Tujuh Tokoh Golkar yang Membentuk Partai Sendiri

Tidak sedikit elite Partai Golkar yang hengkang dan membentuk partai sendiri sejak reformasi bergulir.
Wiranto, Prabowo Subianto, Akbar Tanjung, Aburizal Bakri dan Surya Paloh sewaktu masih menjadi kader Partai Golkar. (Foto: Twitter/tweet_erland)

Jakarta - Tidak sedikit elite Partai Golkar yang hengkang dan membentuk partai sendiri. Mereka langsung agresif mendirikan kantor perwakilan partai di daerah dengan membentuk dewan perwakilan daerah (DPD). Mereka membentuk DPD di seluruh daerah yang pastinya disokong dana besar.

Lantas, siapa sajakah mereka yang dulunya tokoh Partai Golkar yang sekarang ini membentuk partai sendiri sejak era reformasi. Berikut Tagar merangkumnya.

1. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

Partai pertama yang lahir sebagai pecahan Golkar adalah Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). MKGR awalnya adalah sayap organisasi partai Golkar yang sempat diketuai Priyo Budi Santoso.

Didirikan oleh oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia era orde baru, Mien Sugandhi, MKGR yang lahir pada masa awal reformasi, yakni pada tanggal 27 Mei 1998. MKGR secara resmi maju dan bertarung pada pemilihan umum 1999 dan setelah itu MKGR tidak lagi terdengar gaungnya setelah perolehan suara yang tak signifikan dalam Pemilu 1999.

2. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)

PKPI lahir menyusul kemunculan Partai MKGR, yakni pada tanggal 15 Januari 1999 dengan nama awal Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) dan ikut serta dalam pemilu 1999.

Pendirinya adalah politikus senior Partai Golkar seperti Edi Sudrajat dan Hayono Isman. Menurut para pendiri PKP saat itu, Golkar dianggap kurang kooperatif dengan gerakan reformasi yang saat itu aktif, sehingga mendorong mereka membentuk poros pergerakan baru melalui partai dengan dominasi logo berwarna merah itu.

Pada pemilu 1999, partai ini hanya berhasil meraup 1.01 persen suara dan tidak memenuhi syarat untuk maju dalam pemilu berikutnya. Sebagai solusi, anggota partai membentuk partai baru dengan nama Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Pucuk pimpinan tetap di tangan Edi Sudradjat.

Kini, PKPI diketuai putra mantan kepala BIN Hendropriyono, Diaz Faisal Malik Hendropriyono, sejak 19 Mei 2018. Partai ini juga kembali berkompetisi dalam pemilu 2019 dan tergabung dalam koalisi pengusung pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Maruf Amin.

3. Partai Karya Peduli Bangsa

Menjelang pemilu 2004, muncul sempalan baru Partai Golkar, yakni Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Berdiri pada tanggal 9 September 2002. Partai ini didirikan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan mantan menteri dalam negeri pada Kabinet Pembangunan VII, R. Hartono. Partai ini percaya diri mendeklarasikan putri sulung mantan Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut sebagai calon presiden dari PKPB.

Mbak Tutut sebelumnya merupakan politikus Golkar yang sempat duduk sebagai anggota MPR RI dari Fraksi Golkar. Saat masih mejadi kader partai beringin, Tutut pernah menjadi Ketua Koordinator Bidang Pemberdayaan Wanita DPP Golkar sampai tahun 1997.

Pencapresan Tutut oleh PKPB urung lantaran pada hasil Pemilu 2004, partai yang bernomor urut 14 hanya memperoleh 2,11 persen suara secara nasional dan dua kursi di DPR RI.

PKPB sempat ikut berkompetisi kembali pada pemilu 2009 dengan nomor urut 2, tapi kecilnya perolehan suara membuat partai yang sempat berganti nama menjadi Partai Karya Pembangunan Bangsa itu hilang dan tak terdengar lagi rimbanya.

Partai GolkarWiranto, Prabowo Subianto, Akbar Tanjung, Aburizal Bakri dan Surya Paloh sewaktu masih menjadi kader Partai Golkar. (Foto: Twitter/tweet_erland)

4. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

Jelang pemilu 2004, Partai Golkar menggelar konvensi calon presiden. Beberapa tokoh elite partai kemudian maju mencalonkan diri termasuk Prabowo Subianto dan Wiranto. Wiranto kemudian memenangi konvensi dan maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar.

