Pusat Keamanan Siber Inggris Sebut Deepfake dan Kecerdasan Buatan Ancam Pemilu

Serangan siber yang dilakukan oleh negara-negara yang bermusuhan serta proksi mereka semakin menjamur dan semakin sulit dilacak
Sesorang melihat video yang dimanipulasi, pada 24 Januari 2019, yang mengubah perkataan mantan Presiden Donald Trump dan mantan Presiden Barack Obama, yang menggambarkan bagaimana teknologi “deepfake” dapat menipu pemirsa. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

TAGAR.id – Badan keamanan siber Inggris pada Selasa (14/11-2023) mengatakan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menimbulkan ancaman terhadap pemilu nasional berikutnya di negara itu, dan serangan siber yang dilakukan oleh negara-negara yang bermusuhan serta proksi mereka semakin menjamur dan semakin sulit dilacak.

Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) mengatakan “tahun ini kita melihat munculnya aktor-aktor terkait negara (asing) sebagai ancaman siber baru terhadap infrastruktur nasional yang penting” seperti listrik, air, dan jaringan internet.

NCSC – yang merupakan bagian dari badan spionase siber Inggris, GCHQ – mengatakan dalam evaluasi tahunannya bahwa tahun lalu juga telah “muncul kelompok musuh siber baru dalam bentuk aktor-aktor yang berafiliasi pada negara asing, yang seringkali bersimpati pada invasi lebih lanjut Rusia terhadap Ukraina. Mereka termotivasi secara ideologis, bukan finansial.”

NCSC mengungkapkan, negara-negara dan kelompok-kelompok tersebut menimbulkan “ancaman yang bertahan lama dan signifikan,” mulai dari penjahat berbahasa Rusia yang menarget perusahaan-perusahaan Inggris dengan serangan ransomware, hingga “aktor siber yang berafiliasi dengan negara Tiongkok” yang menggunakan keterampilan mereka untuk mengejar “tujuan strategis yang mengancam keamanan dan stabilitas kepentingan Inggris.”

Associate professor ilmu komputerAssociate professor ilmu komputer di University of Southern California, AS, Hao Li, memamerkan video \'deepfake\' dengan mantan Perdana Menteri Inggris, Theresa May, selama pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) ke-50 di Davos, Swiss, 22 Januari 2020. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Menggaungkan peringatan dari badan intelijen MI5 dan MI6 Inggris, NCSC menyebut bangkitnya China sebagai negara adidaya teknologi “sebuah tantangan yang menentukan zaman bagi keamanan Inggris.” “China bisa menjadi kekuatan utama di dunia maya jika upaya kita untuk meningkatkan ketahanan dan mengembangkan kemampuan tidak bisa mengimbanginya,” katanya.

Laporan ini juga menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi kecerdasan yang berkembang pesat terhadap pemilu, termasuk pemilu nasional di Inggris yang akan diselenggarakan pada bulan Januari 2025.

Walaupun Ingris masih menggunakan metode pemungutan suara cara kuno -- yaitu dengan pensil dan kertas -- yang menyulitkan peretas untuk mengganggu pemungutan suara, NCSC mengatakan bahwa video palsu (deepfake video) dan “robot hiper-realistis” akan membuat penyebaran disinformasi selama kampanye menjadi lebih mudah. (ab/ka)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Asosiasi Media Rilis Panduan Aplikasi Kecerdasan Buatan dalam Jurnalisme
Pemimpin redaksi Rappler dan sekaligus pemenang Nobel Perdamaian asal Filipina, Maria Ressa, termasuk anggota komite
Semakin Sulit Mengungkap Manipulasi Deepfake
Sejalan dengan makin majunya teknologi, manipulasi foto atau video juga makin canggih, sehingga makin sulit diungkap
0
Pusat Keamanan Siber Inggris Sebut Deepfake dan Kecerdasan Buatan Ancam Pemilu
Serangan siber yang dilakukan oleh negara-negara yang bermusuhan serta proksi mereka semakin menjamur dan semakin sulit dilacak