Tes Swab Unsyiah Aceh Tersisa 3.000 Pemeriksaan

Terancam berhentinya Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh untuk memeriksa sampel Covid-19.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melakukan pemeriksaan swab qPCR terkait Covid-19 kepada belasan jamaah Masjid Jamik Darussalam, Banda Aceh, Aceh. (Foto: Tagar/Istimewa)

Banda Aceh - Laboratorium Infeksi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) saat ini masih mampu memeriksa tes swab Covid-19 berbasis real time polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk 3.000 pemeriksaan lagi.

Rektor Unsyiah, Samsul Rizal mengatakan, jumlah pemeriksaan ini diprediksikan dapat berjalan hanya untuk kurun waktu satu bulan saja. Pernyataan ini ia sampaikan untuk menanggapi terancam berhentinya Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh untuk memeriksa sampel Covid-19 akibat habisnya bahan pendukung kesehatan.

“Stok bahan habis pakai yang ada di lab Unsyiah saat ini tersisa 3.000 lagi. Kita prediksikan masih bisa digunakan untuk satu bulan jika dalam kondisi normal,” kata Samsul, Selasa, 4 Agustus 2020.

Namun, kata Samsul, melihat penyebaran Covid-19 yang semakin meluas di Aceh dan meningkatnya jumlah positif, jumlah 3.000 ini tergolong sedikit. Setiap harinya laboratorium infeksi Unsyiah memeriksa sekitar 50-200 sampel. Jumlah pemeriksaan tes swab semakin meningkat usai libur Idul Adha.

Kita prediksikan masih bisa digunakan untuk satu bulan jika dalam kondisi normal.

Kata Samsul, mengantisipasi hal terburuk, Unsyiah telah memesan kembali bahan pemeriksaan yang dibutuhkan ke beberapa penyuplai. Namun nyatanya, kebutuhan yang diinginkan Unsyiah tidak sepenuhnya mampu dipenuhi oleh penyuplai. Hal ini dikarenakan banyak laboratorium dan provinsi lain di Indonesia yang juga membutuhkannya. Terlebih lagi saat ini, di beberapa lokasi Indonesia kasus penyebaran Covid-19 semakin meluas.

"Unsyiah akan berupaya semaksimal mungkin untuk terus membantu masyarakat dan pemerintah memerangi Covid-19. Kondisi sulit ini bukan menjadi penghalang untuk terus menggerakkan operasional laboratorium infeksi yang telah didirikan sejak awal Mei lalu," kata dia.

Untuk itu, Samsul berharap semua dapat bersinergis memberikan dukungan agar laboratorium Unsyiah ini dapat terus berjalan. Sebab selama ini, pendanaan operasional laboratorium tersebut hanya berasal dari dana Unsyiah dan kerja sama. Jumlah ini menurut Samsul belum mampu sepenuhnya menutupi kebutuhan operasional laboratorium infeksi Unsyiah yang membutuhkan dana besar.

“Secara institusi kita tidak memiliki banyak dana untuk menjalankan laboratorium ini. Kami mohon dukungan semua pihak untuk men-support, sehingga kami dapat membantu masyarakat dan meringankan beban pemerintah memerangi Covid-19," kata Samsil.

Selain itu, Samsul juga berharap kondisi sulit yang dialami laboratorium Unsyiah dan Balitbangkes Aceh dapat disikapi bijak oleh masyarakat. Sebelum kondisi semakin memburuk, masyarakat diharapkan selalu menerapkan protokol kesehatan di kehidupan sehari-hari. Selalu menggunakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak dalam aktivitas harian. Langkah ini untuk menekan penyebaran, sehingga kasus positif Covid-19 di Aceh tidak semakin bertambah.

“Jangan sampai kita menyesal jika kondisi semakin buruk. Jaga diri dan keluarga. Terlebih lagi saat ini bahan tes swab semakin sulit didapat, butuh kesadaran bersama memerangi virus ini," ujar Samsul. []

Baca juga: 

Berita terkait
Cuaca Buruk, Nelayan Aceh Diimbau Tidak Melaut
BMKG mengeluarkan peringatan gelombang laut di perairan Aceh tinggi dan dinyatakan sebagai cuaca ekstrem.
Museum Tsunami Aceh Masuk Nominasi API 2020
Museum Tsunami sengaja dibuat untuk mengenang dahsyatnya bencana yang terjadi di Aceh.
Bertambah 7 Pasien, Kasus Covid-19 di Aceh Jadi 440
Pasien virus corona atau Covid-19 di Aceh bertambah sebanyak 7 pasien pada Selasa, 4 Agustus 2020.
0
Akademisi UGM: Ambang Batas Nol Pesen Justru Timbulkan Masalah Baru
Hal ini diungkapkan Pakar Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati dalam keterangan tertulis dikutip Minggu, 26 Juni 2022.