Pria Australia Cari Jati Diri di Mentawai, Delapan Tahun Baru Ketemu

Rob, seorang peselancar yang hidup dan bekerja di Melbourne, Australia. Pencarian Rob berlangsung selama delapan tahun.
Rob menyatukan diri dalam masyarakat, belajar tentang sistem kepercayaan tradisional suku yang dinamakan Arat Sabulungan.(Foto: Istimewa)

Jakarta, (25/11/2018) - Krisis Keuangan Global di tahun 2008, membuat Rob pergi dari Melbourne, Australia. Tujuannya ke Mentawai, tinggal bersama suku asli Mentawai untuk menemukan jati diri.

Rob, seorang peselancar yang hidup dan bekerja di Melbourne, Australia. Pencarian Rob berlangsung selama delapan tahun. Tato kesukuan di tubuhnya mengawali kehidupan Rob di Mentawai. 

Ia mempelajari bahasa baru, dan menukar papan selancarnya dengan kain pinggang. Semuanya fragmen kehidupan yang terjadi di dokumentasikan dengan kamera video dan ia filmkan.

"Saya perlu menjauh dari posisiku di Melbourne, dan melihat apa arti kehidupan. Apakah saya membantu siapapun dengan posisi itu? Saya merasakan ada sesuatu yang mungkin lebih bermakna dan ada cara hidup yang lebih berkelanjutan dan membangun. Jadi saya memutuskan meninggalkan Melbourne dan pergi untuk mencari hal itu," jelas Rob sebagaimana diutarakan pada Progam Hack Triple J, salah satu stasiun radio milik ABC.

Rob menyatukan diri dalam masyarakat, belajar tentang sistem kepercayaan tradisional suku yang dinamakan Arat Sabulungan. Ia mengatakan, mereka mempercayai bahwa semua hal alamiah memiliki jiwa.  Jika manusia meninggal, jiwa mereka akan kembali ke alam dan menjadi bagian dari alam.

Menurutnya, budaya Mentawai mulai terancam setelah Indonesia merdeka. Pemerintah memaksa suku Mentawai meninggalkan kepercayaan tradisional mereka, dan memilih salah satu agama resmi sebagai gantinya: Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha.

Beberapa dekade berikutnya mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai, menciptakan generasi baru tanpa pengetahuan budaya dan kepercayaan asli mereka.

"Masih hidup di kalangan tetua, dan melewati satu atau dua generasi, banyak orang Mentawai  terutama para tetua masih memilikinya. Mereka ingin meneruskannya kepada generasi berikut," paparnya.

Orang Mentawai saat ini bisa hidup secara bebas, namun dampak dari generasi yang terlewati sangat mendalam. Rob berharap film dokumenternya As Worlds Divide, yang ia filmkan selama delapan tahun ini bisa membantu menyoroti kehidupan orang Mentawai.

"Saya belajar banyak. Saya belajar betapa hanya sedikit yang diperlukan untuk berbahagia. Jelas bukan berasal dari materi. Benar-benar dari dalam diri sendiri dan hubungan kita dengan keluarga dan teman. Saya pikir bagi semua kebudayaan asli, hal itulah yang menyebabkan mereka bisa bertahan selama puluhan ribu tahun," tutup pria asal Australia itu. []

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.