Siapa Dr Soetomo, Namanya Jadi RS di Surabaya

Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo di Surabaya, Jawa Timur sering disebut dalam pemberitaan dalam penanganan kasus Covid-19. Siapa Dr Soetomo?
Dr Soetomo. (Foto: harunarcom.blogspot.com)

Jakarta - Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo di Surabaya, Jawa Timur sering disebut dalam pemberitaan dalam penanganan kasus Covid-19. Rumah sakit ini menjadi rujukan nasional perawatan pasien Covid-19, baik yang terkonfirmasi positif atau masih berstatus pasien dalam pengawasan atau PDP. 

Sebelumnya, nama RSUD Dr Soetomo ramai diperbincangkan setelah Wali Kota Tri Rismaharini tiba-tiba menangis dan bersujud di depan Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya, dr Soedarsono pada Senin, 29 Juni 2020.

Sujud Risma tersebut setelah dr Soedarsono mengatakan RSU Dr Soetomo penuh, melebihi kapasitas, akibat warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

"Mohon maaf, Pak, saya mohon maaf," ujar Risma sambil menangis dan bersujud.

Siapa Dr Soetomo yang menjadi nama rumah sakit tersebut? 

Profil Dr. Soetomo

Dr. Soetomo atau Soebroto lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur pada 30 Juli 1888 dan meninggal di Surabaya, Jawa Timur pada 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun.

Ia adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan kaum priyayi pertama di Indonesia. Soebroto mengganti namanya menjadi Soetomo saat masuk ke sekolah menengah.

Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Batavia. Saat di bangku STOVIA, ia bersama kawan-kawannya mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908.

Bersama dr. Wahidin, Soetomo bercita-cita untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan melalui Budi Utomo. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Soetomo menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1911. Ia kemudian bekerja sebagai dokter pemerintah Belanda dan ditempatkan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda.

Ia pernah ditugaskan di Semarang, lalu dipindahkan ke Tuban, Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Sewaktu bertugas di Malang, ia berhasil membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan. 

Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. Ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Sebagai dokter, adakalanya pasien dibebaskan dari pembayaran.

Selanjutnya Soetomo mendapat beasiswa dari pemerintah kolonial untuk melanjutkan studi spesialis kedokteran di Universitas Amsterdam pada 1919 sampai 1923.

Selama di Belanda, ia aktif dalam kegiatan di Indische Vereeniging dan sempat menjadi ketua pada 1921–1922. Pada tahun 1923, Soetomo kembali ke Hindia Belanda dan menjadi pengajar di Nederlandsch Artsen School (NIAS).

Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya. Pada 1930, Indonesische Studie Club mengubah namanya jadi mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935, mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya). []

Baca juga: 


Berita terkait
Profil Djoko Susanto, Bos Alfamart dan Alfamidi
Menurut Forbes, total kekayaan bos Alfamart dan Alfamidi Djoko Susanto mencapai sekitar 20 triliun rupiah atau 20 orang terkaya di Indonesia.
Profil Muhammad Nasir Anggota DPR yang Usir Dirut Inalum
Profil Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Demokrat Muhammad Nasir mengusir Direktur Utama PT Inalum Orias Petrus Moerdak dalam Rapat Dengar Pendapat.
Profil Dirut Inalum Orias Petrus Moedak
Dirut Inalum Orias Petrus Moerdak diusir keluar Anggota DPR Fraksi Demokrat Muhammad Nasir dalam Rapat Dengar Pendapat, Selasa, 30 Juni 2020.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)