Yogyakarta - Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami kontraksi pada tiwulan kedua 2020. Upaya untuk menumbuhkan perekonomian dengan mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk memaksimalkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) perubahan.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, dalam APBD perubahan, proyek pembangunan sekecil apa pun harus bisa diselesaikan. Jika proyek bisa diselesaikan maka ada uang yang keluar, sehingga banyak uang yang beredar di masyarakat. "Ojo malah util. Dalam artian jangan membatasi pengeluaran uang untuk membangun proyek," kata di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis, 6 Agustus 2020.
Raja Yogyakarta itu mengatakan, realisasi pembayaran ganti rugi jalan tol Jogja-Solo bisa terealisasi pada September atau Oktober. Harapannya dapat membantu pertumbuhan ekonomi di DIY.
Saat ini progres proyek jalan tol Jogja-Solo rencananya mulai pematokan pada 15 sampai 20 Agustus 2020. Pematokan lahan dilakukan setelah proses sosialisasi dan penerbitan izin penetapan lokasi (IPL) selesai. Pematokan lahan pertama akan dilakukan di Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman.
Ojo malah util. Dalam artian jangan membatasi pengeluaran uang untuk membangun proyek.
Sri Sultan mengatakan, kondisi ekonomi pada kuartal kedua ini, sangat sulit imbas pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 lalu. Dampaknya, DIY kehilangan pemasukan yang bersumber dari sektor pariwisata dan pendidikan. Sebab, kedua sektor ini merupakan ujung tombak perekonomian di Yogyakarta.
Walau sudah ada beberapa objek wisata (obwis) yang dibuka saat ini belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. "Pendapatan dari tiket masuk dan belanja oleh-oleh tidak terlalu berdampak signifikan," jelasnya.
Selain itu, banyaknya mahasiswa yang pulang ke kampung halamannya membuat Yogyakarta kehilangan pemasukan sekitar Rp 6,7 triliun. Harapannya memasuki tahun ajaran baru perkuliahan pada September 2020 mendatang bisa mendongkrak perekonomian. "Mahasiswanya saiki durung do balik (mahasiwanya sekarang ini belum kembali ke Yogyakarta). Besok September baru masuk kuliah," kata Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X.
Baca Juga:
- Target Rencana Pembangunan Tol Yogyakarta-Bawen
- Jalan Tol Yogyakarta-Cilacap Mendesak Dibangun
- 4 Saran Sri Sultan HB X Soal Tol Yogyakarta
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Heru Margono menyebut bahwa kontraksi ekonomi di DIY pada triwulan kedua sebesar 6,74 persen. Padahal, pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun 2019 tumbuh 6,77 persen.
Penyebab kontraksi ekonomi di DIY adalah penurunan kinerja di sembilan kategori usaha. Pada hitungan quarter to quarter, penyumbang terbesar yaitu lapangan usaha penyediaan akomodasi serta makan minum, transportasi dan pergudangan, dan jasa lainnya. "Masing-masing sebesar -3,51 persen, -1,44 persen, dan -1,10 persen," ungkapnya.
Sementara pada hitungan year on year (YoY), kontraksi terbesar terletak pada penyedia akomodasi dan makan minum sebesar -3,79 persen. Lalu di sektor konstruksi -2,38 persen. Jasa transportasi dan pergudangan -1,81 persen. "Jasa lainnya -1,18 persen dan industri pengolahan -0,96 persen," ujar dia. []