Sejarah Mentawai, Suku Tua Penguasa Lautan

Suku Mentawai telah mengalami perjalanan panjang, bahkan orang Madagaskar terbukti berasal dari sini. Mentawai kaya akan kearifan lokal.
Pututukat Togat Matasulu atau kelahiran putra matahari. (foto: Tagar/Herrybertus Sikaraja).

Jakarta - Pernah mendengar Mentawai? Mungkin sebagian orang akan menafsirkan daerah ini memiliki pantai yang ciamik, dengan ombak bagusnya untuk berselancar. Selain itu, di sini memang terkenal sebagai titik rawan gempa.

Hal yang menjadi keunikan Mentawai adalah tato yang dihasilkan suku pedalaman daerah setempat selalu menjadi buruan para seniman dan pencinta tato. 

Indonesia telah mengalami beberapa kali mengalami "metamorfosis" perubahan nama kebesaran, mulai dari Dirgantara, kemudian menjadi Swargantara, lalu berubah menjadi Dwipantara, setelah itu menjadi Nusantara, hingga kini disebut Indonesia. 

Artinya, bangsa ini memiliki cerita panjang, sehingga masyarakatnya bisa terlahir di tanah yang kaya akan sumber daya dan kultur secara turun-temurun. 


Soekarno pernah berkata, “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah”. Namun, fenomena yang terjadi saat ini, malah tidak sedikit generasi milenial Indonesia berpikir bahwa sejarah dan kebudayaan adalah sesuatu yang tua dan membosankan. Tetapi kali ini akan ada pembuktikan, betapa besar bangsa ini utamanya dari torehan Suku Mentawai. 

Suku Mentawai jarang sekali disebut dalam cerita ekspansi Nusantara. Tanggung jawab pengaman ini diemban oleh suku Mentawai karena mereka tidak ikut didalam politik ekspansi.

Suku Mentawai merupakan penduduk asli yang menghuni Kabupaten Kepulauan Mentawai di Provinsi Sumatera Barat. 

Di sana terdapat tiga kepulauan besar, yaitu Siberut, Sikakap dan Sipora. Pulau ini dahulu dikenal dengan nama Nassau Island, seiring waktu kemudian diganti sebutannya menjadi Pulau Pagai, dan menjadi Mentawai yang dikenal saat ini.

Lembaga biologi molekuler Eijkman Institute sudah bertahun-tahun mengetes sample DNA suku-suku di Indonesia. 

Staf peneliti Eijkman Institute, Gludhug Ariyo Purnomo menyebutkan, teori migrasi manusia di Nusantara terekam dalam tubuh. 

Lembaganya mengklaim sudah bertahun-tahun mengambil sampel dari seluruh pelosok Nusantara. Studi ini dilakukan sejak tahun 2005 dengan melakukan penyocokan DNA dari 2.745 sampel penduduk Indonesia yang berasal dari 12 pulau, yaitu Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba, Flores, Lembata, Alor, Pantar dan Timor, yang dicocokkan dengan 266 sampel penduduk Madagaskar.  

MentawaiIlustrasi penyebaran suku di Indonesia. (foto: nassau-mentawai.blogspot.com).

Sementara itu, Deputi Direktur Eijkman Institute Herawati Sudoyo mengungkapkan, hubungan lintas wilayah pada masa lalu memang sangat dimungkinkan. 

Herawati sempat terlibat dalam kerja sama penelitian dengan empat lembaga pengetahuan. Anehnya, kata dia, ketika mengkomparasikan penelusuran genetik dengan manusia Madagaskar di Afrika, daerah tersebut memiliki hubungan dengan Jawa, Sumatera, Nias, dan Mentawai. Keempat daerah tersebut yang menjadi nenek moyang orang Madagaskar saat ini.

Bahkan, ahli sejarah Afrika, Raymond Kent, dalam “Early Kingdoms in Madagascar 1500-1700” menyimpulkan, telah terjadi pergerakan manusia dalam skala besar yang datang secara sukarela dan bertahap dari Indonesia, selama berabad-abad lamanya.

Sebuah pergerakan yang dalam istilah Malagasi kuno disebut lakato (pelaut sejati) karena tidak berasal dari satu etnis tertentu.

Siapakah Suku Mentawai dan Dari Mana?

Suku MentawaiRitual adat Eeruk Lalep Sibau. (Foto: Tagar/Herrybertus Sikaraja).

Ingat dengan kejadian Pleistocene? Yang terjadi 10.000 tahun silam? 

Peristiwa itu merupakan naiknya permukaan laut di daerah Asia Tenggara setinggi 200 meter, akibat mencairnya es. Kejadian ini menjadi salah satu alasan migrasi awal yang terjadi di Mentawai, di mana suku di sana mencari pulau-pulau yang lebih tinggi untuk mereka bermukim. 

Suku Mentawai dikategorikan sebagai rumpun Proto-Melayu yang memiliki kebudayaan neolitik. Digadang-gadang suku bangsa ini berasal dari Homo Sapiens yang menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia, dan menjadi kearifan lokal setelah menduduki kepulauan daratan di Sumatera termasuk Mentawai di Pulau Siberut dan Nias. 

