Sumur Tua Menyeramkan di Pabbineang Bantaeng

Sumur tua di Kecamatan Bantaeng, banyak cerita seram tentangnya. Namun, sumur tua itu juga menjadi sumber kehidupan warga setempat.
Seorang gadis, Mantasia yang sedang mandi di sumur tua, Kamis, 12 Desember 2019 (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Sumur tua tanpa nama itu terletak di tepian kota Kecamatan Bantaeng, yakni sebuah kabupaten berjuluk Butta Toa alias Kota tua di Provinsi Sulawesi Selatan. Cukup mudah ia ditemukan, letaknya tepat di tengah persawahan yang diapit jalan raya yakni Jalan Andi Mannappiang Kelurahan Lamalaka dan pesisir Pantai Lamalaka.

Atau kita bisa berdiri tepat di depan kantor dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Bantaeng dan melempar pandangan ke arah laut. Maka penampakan akan tertumpu di tengah-tengah sawah yang terdapat pepohonan ribun. Di bawah pohon itulah letaknya, si sumur tua tanpa nama yang melegenda.

Saya memarkir sepeda motor yang kukendarai di bahu jalan raya pagi ini, Kamis, 12 Desember 2019. Tak jauh dari kantor BPBD Bantaeng sambil memandang ke arah Selatan, di mana laut biru sedang indah-indahnya ditimpa cahaya matahari yang mulai menanjak sekitar pukul 10.00 WITA.

Pandanganku menyisir ke bagian sawah sebelum pantai. Tampaknya para petani baru selesai panen jagung. Tanah sawah ini kering, beberapa potongan batang jagung mencuat. Banyak pula yang ujung batang bekas potongnya tampak runcing, cukup beresiko juga jika jalan di pematang ini dengan tidak hati-hati.

Saya turun dari trotoar dan memijak di tanah kering sawah. Sekelompok tanaman liar yang rimbun, dengan beberapa pohon Kayu Cina yang besar dan terdapat rumput liar setinggi dada orang dewasa, di sanalah tujuanku.

Jaraknya kurang lebih 100 meter dari pinggir jalan. Saya langsung menuju ke bagian yang terdapat banyak pepohonan Kayu Cina yang tinggi menjulang. Entah kenapa, firasat menarikku kesana. Seperti ada dzat yang membawa langkahku untuk menyaksikan sesuatu.

Perlahan embusan angin menerpa wajah. Angin dari mana yang datang di tanah sawah yang gersang ini? Angin laut belum waktunya berembus juga. Atau angin dari dedaunan kecil pohon Kayu Cina yang masih berjarak 10 meter di depanku itu? Entahlah.

Saya mengayunkan langkah kaki sedikit cepat. Tak sampai lima menit saya sudah berdiri di pematang yang berjarak dekat dengan pepohonan tadi. Pematang yang kupijak posisinya cukup tinggi, kurang lebih satu setengah meter di atas sumur. Akhirnya dari tempat saya berdiri, bisa kulihat sumur tua di bawah sana.

sumur2Sumur Tua dekat kampung Pabbineang menjadi sumber air bagui warga setempat. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Tapi, tepat di bibir sumur pandanganku berhenti. Sosok berambut panjang sepinggang dan terurai sedang jongkok di sana. Sepertinya ia menyadari kedatanganku. Saya tertegun, ia pun beberapa menit berdiam. Dari belakang ia tampak sangat kaku. Angin tak lagi bertiup, seolah sebuah medan magnet menarik setiap gerakan yang ada secara tiba-tiba, menjadi hening.

Setelah beberapa saat saling diam, saya melangkah perlahan menuruni pematang menuju sumur tempat di mana sosok itu berjongkok. Ia belum membalikkan badan. Namun tangan kirinya perlahan bergerak mengambil gayung dan menyirami rambutnya menggunakan air dari sumur tua.

Byurr, tetes-tetes air berjatuhan. Saya mengucapkan salam dan kudengar suara lirih yang lembut membalasnya. Rupanya ia seorang gadis muda yang tengah mandi dan baru saja selesai mencuci di sana.

Kami berkenalan, namanya Mantasia. Remaja berusia 19 tahun yang tinggal di Kampung Pabbineang. Kampung ini cukup unik, berjarak kurang lebih 100 meter dari sumur tua, di tengah persawahan yang tak jauh dari pesisir Pantai Lamalaka.

Sebuah kampung kecil yang di dalamnya tak lebih dari 15 perumahan warga. Belum dialiri listrik ataupun pipa PDAM. Mereka memanfaatkan kampung tetangga untuk menyambung listrik sebagai sumber pencahayaan, sedangkan untuk sumber air mereka memenuhi kebutuhan di sumur tua itu.

Beberapa saat setelah berkenalan dengan Mantasia, pandanganku tertumbuk di sumur tua yang kini ada di hadapanku. Letaknya tepat berada di bawah akar dari sebuah pohon besar yang berada di antara deretan pohon Kayu Cina. Sayangnya saya tidak tahu apa namanya. Airnya yang jernih memantulkan dengan sangat jelas bebatuan dan akar pohon yang ada di bawah.

