Meriah Jemaat Gereja Toraja Bantaeng Menyambut Natal

Jemaat Gereja Toraja di Bantaeng Sulawesi Selatan mengadakan berbagai lomba menyambut Natal. Berikut rangkaian kegiatan pra Natal di Bantaeng.
Gereja Toraja Kabupaten Bantaeng Sul-Sel. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Suasana penuh suka cita dan meriah menyambut Natal bagi Jemaat Gereja Toraja di Kabupaten Bantaeng diisi berbagai kegiatan pra-natal. Sederet acara meramaikan gereja yang beralamat di jalan Kartini, kecamatan Bantaeng kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan itu dimulai sejak Minggu, 8 Desember kemarin hingga pada puncak perayaan 23 Desember mendatang.

Pendeta Chatrina Pirade mengutarakan bahwa serangkaian kegiatan telah dan akan dilakukan selama pra-natal ini. Sejak pembukaan, agenda pertama dilakukan yakni jalan santai.

"Mengawali, kami adakan pra natal, kegiatan pertama kami jalan santai bersama warga dan jemaat, mulai anak-anak, pemuda hingga bapak-bapak dan ibu-ibu. Itu di hari pertama setelah pembukaan pra natal pada 8 Desember," kata Chatrina Pirade saat ditemui Tagar, Rabu, 11 Desember 2019.

Meski kemajemukan, bersatu dengan lain menata alam sebagai sebuah amanah dari Tuhan.

Pendeta Rina, sapaan akrabnya, menuturkan selama pra natal bakal dilakukan berbagai kegiatan setiap sore hari sampai menjelang petang. Hal itu merupakan cara jemaat Bantaeng untuk menyemarakkan natalan 2019 di daerah yang bertajuk Butta Toa ini.

"Setiap sore sampai puncak hari H Natal ada dilakukan lomba-lomba apa saja, seperti makan kerupuk, cerdas cermat, lari kelereng, mewarnai, tenis meja, pindahkan sarung,"sebutnya

Bahkan menariknya, kata Rina, pada Sabtu, 14 Desember nanti akan diperlombakan pula pohon natal daur ulang. Ia mengatakan, melalui lomba daur ulang itu, sebaiknya sampah bisa bernilai dan enak dipandang. Terlebih perempuan berusia 53 tahun tersebut sangat suka akan kebersihan.

Perayaan natal kali ini mengusung tema 'Hiduplah bersahabat dengan semua orang'. Esensi dari tema itu, merupakan isu keberagaman yang ingin digalakkan, bahwa dalam menjaga alam sebagai sebuah amanah dari Tuhan, tanpa memandang perbedaan agama.

"Meski kemajemukan, bersatu dengan lain menata alam sebagai sebuah amanah dari Tuhan, bagaimana menjadi satu. Perbedaan adalah sebuah kekayaan jika yang berbeda dipadukan menjadi satu. Keimanan boleh berbeda, tetapi tanggung jawab harus sama," papar perempuan kelahiran 1967 ini.

Sementara itu, Ketua Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT) Jemaat Bantaeng, Dimban Menanan, 56 tahun, memandang tema tersebut sangatlah tepat. Sebab, mengajak semua umat manusia, khususnya di Bantaeng untuk menjaga perdamaian dan keberagaman beragama.

"Saya kira ini tema mau mengajak kita, dengan siapapun, tanpa membatasi agama ras suku dan itu memang bahwa kita semua sama. Jadi tidak mengkotak-kotakkan orang," ujar dia.

Rencananya, khusus untuk PWGT, pada Minggu, 22 Desember nanti akan ada natalan khusus untuk ibu-ibu. Menurutnya hal itu sekaligus cara PWGT memperingati hari ibu. []

Baca juga:

Berita terkait
Misteri Kematian Gadis di Sungai Batu Doli Bantaeng
Kematian dua gadis di aliran Sungai Batu Doli, Kabupaten Bantaeng, Sul-Sel menjadi misteri warga sekitar.
Pondok Pengasuh Ponpes di Bantaeng Terbakar
Kebakaran menghanguskan pondok pengasuh pesantren Al-Ihsan Wahdah Islamiyah kabupaten Jeneponto.
Kenikmatan Kopi Turaya Bantaeng Diakui Jokowi
Brand Turaya Coffe mulai dikenal di Kabupaten Bantaeng setelah Presiden Jokowi mencicipi Kopi Turaya saat APKASI Otonomi Expo 2018.