtu, 14 Maret 2020. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

Bukittinggi - Efek penyebaran virus corona (Covid-19) mulai dirasakan kelompok masyarakat lapisan bawah. Sejumlah pedagang kain di sekitar Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mengaku penjualannya menurun drastis, bahkan hingga 500 persen.

Kini sepi betul orang berbelanja. Biasanya masih ada turis-turis Malaysia yang mampir.

Sejumlah pusat perbelanjaan terlihat mulai sepi pembeli. Pakaian yang biasanya kategori impor mulai sulit didapat. Pedagang terpaksa hanya berpatokan pada stok yang ada di gudang. Itu pun mulai sulit berpindah tangan, sebab sepinya pembeli.

Ketua Umum Komunitas Pedagang Butik Seken(KPBS) Kota Bukittinggi Bos Martin mengatakan fenomena sepinya pembeli memang sudah berlangsung sejak tahun 2018 silam. Namun, keadaan semakin diperparah dengan adanya isu penyebaran virus corona.

"Dulu kami masih bisa beromset 700 ribu sehari. Kini hanya dapat 100 ribu, bahkan membawa pulang hanya 50 ribu rupiah saja. Omset kami turun sampai 500 persen," katanya, Sabtu, 14 Maret 2020.

Barang impor pun kini mulai sulit didapatkan. Biasanya, barang masuk melalui kontainer dari China atau Korea Selatan. Setelah dibongkar di Medan, Sumatera Utara, barang lalu dikirim ke Kota Bukittinggi melalui jalur darat.

"Kini sepi betul orang berbelanja. Biasanya masih ada turis-turis Malaysia yang mampir. Kini hanya pengunjung yang numpang lewat saja," katanya.

Pasar Butik di Kota Bukittinggi sudah eksis sejak 1994. Dulunya, para pedagang yang tergabung dalam KPBS tersebar di Pasar Aurtajungkang dan kini mulai bergeser ke Pasar Putih.

Keberadaan pasar butik menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Bukittinggi. Sehingga, keberadaannya sudah menjadi bagian sejarah kota wisata yang identik dengan ikon Jam Gadang itu.

"Cobaan sudah dimulai sejak 2018. Diawali dengan terbakarnya komplek pertokooan Pasar Atas. Lalu, Jam Gadang sebagai ikon kota direvitalisasi. Hari demi hari omset kami terus menurun drastis," tuturnya.

Hal senada juga dikeluhkan Sekretaris Persatuan Pedagang Pasar Lereng (P3L) Kota Bukittinggi, Engky Evon. Menurutnya, meski kawasan ini identik menjual produk pakaian lokal dengan harga miring, namun virus corona juga membuat pengunjung sepi.

"Dulu biasanya ramai turis yang makan siang di Los Nasi Kapau. Melewati Pasar Lereng, biasanya mereka berbelanja oleh-oleh. Sering saya lihat mereka datang berbaju seragam, berkelompok. SeKarang tidak ada lagi," katanya.

Mantan Ketua Umum Persatuan Pedagang Aur Kuning (PPAK) Kota Bukittinggi, Hanafi juga mengklaim hal serupa. Ribuan pedagang yang menggantungkan hidup di pusat grosir terbesar di luar pulau Jawa itu kini menjerit.

Tragedi virus covid-19 telah membuat bahan baku sulit didapat. Padahal, ketersediaan bahan baku menjadi faktor penting bagi pedagang.

"Jika bahan baku lancar, konveksi mudah beroperasi. Stok dagangan grosir cepat berputar. Kini tidak lagi seperti itu. Makin sepi. Biasanya sebulan jelang puasa, sudah ramai pembeli," katanya. []

Berita terkait
Maling di Markas PMI Bukittinggi Ditangkap Polisi
Dua pencuri di Markas PMI Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, diringkus polisi.
Pemerkosa Disabilitas Diringkus Polisi Bukittinggi
Polres Bukittinggi, Sumatera Barat, menangkap seorang pria yang diduga memperkosa perempuan penyandang disabilitas.
Pensiunan Guru Dirampok Hingga Tewas di Bukittinggi
Pensiunan guru di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang diduga korban perampokan ditemukan bersimbah darah hingga akhirnya tewas di rumah sakit.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.