Pinrang - Evi Mahmud, 20 tahun, gadis manis yang putus sekolah dan jadi kuli pasir asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan menyimpan sederet kisah menyedihkan. Sebelum memutuskan sekolah dan menjadi kuli kasar karena tuntutan biaya hidup, gadis berambut panjang lurus ini tenyata menghabiskan masa kecilnya sebagai seorang pemulung.
Sejak duduk di kelas 1 Sekolah Dasar, Evi sudah memulai kehidupan mandiri dengan cara mengumpul barang bekas. Dia kerap kali berkeliling kampung membawa karung hanya untuk mencari barang bekas yang bisa didaur ulang. Alasannya sederhana karena tidak ingin membebani ibunya untuk membiayai jajan Evi.
"Saya dari kecil sudah biasa kerja kasar. Mulai dari kecil saya suka kerja ,pernah jadi pemulung waktu SD sampai kelas dua SMP. Waktu adalah uang. Mencari barang bekas lalu saya jual di pengepul yang biasa lewat di depan rumah," kata Evi. Rabu, 20 November 2019.
Kala itu, sepulang sekolah dia menghabiskan waktunya untuk mengelilingi kampung Pakoro Desa Massewae Kecamatan Duamapanua Kabupaten Pinrang hanya untuk mencari barang bekas. Evi berkisah dia kadang pulang ke rumah sebelum matahari terbenam.
Saya dari kecil sudah biasa kerja kasar. Mulai dari kecil saya suka kerja ,pernah jadi pemulung waktu SD sampai kelas dua SMP.
"Dari kecil saya memang dipaksa cari uang sendiri apapun caranya. Akhirnya lama kelamaan sudah terbiasa kerja keras dan tidak pernah lagi malu apa kata orang," ungkap Evi.
Bagaimana tidak, ibunda Evi, Marianti yang jadi tulang punggung keluarga membiayai dua anak. Evi ditinggal oleh ayahnya sejak masih bayi. Ayah dan Ibunya cerai saat Evi masih menyusui.
Menjadi seorang pemulung, Evi tak langsung mendapat uang tiap hari, dia harus bersabar menunggu hingga barang bekas yang dia kumpul sampai 25 karung. Saat memulung dua harus berjalan kaki dan menyimpan barang bekas ditengah jalan jika tak bisa lagi dipukul.
"Biasanya kalau mulung adapi 25 krung saya jual. Jalan kaki pergi cari biasanya. Kalau mau dibawa pulang, saya pulang ambil sepeda. Ada sepeda bekasku dulu dibelikan waktu kecil," ungkapnya.
Saat duduk dikelas dua SMP, Evi memiliki modal dari tabungan dan bantuan orang tua. Dia kemudian membeli 1 buah blender dan perlengkapan sederhana untuk berdagang pop ice. Evi numpang tempat di halaman sekolah SD 262 Duampanua Pinrang. Tapi Tuhan berkata lain, Evi bagkrut modalnya habis.
"Saya pernh menjual pop ice di SD 262 Duampanua tapi hanya beberapa bulan saya berhenti menjual, karena kehabisan modal, saya juga takut ambil uang koperasi," tuturnya. []
Baca juga:
- Kisah Gadis Manis Pinrang Putus Sekolah Jadi Kuli
- Kurir Sabu Asal Pinrang Ditembak Polisi di Makassar
- ACT Sumbang Daging Kurban Kampung Mualaf di Pinrang