Saham yang Lebih Disukai Investor

Dan ketika krisis, harga saham itu turun menjadi Rp 1.000, maka itu artinya dividen yield yang diterima oleh Investor tiba-tiba menjadi 20 persen.
Yossy Girsang, CEO Tagar.id and YG Strategic

TAGAR.id, Jakarta - Saham-saham yang membagikan dividen sering kali lebih disukai, daripada saham-saham yang tidak membagikan dividen, terutama bagi investor yang menginginkan penghasilan tambahan atau yang hidup dari dividen.

Faktanya, ternyata pembagian deviden itu, mempengaruhi nilai perusahaan dan harga sahamnya dari waktu ke waktu.

Konflik mendasar antara direktur perusahaan dan pemegang saham mengenai dividen, mirip dengan konflik antara anak dan orang tua mereka mengenai harta warisan. Anak-anak lebih memilih pembagian warisan secepat mungkin, dan sedangkan orang tua lebih memilih mengendalikan harta, supaya bisa dikelola, dan anak akan memperoleh dalam jumlah yang lebih ketika akan diwariskan.

Salah satu argumen kuat yang mendukung agar perusahaan membayar dividen, dimana seringkali perusahaan yang tidak membayar dividen memiliki histori yang buruk dalam menggunakan uang untuk serangkaian diversifikasi (akusisi) yang salah. Semakin banyak uang tunai yang terkumpul di kas perusahaan, semakin besar pula tekanan untuk membuang-buang uang, pokoknya direksi harus segera menggunakannya, jangan terlalu lama diam di rekening perusahaan.

Argumen lain yang mendukung perusahaan yang membayar dividen adalah, bahwa dengan adanya dividen, maka harga saham dapat dijaga agar tidak jatuh terlalu dalam, dibanding jika tidak ada dividen. Pada krisis 2008, perusahaan yang rutin membagi dividen tinggi bernasib lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak membayar dividen.

Ilustrasinya seperti ini, jika satu saham dijual seharga Rp 2.000, dengan dividen 200 per saham, akan menghasilkan imbal hasil atau dividen yield 10 persen. Dan ketika krisis, harga saham itu turun menjadi Rp 1.000, maka itu artinya dividen yield yang diterima oleh Investor tiba-tiba menjadi 20 persen. Jika investor yakin bahwa imbal hasil yang tinggi akan bertahan, maka mereka akan cenderung membeli saham tersebut lebih banyak lagi.

Sehingga tidak heran, perusahaan Blue chip dengan histori panjang rajin membagi dividen dan terus meningkat, adalah saham yang banyak diburu investor dalam krisis apa pun.

Namun ada argumen yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan kecil yang tidak membayar dividen kemungkinan besar akan tumbuh lebih cepat. Mereka menggunakan laba tahun-tahun sebelumnya, untuk ekspansi. Karena memang alasan perusahaan menerbitkan saham pertama kali (IPO) adalah agar bisa membiayai ekspansinya tanpa harus membebani diri dengan utang ke bank.

Ada juga investor yang lebih suka melihat perusahaan yang agresif, ekspansi, bertumbuh signifikan, agar harga pendapatan perusahaan cepat naik, nilai perusahaan naik, dan akhirnya harga sahamnya pun akan naik. Investor ini tidak berharap dari dividen, tapi dari keuntungan kenaikan harga saham (capital gain).

Maka dari itu, sebagai Investor, kita harus mampu melihat, apakah perusahaan yang akan kita beli sahamnya, termasuk perusahaan yang sudah stabil atau masih bertumbuh.

“Gajian investor saham sekali atau dua kali saja pertahun, ketika dividen masuk di rekening.” — Yossy Girsang, 2024

Berita terkait
Sejumlah Saham China Jatuh ke Titik Terendah dalam Lima Tahun Terakhir
Pasar melemah pada penjualan saham properti, yang juga tengah mengalami kemorosotan dalam penjualan real estat
7 Investor Saham Paling Terkenal di Dunia dan Strateginya
tak jarang mereka menciptakan strategi sendiri yang kemudian dicontek oleh investor-investor lainnya dari seluruh dunia.
Investor Harus Tahu, Ini Perbedaan Capital Gain dan Dividen
Keduanya sama-sama memberikan keuntungan kepada investor, tetapi tentu saja keduanya berbeda.
0
Saham yang Lebih Disukai Investor
Dan ketika krisis, harga saham itu turun menjadi Rp 1.000, maka itu artinya dividen yield yang diterima oleh Investor tiba-tiba menjadi 20 persen.