Namun, Wiranto harus kalah dengan sesama kader Partai Golkar, yakni Jusuf Kalla yang saat itu maju sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Wiranto kecewa dan memutuskan hengkang dari Partai Golkar. Dia kemudian mendirikan Hanura pada 21 Desember 2006. Dengan kendaraan politik barunya itu, dia berhasil lolos menjadi peserta Pemilu 2009 dan sempat maju kembali sebagai calon wakil presiden mendampingi mantan rivalnya, Jusuf Kalla yang maju sebagai calon presiden.

Pasangan Wiranto-Jusuf Kalla (JK-Win) harus menelan pil pahit kekalahan. Sementara Hanura sebagai partai, terus melesat dan tetap berkompetisi di kancah poltik nasional. Pada Pemilu 2019, partai ini tergabung dalam koalisi pendukung pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Maruf Amin.

5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

Sejarah lahirnya Partai Gerindra hampir mirip dengan kemunculan Partai Hanura, yakni bermula dari kekecewaan pendirinya, Prabowo Subianto yang gagal maju sebagai calon presiden dari konvensi Partai Golkar.

Partai Gerindra berdiri pada tanggal 6 Februari 2008 dan langsung ikut berkompetisi pada Pemilu 2009. Alhasil, mereka menempati 26 kursi (4.64 persen) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), setelah meraih 4.646.406 suara (4,5 persen).

Keputusan untuk berada di luar pemerintahan periode 2009-2014, berhasil melipatgandakan perolehan suara Partai Gerindra pada Pemilu 2014, yakni berhasil menjadi partai politik ketiga terbesar di Indonesia dan menempati 73 kursi di DPR dan meraih 14.760.371 suara (11,81 persen).

Prabowo Subianto bahkan maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2014, tapi harus kalah oleh Joko Widodo (Jokowi) yang sempat terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta usungan Partai Gerindra. Pada Pemilu 2019, Partai Gerindra mengusung Prabowo lagi untuk maju sebagai calon presiden dan kembali menelan pil pahit kekalahan.

Namun begitu, perolehan suara partai justru kembali naik dan menjadikan Gerindra sebagai partai kedua terbesar dengan menempati 78 kursi di DPR dan meraup 17.594.839 suara (13,57 persen).

6. Partai Nasional Demokrat (NasDem)

Sama halnya dengan Parai Hanura dan Gerindra, Partai NasDem didirikan oleh Surya Paloh yang juga merupakan peserta konvensi Partai Golkar 2004 bersama Wiranto dan Prabowo Subianto. Kekecewaan membuat Surya Paloh meninggalkan partai beringin dan membentuk organisasi masyarakat (ormas) bernama Nasional Demokrat.

Ormas tersebut kemudian bermetamorfosis menjadi partai dan berhasil maju menjadi peserta Pemilu 2014. Dengan jargon 'Politik Tanpa Mahar', Partai NasDem berhasil meraup suara hingga 6,72 persen dan meraih 35 kursi di DPR.

Partai NasDem kembali ikut dalam kontestasi Pemilu 2019 dan tergabung dalam koalisi pendukung pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Maruf Amin.

7. Partai Berkarya

Partai Berkarya adalah partai pecahan Golkar paling bungsu yang lahir pada tanggal 15 Juli 2016. Partai ini disebut-sebut merupakan fusi dari dua partai politik, yaitu Partai Beringin Karya dan Partai Nasional Republik yang belum sempat ikut pemilu.

Dipimpin oleh Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, dan posisi Sekretaris Jenderal dijabat oleh Priyo Budi Santoso, Partai Berkarya resmi menjadi peserta Pemilu 2019 dengan nomor urut 7.

Tommy dan Priyo Budi Santoso diketahui merupakan mantan elite Partai Golkar. Putra bungsu Presiden Soeharto itu bahkan pernah mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Golkar melalui Munas partai tahun 2009. Sedangkan Priyo sebelumnya merupakan politikus partai beringin yang sempat duduk sebagai Wakil Ketua DPR Fraksi Golkar periode 2009-2014.

Baca juga:

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.