Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademidsi Universitas Gadjah Mada
Revolusi mental yang digaungkan Presiden Jokowi sejak 2014, bagi saya peribadi, hanyalah jargon-jargon politik tanpa makna. Karena, Presiden Jokowi tidak punya konsep yang jelas.
Banyak hal, atau banyak cara untuk melakukan revolusi mental.
Diskusi Senin pagi, 24 Juli 2024, dengan pengusaha kondang, Ketua Ikatan Alumni ITB (IAITB) dan saya, muncul istilah value creation.
Value creation adalah sebuah pemikiran dan upaya manusia untuk menjadikan sesuatu menjadi sebuah produk yang bernilai tinggi, untuk memperbaiki kesejahteraan dan kualitas/taraf hidup manusia.
Value creation adalah budaya atau mental dalam sebuah peradaban manusia yang bisa dikatakan teknologi.
Value creation bisa menjadi modal bagi Capres Ganjar Pranowo dalam membangun Indonesia ke depan.
Sistem ekonomi Pancasila adalah mass production dengan modus production of masses, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebuah sistem korporasi yang kewenangan dan tanggung jawabnya di-shared ke publik, gotong royong, bukan monopoli.
Implementasi value creation ini sangat luas, termasuk dunia pertanian. Memproses hasil pertanian menjadi sebuah produk atau produk turunan yang bernilai sangat tinggi, yang jelas akan mensejahterakan petani.
Hilirisasi logam nikel menjadi nickel base superalloy, sebagai material energi masadepan, adalah langkah cerdas.
Negara, dalam hal ini Pemerintah, harus hadir, dalam menciptakan kebijakan sebagai payung hukum bagi terbangunnya mental value creation, didukung oleh dunia riset dan industri.
Industri artinya bisnis, dan bisnis adalah sebuah sustainable development.
Value creation bisa menjadi modal bagi Capres Ganjar Pranowo dalam membangun Indonesia ke depan.
Value creation adalah revolusi mental. Ini bukan wacana atau jargon-jargon politik, suatu konsep dengan implementasi yang riil dan gamblang. Sebuah langkah cerdas dan sustain dalam membangun peradaban bangsa. []