Ratusan Hektare Sawah di Dairi Beralih Fungsi

Dampak banjir bandang pada Desember 2018 lalu, ratusan hektare areal persawahan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara beralih fungsi.
Areal persawahan di Desa Lae Ambat Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, mengering dampak banjir bandang tahun 2018, Rabu 24 Juni 2020 (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

Dairi - Dampak banjir bandang pada Desember 2018 lalu, ratusan hektare areal persawahan di Desa Sumbari, Lae Panginuman, Lae Pangaroan, dan Desa Lae Ambat, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara beralih fungsi.

Kerusakan lahan dan irigasi akibat banjir bandang itu belum ditangani dengan sempurna. Dampaknya areal persawahan tidak dapat lagi ditanami padi.

Masyarakat mengganti dengan tanaman jagung. Beras kebutuhan warga terpaksa dibeli dari luar daerah. Berbeda dengan sebelumnya daerah itu termasuk pengekspor beras.

Dedi Hasibuan, petani warga Desa Lae Ambat ditemui Rabu, 24 Juni 2020 menjelaskan, banjir bandang di Desa Bongkaras dan Longkotan dua tahun lalu memporakporandakan jaringan air bersih, selain irigasi dan areal persawahan.

Dibenarkan, telah ada perbaikan irigasi yang dilakukan. Namun, porsinya sangat kecil di banding kebutuhan.

Warga lain, Basten Tambunan dan Hasudungan Sirait menandaskan, kebutuhan prioritas petani adalah tersedianya irigasi, sehingga areal sawah dapat ditanami kembali dengan padi. Masyarakat lebih mengutamakan ketahanan pangan.

“Bagi kami lebih berharga 10 karung beras di banding 100 karung jagung. Andaikan di masa wabah covid ini pasokan beras berhenti, entah bagaimana nasib rakyat,” kata Tambunan.

Mana yang bisa ditangani, itulah dulu dikerjakan. Kalau seluruhnya dinormalisasi, agaknya berat

Ditambahkan, dulunya penduduk di desa meraka tidak pernah membeli beras. Malah menjual. Kini pengeluaran keluarga banyak membelanjakan bahan pokok tersebut. “Kami berharap irigasi dibenahi,” imbuh Sirait.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Dairi, Sahala Tua Manik mengatakan, sulit menormalisasi lahan pertanian dimaksud. Aliran sungai juga telah pindah dan lahan banyak tertimbun material batuan.

Dia menyebut pengkajian telah dilakukan. Kesimpulan sementara dibutuhkan anggaran sangat besar. Permohonan dana telah disampaikan ke pemerintah pusat dan provinsi. Sebagian anggaran juga dialokasikan di APBD kabupaten.

"Mana yang bisa ditangani, itulah dulu dikerjakan. Kalau seluruhnya dinormalisasi, agaknya berat," kata Manik.

Diberitakan Tagar sebelumnya, perwakilan masyarakat Desa Bongkaras dan Longkotan, bersama aliansi NGO Dairi terdiri dari Pesada, Petrasa dan YPDK juga telah melakukan audiensi ke Bupati Dairi, Eddy Kelleng Ate Berutu.

Dalam audiensi itu mereka meminta normalisasi sungai dan perbaikan sawah dimaksud. Saat itu mereka juga menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19 harga beberapa komoditi pertanian mereka seperti gambir, jeruk purut, cabai dan jagung, cenderung menurun.[]

Berita terkait
Banjir Bandang Terjang Dairi, 7 Orang Dinyatakan Hilang
Banjir bandang menerjang tiga desa di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Selasa (18/12) sekitar pukul 17.00 Wib.
Normalisasi Sawah Warga Dairi Gagal Akibat Covid-19
Pasca banjir bandang di dua desa di Kabupaten Dairi, akhir Desember 2018 lalu, sekitar 37,52 hektare sawah tidak dapat difungsikan lagi.
Warga Dairi Tolak Perusahan yang Merusak Danau Toba
Masyarakat di Kabupaten Dairi menolak kehadiran PT Gruti di wilayah mereka, karena berpotensi mencaplok lahan dan kelestarian Danau Toba.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi