Swiss dan Ambisi Jadi Raja Fintech Global

Setelah era kerahasiaan bank berakhir, Swiss kini mulai serius menggarap pasar keuangan digital
Bendera Swiss terlihat dengan latar Air Mancur Jet d\'Eau di Danau Jenawa. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Swiss kini tengah bersiap untuk menjadi negara terdepan dalam bidang financial technology (fintech). Narasi tersebut diungkapkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Swiss Muliaman Darmansyah Hadad. Dalam sebuah teleconference yang digelar pada Senin, 8 Juni 2020, Muliaman mengungkapkan bahwa secara konservatif Swiss memiliki segala pengetahuan tentang sistem keuangan.

“Dalam stimulus ekonomi yang dikucurkan oleh pemerintah Swiss sebesar 65 miliar Franc, 40 juta Franc diantaranya diberikan untuk perusahaan fintech agar bisa survive [di masa pandemi Covid-19] dan memperkuat diri saat recovery itu datang,” ujarnya.

Mereka kini menjadi objek tukar-menukar informasi, termasuk pajak dan lain-lain. Oleh karena itu saya melihat negara ini sedang mencari keunggulan lain

Menurut mantan bos Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu, keputusan Swiss untuk fokus pada industri fintech dilatarbelakangi oleh kesepakatan internasional atas perjanjian tukar-menukar informasi data keuangan. Jika sebelumnya negara ini dikenal sebagai tempat ideal untuk menyimpan kekayaan bagi golongan super tajir karena kerahasiaan informasi yang begitu kuat, maka dalam beberapa dekade kondisi tersebut akan berubah.

“Sekarang Swiss tidak bisa lagi jadi tempat yang mengandalkan kerahasiaan. Mereka kini menjadi objek tukar-menukar informasi, termasuk pajak dan lain-lain. Oleh karena itu saya melihat negara ini sedang mencari keunggulan lain,” tutur dia.

Untuk diketahui, Administrasi Pajak Federal (FTA) Swiss menyatakan membuka diri untuk aktivitas penukaran data keuangan atau Automatic Exchange of Information (AEoI) dengan negara tertentu guna menghindar penyalahgunaan akses finansial seperti penggelapan pajak. Implementasi AEoI Indonesia-Swiss sendiri terjadi pada 2017 silam sebagai bentuk komitmen transparansi global.

Lebih lanjut, keseriusan Swiss dalam menggarap pasar Fintech dibuktikan dengan rencana otoritas setempat membentuk Silicon Valley-nya keuangan digital. Nantinya, Swiss akan memusatkan pengaturan fintech melalui wilayah yang disebut Fintech Valley tersebut.

“Wacana Facebook yang ingin mengembangkan mata uang sendiri juga dilakukan di Swiss ini,” kata Muliaman.

Meskipun secara bisnis konsep fintech masih terus mencari bentuk ideal, namun peluang Swiss jadi pemimpin industri keuangan 4.0 terbuka lebar jika menengok segala resources dan pengalaman negara kecil ini. Terlebih, kekuatan mata uang Swiss telah lama dianggap sebagai safe haven.

“Sektor keuangan di sini termasuk sektor yang relatif stabil di tengah situasi seperti sekarang. Ini dibuktikan dengan terjadi penguatan mata uang Swiss Franc. Kita ketahui Swiss Franc itu menjadi safe haven yang kuat,” ungkap Muliaman Hadad. []

Baca juga:

Berita terkait
Dubes Muliaman Hadad Ungkap Kondisi WNI di Swiss
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern, Swiss mengkonfirmasi kondisi Warga Negara Indonesia (WNI)saat pandemi Covid-19
Fintech Lending Solusi Pinjaman Uang Saat Covid-19
Ketua Harian AFPI Kuseryansyah optimistis industri pinjaman uang berbasis teknologi bisa bantu roda perekonomian di tengah wabah corona.
Sama-sama Pinjemin Duit, Tahu Beda Fintech dan Bank?
Industri jasa keuangan Tanah Air saat ini telah diramaikan oleh kehadiran lembaga financial technology (fintech) peer-to-peer lending.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.