Jakarta - Dokter epidemiologi Tri Yunis Miko Wahyono menepis anggapan uji vaksin Covid-19 dapat menimbulkan sebaran virus anyar. Menurut Miko, 2.400 dosis calon vaksin corona dari Cina yang berlabuh di Indonesia tidak membawa virus.
"Virusnya tidak ada di Indonesia, kita cuman terima vaksinnya dari Cina," kata Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini kepada Tagar lewat sambungan telepon, Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020.
Kita cuman terima vaksinnya dari Cina
Melalui perusahaan plat merah PT Bio Farma, Indonesia akan melakukan uji klinis kandidat vaksin tahap ketiga. Menurut, Miko, uji klinis fase akhir ini memerlukan waktu hingga enam bulan dengan seribuan hingga lima ribuan sampel untuk membuahkan vaksin Covid-19
Anggota Ombudsman Republik Indonesia, Alvin Lee, mengingatkan pemerintah dan Bio Farma soal potensi terburuk uji klinis dosis vaksin asal Cina ini. Pemerintah, kata Alvin, harus benar-benar berhitung mengenai resikonya.
"Jangan sampai nanti, vaksin tersebut ternyata belum lolos (uji fase 1 dan 2) dan bocor keluar atau terjadi kecelakaan dan sebagainya yang menyebabkan bencana sosial lagi, misalnya, terjadi varian baru dari virus corona tersebut di Indonesia," katanya kepada Tagar, kemarin.
Baca juga:
- Dokter UI Optimis Uji Vaksin Covid-19 Berhasil
- PSBB Masa Transisi Mandek, Covid Menggila di Jakarta
- 3 Sebab Jakarta Catat Rekor Positif Covid-19 Harian
Sementara Miko optimis program ini berhasil menghasilkan vaksin lantaran uji coba sebelumnya disebut berlangsung aman. Perusahaan biofarma pembuat dosis vaksin, Sinovac, mengklaim uji klinis tahap pertama dan kedua terbukti dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19.
"Harapannya fase ketiga juga aman," ujar Miko.
Kemarin, 21 Juli 2020, Presiden Jokowi membahas rencana uji klinis ini bersama manajemen Bio Farma, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Istana Merdeka.
"Kita akan melaksanakan uji klinis vaksin Covid-19 tahap ketiga dengan melibatkan 1.620 sukarelawan. Hasilnya nanti akan dibandingkan dengan hasil uji klinis yang sama di berbagai negara," kata Presiden dalam laman Facebooknya kemarin.
Proses dan protokol fase uji klinis ini, kata Jokowi, akan mendapatkan pendampingan ketat dari BPOM. Apabila dinyatakan lolos, BPOM akan mempercepat pemberian izin edarnya.[]