Homo Sapiens paling awal datang ke Indonesia. Cerita ini dikisahkan Pasikat (cerita rakyat) Mentawai dalam cerita Sikebbukat Siburuk (leluhur yang dituakan). Bukti kebudayaan neolitik Mentawai adalah Tataitai (batu untuk menghidupkan api).

Menurut para ahli Antropologi, jika diperhatikan bahasa dan kebudayaan orang Mentawai, maka nenek moyangnya berasal dari Homo Sapiens yang paling awal datang ke Indonesia. 

Homo Sapiens berasal dari zaman Alluvium, kira-kira 20.000 tahun yang lalu. Orang Mentawai termasuk suku bangsa sub-ras veddoid, yaitu ras khusus yang tidak dapat diklasifikasikan. 

Selain orang Mentawai, ada juga suku Kubu, Tomuna, Toala dan Suku Gayo. Suku bangsa Melayu ini diperkirakan datang ke Indonesia pada tahun 1500-2500 SM. Kedatangan mereka melalui dua jalur. Pertama, melalui Semenanjung Melayu, kemudian menuju Sumatera, Kalimantan, Jawa dan sekitarnya. Kedua, melalui Filipina yang kemudian menuju Sulawesi.

Terdapat dua kata yang menarik pada keterangan di atas, yaitu pelaut dan migrasi. Apabila ditelusur lebih jauh lagi, salah satunya menggunakan Google dengan keyword "Mentawai", maka pembaca akan menemukan Suku Mentawai yang lengkap dengan tato dengan senjata, lengkap dengan pakaian tradisional mereka. 

Mentawai, dalam cerita suku laut Sriwijaya, merupakan wangsa ksatria. Mereka adalah para armada laut, dengan kemampuan khusus.

Suku MentawaiSeorang sikerei (pumuka adat) asal Desa Matotonan, Siberut Selatan. Kepulauan Mentawai (foto: Tagar/Herrybertus Sikaraja).

Mentawai, dahulu kala adalah sebuah suku yang tidak pernah dijajah dan hidup secara nomaden. Pulau yang dihuni para suku Mentawai saat ini adalah sebuah pulau baru, setelah Suku Mentawai mengakiri pengembaraan panjang. 

Hal ini terbukti dengan tidak ditemukannya batu keras, atau bukti peradaban lain. Suku di sana percaya bahwa tanah suci mereka adalah tanah mereka sendiri, tempat mereka dibesarkan. 

Terbukti dengan kepercayaan Arat Sabulungan dan bagaimana pola tato Mentawai memiliki makna dan simbol yang merepresentasikan alam di dalam sistem pemerintahan Mentawai. Mereka tidak butuh kekakuan kerajaan darat. Suku Mentawai adalah suku yang berdiri sendiri.

Informasi dari Dirajo Maharajo, seorang keturunan dari Trah Melayupura-Sriwijaya, mengatakan, salah satu rekan yang paling berharga adalah Suku Mentawai dari sekian banyak rekan lainnya. 

Dirajo melanjutkan, kumpulan dari para kesatria yang dibebaskan dari tanggung jawab upeti, karena dianggap berjasa mengamankan wilayah laut Sriwijaya. 

Suku Mentawai, kata dia, sangat independen, tidak termasuk kedalam tatanan kemaharajaan Sriwijaya. 

"Itulah sebabnya suku Mentawai jarang sekali disebut dalam cerita ekspansi Nusantara. Tanggung jawab pengaman ini diemban oleh suku Mentawai karena Mentawai sendiri tidak ikut didalam politik ekspansi," kata dia. 

Menurutnya, hal ini diharuskan agar para penguasa darat dapat lebih berfokus pada kemakmuran rakyat, terhadap pola strategi ekspansi, dan menghimpun kerajaan melayu lain sehingga lebih besar. 

Kemaharajaan Sriwijaya, lanjutnya, adalah salah satu kerajaan besar yang menguasai Nusantara (pada zamannya), maka diwajibkan untuk mengamankan kewilayahannya mulai dari darat dan laut. 

"Keterkenalan Sriwijaya sebagai kerjaan maritim Nusantara ini tentu saja diperkuat dengan bantuan para penguasa-penguasa wilayah lainnya yang dianggap sebagai 'rekan'. Salah satu rekan yang paling berharga adalah Suku Mentawai," ujarnya.

Suku Mentawai, melalui cerita di atas, hanyalah cerita kecil, bagaimana migrasi mereka saat berpindah-pindah karena kondisi alam hingga sampai di Madagaskar, lalu menjadi pasukan suku laut Sriwijaya dan singgah di Nias, kemudian menetap di Mentawai. 

*Herrybertus Sikaraja, Pengamat Kebudayaan

Berita terkait
Sar Mentawai Evakuasi Tiga Korban Kecelakaan Kapal
Tim Sar Kepulauan Mentawi berhasil mengevakuasi tiga korban kecelakaan kapal nelayan di Pulau Awera, Kecamatan Sipora.
Pria Australia Cari Jati Diri di Mentawai, Delapan Tahun Baru Ketemu
Rob, seorang peselancar yang hidup dan bekerja di Melbourne, Australia. Pencarian Rob berlangsung selama delapan tahun.
Mentawai Bukan Lagi Tempat Buangan
Kepulauan Mentawai ibarat surga tersembunyi yang terindah di dunia. Suatu saat Mentawai akan muncul sebagai pusat wisata surfing terbaik di Tanah Air.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.