Surabaya - Aksi koin untuk Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 di Lampung, mulai terkumpul Rp 5 miliar. Dengan koin tersebut, Muktamar tidak meminta bantuan melalui proposal.
Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siroj mengatakan, pihaknya menginginkan Muktamar NU ke depan agar mandiri. Dengan begitu, NU tidak akan menggunakan proposal untuk meminta bantuan. Meski demikian, ia tak mempermasalahkan ada pihak yang ingin memberi bantuan.
"Kita meng-collect koin dari seluruh warga, agar pelaksanaan Muktamar tidak menggunakan proposal, sehingga tidak minta bantuan. Kalau mau membantu silakan. Kalau meminta bantuan, tidak. Sumbangan koin sudah terkumpul Rp 5 miliar," kata Said Aqil saat acara MKNU di Asrama Haji Surabaya, Jumat 10 Desember 2020.
Said Aqil mengatakan penggalangan koin Muktamar NU ini terus berjalan hingga Oktober 2020. Ia menyebut beberapa cabang NU sudah siap memberi bantuan.
Kita meng-collect koin dari seluruh warga, agar pelaksanaan Muktamar tidak menggunakan proposal, sehingga tidak minta bantuan.
Seperti halnya PCNU Kabupaten Mesuji, Lampung memberi bantuan berupa 10 ton beras dan 1000 ekor ayam. Begitu juga untuk daerah lain siap membantu berupa sapi dan berbagai macam kebutuhan lainnya berupa barang bukan uang.
"Peserta resmi Muktamar itu 7 kali 515 cabang atau kisaran 3500 peserta. Itu yang peserta resmi lho, kalau romli (rombongan liar) ya tidak terhitung. Pokoknya kita akan meng-collect dari sana sini dan tidak membebani siapapun," tegasnya.
Meski telah dua periode menjabat Ketua Umum PBNU, Said tidak menolak mencalonkan diri lagi, jika masih dikehendaki maju kembali.
"Terserah muktamirin dong. Kalau terpilih ayo, kalau tidak ya tidak apa-apa," katanya
Said meminta seluruh warga Nadliyin harus bisa menjadi kader bangsa yang bisa mempertahankan agama Islam sesuai Ahlusunah Waljamaah. Nadliyin harus mengedepankan prinsip toleran dan moderat sehingga mampu mempertahankan NKRI yang berbudaya dan bermatabat.
"Harapan kita ke depan, mudah-mudahan dengan tantangan yang sangat berat. Kita mampu menghadapinya terutama memasuki era digitalisasi yang serba luar biasa ini," ujarnya.
Perkembangan era digital seperti saat ini semuanya dituntut agar serba cepat dan tepat. Mengingat anak-anak di era modern, tangannya tak pernah lepas dari handphone.
"Saya tidak tahun 20 tahun ke depan generasi Indonesia mendatang akan seperti apa. Tapi Insya Allah kalau kita punya prinsip dan kepribadian maka masih ada ketahanan," tambahnya.
Sementara menyangkut program NU dalam menghadapi era digital, sesuai dengan amar Muktamar ke-33 di Jombang ada tiga, yakni pendidikan, kesehatan dan UKM.
"Ketiga program itu Alhamdulillah sudah berjalan," tuturnya.
Sejak dirinya menjabat Ketum PBNU, tercatat sudah ada 34 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU). Universitas ini langsung di bawah naungan badan hukum NU. Beda halnya universitas di pesantren.
"Yang ada itu universitas miliknya pesantren miliknya kiai NU. Sekarang betul-betul di bawah badan hukum NU," ungkap Kiai Agil.
Daerah yang ada UNU adalah Tuban, Sidoarjo, Jombang, Surabaya, Cirebon, Jakarta, NTB, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Sumatra utara, Lampung, Halmahera, Gorontalo dan masih banyak lagi. []