Ratusan Ribu Warga Gunungkidul Kekurangan Air Bersih

akibat kekeringan, ratusan ribu warga Gunungkidul mengalami krisis air bersih.
Warga di Desa Karangawen, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul manfaatkan air telaga untuk penuhi kebutuhannya, Kamis 4 Juli 2019. (Foto: Tagar/Hidayat)

Gunungkidul - Warga kekurangan air bersih karena terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Gunungkidul telah dirasakan oleh ratusan ribu jiwa. Droping air bersih pun terus dilakukan, baik itu oleh pemerintah maupun bantuan dari swasta.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, Edi Basuki mengatakan, sampai saat ini jumlah jiwa yang mengalami kekurangan air bersih sekitar 117.976. Terbanyak ada di Kecamatan Girisubo yaitu 21.718 orang yang tersebar di delapan kecamatan.

"Berdasar data terakhir yang kami update, sementara ini ada sekitar 117.976 jiwa yang terdampak kekeringan. Penghitungan ini termasuk warga yang saluran air PDAM tidak lancar," katanya, kepada Tagar, Selasa, 9 Juli 2019.

Wilayah yang warganya terbanyak mengalami kekurangan air bersih yaitu di Kecamatan Paliyan dengan 16.978 orang tersebar di 6 desa. Kemudian di Purwosari ada 12.438 jiwa di 2 desa.

Sedangkan untuk Tepus ada 12.441 yang tersebar di lima desa. Sementara di Kecamatan Rongkop dirasakan oleh 9.922 jiwa. "Kecamatan Saptosari sekitar sembilan ribu jiwa," lanjut Edi.

Untuk mengurangi beban masyarakat, bantuan droping air bersih telah dilakukan sejak awal Juni lalu. 

Hingga 9 Juli 2019 BPBD Gunungkidul telah menyalurkan 484 tangki air bersih yang masing-masing tangki bermuatan sekitar lima ribu liter.

Terpisah, Camat Girisubo, Agus Riyanto pada hari yang sama mengatakan, selain dibantu Pemkab Gunungkidul, ada juga alokasi bantuan droping air bersih Pemerintah Kecamatan. Hingga November mendatang, telah dianggarkan bantuan 600 tangki air bersih. Sampai saat ini sudah sekitar 60 tangki air bersih yang disalurkan," ulasnya.

Tiap Tahun di Gunungkidul Selalu Kekurangan Air Bersih

Agus mengatakan, hampir setiap tahun warganya merasakan kekurangan air bersih saat musim kemarau. Sebagian besar masyarakatnya yang tak terjangkau saluran pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memanfaatkan air tadah hujan.

Air hujan ditampung di bak rumahnya, yang memuat ribuan liter. Ketika air itu habis, kemudian beralih memakai air telaga.

Agus mengatakan, upaya untuk mengantisipasi kekurangan air bersih setiap musim kemarau ini hanya bisa dilakukan dengan cara droping memakai tangki saja. Sebab jika ingin melakukan pembangunan perpipaan saluran air, membutuhkan dana yang tak sedikit.

Artikel lainnya: Gagal Panen, Tanaman Padi di Gunungkidul Untuk Ternak

Bahkan menurutnya, dana desa yang diberikan oleh pemerintah belum cukup bisa memenuhinya. Sebab kondisi geografi wilayahnya, jarak antar pemukiman cukup jauh dan medannya berupa perbukitan.

"Dana desa itu terbatas. Biasanya hanya cukup untuk memperbaiki jalan desa, atau untuk pembangunan talud. Jadi masih kurang," bebernya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengimbau agar warga tetap menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ketika memanfaatkan air telaga yang sudah berwarna keruh, jangan sampai digunakan untuk sikat gigi, mandi, memasak.

"Biasanya karena air sedikit, jadi dihemat penggunaannya. Terkadang kondisi air yang kotor atau jernih pun tetap digunakan. Seperti di telaga-telaga yang airnya mulai berwarna. Tetap berperilaku hidup bersih dan sehat. Mandi, sikat gigi, sayur dan buah dicuci di air bersih, masak air sampai matang, dan Buang Air Besar pada WC yang sehat," katanya.

Ia yakin pemerintah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam kondisi seperti ini. "Saya kira pemerintah sudah siap membantu menyediakan air bersih," paparnya. []

Artikel lainnya: Kekeringan di Gunungkidul, Warga Manfaatkan Air Telaga

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.