Gagal Panen, Tanaman Padi di Gunungkidul Untuk Ternak

Akibat kemarau panjang petadi di Gunungkidul menjadikan tanaman padinya untuk pakan ternak.
Tanaman padi di lahan yang digarap Andri, 30 tahun, warga Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang gagal panen.(Foto: Hidayat/Tagar)

Gunungkidul - Sebagian petani di Kabupaten Gunungkidul menjadikan tanaman padinya untuk pakan ternak. Karena dianggap sudah gagal panen, akibat kekurangan suplai air.

Salah seorang petani dari Dusun Ngawu, Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Andri, 30 tahun, mengatakan sebagian tanaman padi di lahan sawahnya sudah tak bisa diselamatkan.

"Gagal panen, tapi hanya sebagian saja. Nanti dikasih ke ternak sapi," katanya ditemui di lahan sawahnya di Playen, Jumat, 5 Juli 2019.

Andri menyebut padi gagal dipanen ini yang ditanam sekitar Maret lalu. Ia tak menyebut berapa kerugian akibat gagal panen ini, karena lahannya digarap bersama orang tuanya.

Petani lain, Subandi, 54 tahun, warga Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, mengatakan tanaman padi seluas kisaran seribu meter persegi juga mengalami gagal panen. "Tanamannya baru berusia dua bulan. Tumbuhnya kerdil dan tidak lebat," katanya.

Meski sudah mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk pupuk dan penyiraman, namun terpaksa tanaman padinya dipanen lebih awal. Untuk dijadikan sebagai pakan ternak.

Ini kekeringan terparah selama tiga tahun terakhir. Lahannya nanti akan diganti tanaman bawang dan tembakau, yang tidak terlalu membutuhkan air cukup banyak.

1.918 Hektar Lahan Gagal Panen di Sembilan Kecamatan

Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnubroto mengatakan, data terakhir yang didapat 1.918 hektar lahan padi yang mengalami gagal panen akibat kemarau datang lebih awal. "Sejak pertengahan April itu sudah tidak ada hujan sama sekali," katanya.

Artikel lainnya: Kekeringan di Gunungkidul, Warga Manfaatkan Air Telaga

Gagalnya panen padi itu tersebar di sembilan kecamatan, yaitu Ponjong, Girisubo, Patuk, Playen, Wonosari, Karangmojo, Semin, Ngawen, dan Gedangsari. "Paling banyak di Gedangsari ada 860 hektar," ujarnya.

Jumlah itu menurutnya puluhan kali lipat dibandingkan 2018 lalu, yang hanya 32 hektar saja yang gagal panen. Bambang menyebut kondisi ini karena dampak perubahan iklim yang dialami di Gunungkidul. "Hampir setiap tahun curah hujan di Gunungkidul itu menurun," tuturnya.

Bambang mengatakan, untuk 2010 dalam setahun hanya 126 hari saja di Gunungkidul mengalami hujan. Tahun selanjutnya menurun menjadi 109 hari. "Pada 2012 dan 2013 hanya 88 hari saja terjadi hujan," katanya.

Pada 2014 meningkat menjadi 103 hari. Kembali ada peningkatan saat 2015, yaitu 138 hari. Kemudian pada 2016 dan 2017 sebanyak 256 hari. "2018 turun 126 hari, dan 2019 ini hanya 74 hari saja," katanya.

Untuk mengantisipasi terulang pada tahun selanjutnya, pihaknya telah menugaskan penyuluh lapangan tiap kecamatan untuk mengikuti sekolah iklim di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta.

Supaya bisa mendampingi para petani untuk memprediksi cuaca, untuk memperkirakan waktu musim tanam. "Sudah kami tugaskan. Setiap kecamatan diwakili satu orang," katanya.

Selain itu pihaknya juga meminta bantuan benih cadangan ke Kementerian Pertanian untuk ditanam di lahan seluas 1.800 hektar. Surat permohonan bantuan itu telah disampaikannya dan akan dikawal juga oleh anggota DPRD Gunungkidul.

Bambang juga menyebut pihaknya telah menerima bantuan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 4.750 kilogram benih padi.

Artikel lainnya: Koruptor APBD Gunungkidul Akhirnya Pasrah Dibui

"Bantuan benih itu dalam proses kami salurkan kepada petani. Kami juga mengusulkan bantuan berupa pompa air ke Kementerian Pertanian," paparnya.

Upaya lain untuk menekan kerugian yang diderita petani, mulai pertengahan 2019 pihaknya melakukan sosialisasi program asuransi padi. Asuransi ini sebenarnya disediakan oleh pihak ketiga, namun pemerintah memberikan bantuan subsidi pembayaran.

Subsidi dari pemerintah kisaran Rp 144 ribu untuk asuransi tanaman padi seluas satu hektar. Kemudian untuk petani, hanya tinggal membayar Rp 36 ribu saja.

Ketika mengalami gagal panen karena faktor cuaca, maka akan diganti sebesar Rp 6 juta per satu hektarnya. "Sekarang baru mulai sosialisasi, harapan kami tahun depan bisa dimulai asuransi ini," tutup Bambang. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.