Banda Aceh - Berdasarkan kajian Satgas Covid-19 Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), ada tenaga medis yang mengeluhkan isolasi sosial dari masyarakat hanya karena profesi.
Hal itu diketahui setelah Tim Survey Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) yang merupakan bagian dari Satgas Covid-19 Unsyiah melaporkan hasil kajian terkait perilaku perlidungan diri tenaga kesehatan terhadap pandemi Covid-19 di provinsi Aceh.
"Salah satu hasilnya adalah, sebagian responden yang merupakan tenaga medis tersebut mengeluhkan isolasi sosial dari masyarakat karena profesi mereka," kata Ketua Tim Survey TDMRC dr Ichsan, dalam keterangannya yang diterima Tagar, Senin, 13 April 2020.
Kita berharap pemerintah bisa memberikan dukungan penuh kepada tenaga kesehatan. Begitu pula masyarakat, agar tidak mengucilkan mereka yang telah berjuang menghadapi pandemi ini.
Ichsan mengatakan, survey ini diikuti oleh 1.132 responden dari 12 profesi kesehatan yang bertugas di layanan kesehatan publik di 23 kabupaten/kota se Aceh.
Dimana, lebih dari 90 persen responden merasa dirinya sangat berisiko tertular virus corona dalam melakukan tugasnya. Selain itu, terdapat ironi yang berkembang dalam masyarakat yaitu adanya isolasi sosial terhadap tenaga kesehatan yang melayani pasien Covid-19.
“Beberapa keluhan yang disebutkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Aceh tentang adanya keluhan petugas medis yang ditolak oleh warga kampungnya saat akan kembali ke tempat tinggalnya setelah selesai bertugas melayani pasien Covid-19 adalah benar adanya,” ucapnya.
Menurut Ichsan, kejadian itu menjadikan stressor tersendiri bagi petugas pelayanan kesehatan sebagai garda terdepan penanganan pasien Covid-19 ini. Stigma tersebut justru bisa melemahkan semangat mereka dalam melayani, terutama saat terjadi wabah seperti ini.
Tak hanya itu, hasil kajian ini juga menunjukkan lebih dari setengah (51 persen) responden merasa tempat mereka bekerja belum memberikan perlindungan yang optimal bagi mereka agar terhindari dari Covid-19.
Mengenai upaya perlindungan diri, sekitar 96 persen responden menjawab bahwa mereka selalu berupaya meningkatkan proteksi diri sejak isu pandemi corona merebak.
Salah satunya dengan sering mencuci tangan. Lalu, lebih dari 90 persen responden menyebutkan, mereka selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan terhadap pasien virus corona.
Kemudian, kata Ichsan, Alat Pelindung Diri (APD) yang cukup sering digunakan oleh responden yakni masker bedah (80 persen) dan handscoen (55.7 persen).
Dalam survey tersebut, juga terungkap bahwa 77,9 persen tenaga kesehatan Aceh yang menjadi responden masih mengalami kesulitan untuk memperoleh APD saat bertugas.
Untuk itu, berdasarkan hasil kajian ini, Unsyiah memberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Aceh. Antara lain, harus memberikan pelatihan yang memadai tentang upaya proteksi diri dan penggunaan APD bagi tenaga kesehatan di Aceh secara merata.
Memastikan ketersedian APD bagi tenaga kesehatan, mulai dari mereka yang bekerja di Rumah Sakit rujukan Covid-19 sampai ke tingkat layanan primer.
Menjamin kesejahteraan baik dari sisi materil maupun sosial terhadap tenaga kesehatan terutama mereka yang melakukan pelayanan dan penanggulangan wabah Covid-19 secara langsung.
Juga harus memberikan jaminan kesehatan bagi tenaga medis dengan asuransi kecelakaan kerja terbaik, mengingat resiko yang mungkin dialami pada saat menangani pasien Covid-19 sangat tinggi.
Terakhir, menyediakan asuransi jaminan hidup terhadap keluarga yang ditinggal jika nantinya ada tenaga medis di Aceh yang gugur dalam menjalankan tugas mulia menangani pasien Covid-19.
“Melalui kajian ini, kita berharap pemerintah bisa memberikan dukungan penuh kepada tenaga kesehatan. Begitu pula masyarakat, agar tidak mengucilkan mereka yang telah berjuang menghadapi pandemi ini,” tutur Ichsan. []