Tanah Bergerak Rumah Warga Prambanan Sleman Goyang

Musim hujan di Yogyakarta membuat sejumlah daerah rawan tanah bergerak. Seperti yang terjadi di Prambanan, rumah salah satu warga bergoyang.
ilustrasi tanah bergerak. (Foto: pixabay.com)

Sleman - Musim hujan yang melanda wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan sejumlah bencana alam. Salah satunya adalah fenomena tanah bergerak di atas bangunan rumah warga. Mengapa demikian?

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Sleman, Makwan saat dikonfirmasi meminta agar masyarakat mewaspadai fenomena tanah bergerak. "Tanah bergerak menjadi ancaman warga, terutama jika (tanah bergerak) terjadi di daerah pemukiman, maka dapat dimungkinkan bisa merusak struktur bangunan," kata Makwan di Sleman, Rabu 8 Januari 2020.

Belum lama ini dilaporkan, terjadi salah satu rumah warga Sulis Widodo 22 tahun, warga Losari 2, Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Akibat hujan deras yang melanda Sleman pada beberapa waktu lalu mengakibatkan tanah bergerak hingga dinding rumahnya mengalami keretakan. "Untuk sementara, pemilik rumah memilih mengungsi ke rumah orang tuanya," katanya.

Menurut dia sebelum sesuatu membahayakan nyawa dan keluarganya, Sulis sudah merasakan ada hal yang membuatnya tidak nyaman. Bangunan rumahnya terasa bergoyang-goyang. Atas kesadaran itu, satu keluarga tersebut langsung mengosongkan rumah.

Makwan mengatakan ada sejumlah daerah di Sleman yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Ada pula daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Untuk sementara, pemilik rumah memilih mengungsi ke rumah orang tuanya.

Makwan menjelaskan menjelaskan berdasarkan peta, prakiraan terjadinya gerakan tanah pada Januari 2020 di Kabupaten Sleman ancaman tanah bergerak juga berpotensi terjadi di wilayah lain. Potensi fenomena tanah bergerak kategori tinggi berada di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan dan sebagian Prambanan. Di lokasi tersebut juga ada tanah bergerak kategori menengah.

Terkait curah hujan di DIY, Kepala Staklim Badan Meteorologi Klimatologi Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan kondisi atmosfer di DIY saat ini hingga beberapa hari ke depan diindikasikan mengalami fenomena skala regional hingga lokal. Yaitu aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia yang membentuk pola konvergensi.

Sehingga terjadi perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah serta suhu permukaan laut di wilayah sekitar Perairan Pulau Jawa yang cukup hangat. Selain itu, diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia.

Kondisi tersebut diprakirakan menyebabkan udara hangat lembab serta labil yang berpotensi mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang di wilayah DIY.

"Kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan bagi masyarakat akan potensi bencana hidrometeorologis lainnya berupa banjir, banjir bandang dan tanah longsor," ucap Reni. []

Baca Juga:

Berita terkait
Kedubes AS Sebut Jakarta Hujan Lebat 12 Januari 2020
Kedubes AS di Jakarta menyebut Jakarta dan sekitar diprediksi hujan sangat lebat pada 12 Januari 2020. Warga diminta meningkatkan kewaspadaan.
Waspada Kulon Progo Rawan Gerakan Tanah dan Banjir
Kulon Progo merupakan daerah rawan bencana, antara lain tanah bergerak, banjir dan angin kencang. Warga diminta waspada.
Negara Harus Hadir di Masyarakat Hadapi Bencana Alam
Polda DIY menyatakan siap siaga menghadapi kemungkinan bencana alam 2020. Polisi akan selalu hadir di tengah masyarakat saat terjadi bencana alam.
0
Pemerintah Bentuk Satgas Penanganan PMK pada Hewan Ternak
Pemerintah akan bentuk Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk menanggulangi PMK yang serang hewan ternak di Indonesia