Rasanya airnya tawar, seperti air minum biasanya dan segar sekali, kalau petani-petani di sini biasa datang minum langsung airnya.

Saya hampir tidak percaya dengan apa yang kusaksikan. Kupikir sumur tua adalah sumur yang begitu dalam. Namun, setelah melihat langsung tak butuh timba dengan tali panjang untuk mengambil air di sana. Cukup sebuah gayung atau timba. Bahkan jika kumasukkan lenganku ke bawah sana saya sudah bisa menggapai dasarnya dengan tanpa membasahi lengan bajuku.

Sesajian di Sumur Tua

Sumur tua ini benar-benar menimbulkan decak kagum yang luar biasa. Karena sulit dijabarkan bagaimana mungkin sumur tua dengan debit air yang tak banyak itu mampu menjadi satu-satunya sumber mata air bagi lebih dari 10 rumah warga di Kampung Pabbineang.

"Semua ambil air di sini, mandi mencuci di sini. Untuk minum juga ambil dari sini," kata Mantasia yang saat itu mau berbagi perihal kehidupan di sekitar sumur tua kepada Tagar.

Walau debit airnya sedikit, tetapi kata Mantasia air itu tak pernah habis di sana. Namun sayang usianya masih sangat muda. Ia tak cukup tahu sudah berapa generasi yang pernah menjadi saksi dari sumur tua itu.

"Rasanya airnya tawar, seperti air minum biasanya dan segar sekali, kalau petani-petani di sini biasa datang minum langsung airnya," kata Mantasia lagi.

Kemudian saya memperhatikan pepohonan dan keadaan di sekeliling sumur. Ada banyak batok kelapa meski tidak satu pun pohon kelapa tumbuh di sana. Ada juga kain merah dan putih yang tampak sengaja diikat seseorang di ranting pohon yang tak jauh dari sumur.

Menurut Mantasia, selain warga sekitar beberapa orang dari luar daerah memang kerap datang ke tempat tersebut dan mengeramatkan sumur tua. Biasanya beberapa datang setelah mendapat petunjuk lewat mimpi.

sumur3Jalan setapak menuju Sumur Tua tanpa nama yang melegenda di Bantaeng. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Mereka datang dengan niat yang berbeda-beda. Kadang ada yang datang membawa sesajen atau sesajian. Yah batok kelapa itulah sisa-sisa sesajiannya. Beberapa orang lain membawa botol untuk mengambil air di sumur itu, dengan maksud dijadikan obat.

Misteri Sumur Tua

Mantasia pamit pulang ke rumah. Saya masih duduk di sana hingga waktu menunjukkan sekitar pukul 10.30 WITA. Memperhatikan hal-hal yang ada di sekitar sumur tua. Sudah cukup lama saya penasaran dengan tempat itu. Berawal dari kongkow bersama teman beberapa waktu lalu di salah satu warkop di tengah kota Kecamatan Bantaeng.

Saya mendengar cerita kepercayaan beberapa orang tentang sumur tua itu. Hal-hal berbau ghaib dan misteri-misteri yang ada di sana. Konon ada banyak penghuni berupa mahluk halus bersarang di sekitar sumur ini.

Pak Udin, temanku saat itu bercerita tentang apa yang ia ketahui di sana. Katanya banyak pemain togel yang mencoba peruntungan di sana. Banyak cerita dari mereka yang berhasil. Namun ada satu yang pernah lari terbirit-birit setelah bertapa semalaman hingga sosok-sosok tersebut memperlihatkan wujudnya.

Cerita seram lainnya adalah sosok jahil yang ada di sana. Konon, sosok penunggu di sana kerap bekerja sama dengan manusia-manusia yang menginginkannya. Jika diinginkan mengganggu, maka penunggu tersebut akan mengganggu orang lain sesuai perintah manusia yang mengajaknya bekerjasama.

Beberapa sosok yang biasanya muncul adalah kuntilanak dan sosok yang tinggi menjulang, orang setempat memberinya nama Longga', yakni sebuah sebutan bagi seseorang yang postur tubuhnya sangat tinggi dan tidak normal. []

Baca Juga:

Berita terkait
Misteri Kematian Gadis di Sungai Batu Doli Bantaeng
Kematian dua gadis di aliran Sungai Batu Doli, Kabupaten Bantaeng, Sul-Sel menjadi misteri warga sekitar.
Meriah Jemaat Gereja Toraja Bantaeng Menyambut Natal
Jemaat Gereja Toraja di Bantaeng Sulawesi Selatan mengadakan berbagai lomba menyambut Natal. Berikut rangkaian kegiatan pra Natal di Bantaeng.
Kenikmatan Kopi Turaya Bantaeng Diakui Jokowi
Brand Turaya Coffe mulai dikenal di Kabupaten Bantaeng setelah Presiden Jokowi mencicipi Kopi Turaya saat APKASI Otonomi Expo 2018.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.