Survei Menunjukkan Lebih Separuh Warga AS Pernah Menerima Aksi Kebencian di Dunia Maya

Survei tahunan kelima ADL itu menunjukkan bahwa laporan mengenai kebencian dan pelecehan online selama 12 tahun terakhir
Ilustrasi: Ujaran kebencian di media sosial (Foto: dw.com/id).

TAGAR.id - Separuh lebih warga Amerika Serikat (AS) yang disurvei pada tahun 2022 lalu melaporkan bahwa mereka pernah menghadapi pelecehan dan kebencian online dalam hidup mereka, termasuk lebih dari 75 persen responden transgender. Ini dikatakan oleh kelompok advokasi Anti-Defamation League (ADL), pada Rabu, 28 Juni 2023.

Survei tahunan kelima ADL itu menunjukkan bahwa laporan mengenai kebencian dan pelecehan online selama 12 tahun terakhir mengalami kenaikan dalam hampir semua kelompok demografi di Amerika Serikat.

Sekitar 52 persen responden survei di AS melaporkan pernah menghadapi pelecehan online, naik dari 40 persen pada survei tahun sebelumnya.

platform medsosFoto kombinasi yang menunjukkan logo platform media sosial Facebook, Twitter dan Instagram. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Sebanyak 76 persen responden transgender, 26 persen responden Yahudi, 38 persen responden kulit hitam dan 38 persen responden muslim mengaku pernah mengalami pelecehan online.

Di luar komunitas transgender, 47 persen responden dari komunitas LGBTQ+ melaporkan pelecehan online.

Negara-negara bagian di AS yang dipimpin oleh Partai Republik mengesahkan sejumlah rancangan undang-undang yang berhubungan dengan kelompok transgender muda. Pendukung UU itu mengatakan bahwa aturan itu dibuat untuk melindungi anak-anak, sementara penentang UU itu mengatakan bahwa aturan itu membatasi hak-hak kelompok LGBTQ.

Beberapa negara bagian telah melarang guru mendiskusikan isu gender dan seksualitas dengan murid yang masih kanak-kanak, sementara para legislator konservatif mengajukan atau mengesahkan RUU yang membatasi pertunjukan drag.

Awal bulan ini, Presiden AS Joe Biden memperingatkan tentang serangan “berbahaya” dari orang-orang yang “histeris” yang menurutnya menarget warga LGBTQ+ Amerika, khususnya transgender muda.

Jajak pendapat terhadap 2.139 orang dewasa dan 550 remaja itu dilakukan secara daring sejak 7 Maret hingga 6 April oleh YouGov, perusahaan analisis data dan opini publik, atas nama ADL. Mereka mengambil sampel responden khusus yang mengidentifikasi diri sebagai LGBTQ+ atau dari kelompok minoritas tertentu.

Dari semua yang melaporkan pernah dilecehkan, 54 persen di antaranya mengaku bahwa pelecehan itu dilakukan di Facebook, turun dari 57 persen pada survei sebelumnya. Sekitar 27 persen mengaku dilecehkan di Twitter, naik dari 21 persen sebelumnya. Hampir 15 persen mengaku mengalaminya di Reddit, naik dari 5 persen pada survei yang lalu.

ADL mendesak platform teknologi dan media sosial agar berbuat lebih untuk mengatasi kebencian online. (rd/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Sekjen PBB Sebut Ujaran Kebencian di Dunia Maya Harus Dihentikan
Guterres juga menggarisbawahi urgensi para pemimpin agama melakukan lebih banyak hal untuk mencegah instrumentalisasi kebencian
0
Protes Atas Kematian Remaja di Tangan Polisi Prancis
“Aksi kekerasan yang tidak bisa ditolerir terhadap negara. Balai kota, sekolah dan kantor-kantor polisi dibakar atau diserang,” kata Darmanin