Jakarta - Berbicara media massa nasional, terdapat sosok penting di balik berdirinya majalah Tempo yang sempat dibreidel. Goenawan Mohamad (GM) adalah pendiri dan pemimpin redaksi majalah Tempo (1971-1998).
GM dikenal sebagai penyair, esais, dan intelektual publik. Kumpulan esainya, antara lain, Seks, Sastra, Kita (1980); Kekuasaan dan Kesusastraan (1993); Catatan Pinggir (kini mencapai sembilan jilid); Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), Kata, Waktu (2001); Eksotopi (2002), dan Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai (2009).
Selain itu, karyanya juga diterjemahkan ke Bahasa Inggris yang dikerjakan oleh Jennifer Lindsay dan terbit sebagai Sidelines (1994) dan Conversations with Difference (2002).
Goenawan telah menerbitkan enam buku puisi: Parikesit (1971), Interlude (1973), Asmaradana(1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998), Sajak-sajak Goenawan Mohamad: 1961-2001 (2001) dan Goenawan Mohamad: Selected Poems (2004), 70 Puisi, Don Quixote (2012).
Ia juga menulis tiga libreto untuk opera kontemporer: Kali, The King’s Witch, dan Tan Malaka. Di samping menulis lakon untuk wayang kulit, yakni Wisanggeni dan Alap-alapan Surtikanti, Goenawan juga menulis naskah teater: Surti dan Tiga Sawunggaling, Visa, dan L’histoire du Soldat (yang digubah dari teks C.F. Ramuz-Stravinski).
Dalam dunai seni pertunujkan, ia pernah menyutradarai pementasan dua tari, Panji Sepuh dan Dirada Meta, sebuah tari klasik dari Keraton Mangkunegaran. Goenawan adalah juga salah satu pendiri Koalisi Seni Indonesia. []
Baca juga
- Goenawan Mohamad Sebut Prabowo Munahong, Sok Membela ...
- Andi Arief Terjerat Narkoba, Goenawan Mohamad: Saya Sedih