Tips Milenial Melamar Pekerjaan dan Nyaman Bekerja

Kaum milenial sering mengeluhkan lamaran pekerjaan ditolak, atau merasa tidak nyaman di tempat kerjanya yang baru. Ini tips menjawab itu.
Psikolog UGM Yogyakarta Analisa Widyaningrum (tengah) dan Manager Elizabeth Area Yogyakarta Retno Daruwati (kiri) dalam talk show Fashion is your personality di Toko Elizabeth Yogyakarta, Jalan Urip Sumoharjo nomor 60, Jumat, 6 Desember 2019.(Foto: Tagar/Hidayat)

Yogyakarta - Lowongan pekerjaan banyak tersedia, tetapi banyak yang tidak diterima alias ditolak. Hal ini sering menjadi keluhan angkatan tenaga kerja, termasuk kaum milenial. Atau sudah diterima kerja, namun baru beberapa hari merasa tidak nyaman di tempatnya bekerja.

Ada beberapa tips atau strategi agar lamaran pekerjaan yang dimasukkan diterima oleh perusahaan atau instansi. Setidaknya memberi peluang bisa diterima. Tips ini sekaligus bagaimana merasa nyaman bekerja di lingkungan barunya.

Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Analisa Widyaningrum mengatakan, salah satu hal penting yang dimiliki generasi muda atau milenial adalah memperhatikan penampilan.

"Dalam konteks ini terutama mereka yang baru masuk dunia kerja atau melamar pekerjaan," katanya di sela talk show Fashion is your personality, di Toko Elizabeth Yogyakarta, Jalan Urip Sumoharjo Nomor 60, Jumat, 6 Desember 2019.

Dia mengatakan, hal yang perlu diperhatikan, pertama yakni harus mempelajari dahulu budaya atau kultur perusahaan yang ditempati. Ada perusahaan atau kantor yang memang mempunyai kultur santai maupun formal.

"Ada budaya yang santai, pakai sneakers, baju, jeans. Tapi kalau semua formal, rapi, tiba-tiba pakai jeans kan aneh. Sesuaikan dengan budaya atau kulturnya," ucap Ana, sapaan akrab Analisa Widyaningrum.

Alumnus Magister Psikologi UGM ini mengatakan tips lain yakni dalam berpakaian harus diusahakan tidak menyusahkan. "Tidak ribet, jangan sampai aktivitas pekerjaan terganggu untuk memperbaiki pakaian," ujarnya.

Terlalu ketat itu seperti tidak sopan. Kalau kedodoran, kayak baju pinjam.

Menurut Ana, hal lain yang perlu diperhatikan saat berpakain jangan sampai terlalu ketat atau sebaliknya. Pakaian yang ketat atau terlalu besar justru membuat tidak nyaman dalam berpenampilan di lingkungan kerja. "Terlalu ketat itu seperti tidak sopan. Kalau kedodoran, kayak baju pinjam. Jadi pakai senyaman mungkin," kata Ana.

Langkah selanjutnya adalah dalam pemilihan warna. Tidak jarang kaum milenial gagal dan mengkombinasikan warna pakaian yang dikenakan. "Padahal warna pakaian bisa yang menambah rasa percaya diri serta tak mencolok," ungkapnya.

Manager Elizabeth Area Yogyakarta Retno Daruwati mengatakan, Elisabeth yang merupakan brand lokal Indonesia yang sudah 56 tahun bergerak di bidang fashion, tetap konsisten menghadirkan produk-produk yang up to date. Termasuk untuk kaum milenial yang ingin menjaga penampilannya.

Menurut dia produk-produk yang dijual Elizabeth selalu mengikuti perkembangan zaman dengan pilihan yang beragam. Produk tersebut di antaranya tas wanita, tas kerja wanita, tas pria, koper, dompet serta sepatu. Aksesori yang ditawarkan juga selalu kekinian seperti jam tangan, kalung, gelang, anting dan kacamata, serta jam tangan dan kacamata untuk pria.

Retno mengatakan Elisabeth yang sudah melegenda di Indonesia selalu tetap cocok digunakan berbagai generasi. "Model-modelnya yang up to date dan kualitas yang tidak perlu diragukan lagi," katanya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Henju, Aksesori dari Yogyakarta Menembus Pasar Dunia
Aksesori Henju by Gracy dari Yogyakarta mampu menembus pasar dunia. Sebulan rata-rata beromzet USD 8.000.
Kelebihan Parfum Sepatu Anti Bau Karya Mahasiswa UNY
Parfum sepatu anti bau karya mahasiswa UNY Yogyakarta menarik perusahaan digital marketing Yoshugi. Produk ini punya beberaapa keunggulan.
Tampil Etnik dengan Parfum Batik Asal Yogyakarta
Parfum etnik dari Yogyakarta ini bisa menjadi salah satu pilihan diantara banyaknya parfum impor yang menyerbu tanah air.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi