Pucuk Pinus Saksi Refleksi Kemerdekaan di Bantaeng

Puluhan pemuda yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Uluere, di Kabupaten Bantaeng, menggelar kegiatan arak bendera di hutan pinus.
Bendera sepanjang 75 meter yang diarak sejauh dua kilometer oleh Aliansi Pemuda Uluere pada hari kemerdekaan RI, Senin, 17 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Pucuk-pucuk pohon pinus di kawasan Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, seperti sengaja menggoda puluhan manusia di bawahnya. Meliuk-liuk manja, bercanda bersama angin.

Di bawah pucuk-pucuk pinus itu, puluhan tenda warna-warni terpasang, memberi nuansa berbeda dengan alam di sekitarnya.

Suasana di lokasi dengan ketinggian sekitar seribu meter dari permukaan laut itu tiba-tiba berubah. Tempat yang pada hari-hari biasa hanya dikunjungi segelintir orang, hari itu dipenuhi dengan manusia.

Para pengunjung di situ hadir untuk meluapkan kegembiraan menyambut hari ulang tahun (HUT) ke-75 kemerdekaan republik ini.

Kain berwarna merah dan putih yang berjejer di sepanjang jalan, seperti dipasang untuk menyambut kedatangan para pengunjung menuju lokasi itu, tempat pelaksanaan kegiatan arak bendera yang digelar oleh Aliansi Pemuda Uluere pada Senin 17 Agustus 2020.

Diawali Refleksi Kemerdekaan

Puluhan tenda yang didirikan di hutan pinus tersebut, mayoritas diisi oleh anggota komunitas Aliansi Pemuda Uluere, meski tidak sedikit juga yang bukan merupakan anggota komunitas.

Sehari sebelum kegiatan Arak Bendera dilaksanakan, mereka sudah tiba di situ, ditemani dinginnya suhu udara pegunungan dan butiran embun pada keesokan paginya.

Sore itu, bersama kabut tipis yang perlahan merangkak menyusuri sisi sisi lembah desa Bonto Lojong. Setiap dari mereka yang terlibat dalam kegiatan sibuk dengan urusan masing-masing.

Ada yang masih berbenah dengan tendanya, ada yang terlihat merapikan panggung untuk acara malam puncak, ada kelompok penari yang sedang gladi. Para penari terdiri dari lima laki-laki. Gerakan spontan dan gemulai diiringi musik dari pengeras suara.

Beberapa orang lainnya terlihat menyeruput kopi sambil menikmati pemandangan menuju senja itu.

Mereka menyiapkan diri untuk kegiatan malam Refleksi Kemerdekaan, yang dilaksanakan Minggu malam, 16 Agustus 2020.

Sebelum refleksi itu, sudah digelar beberapa berupa perlombaan yang merupakan rangkaian kegiatan. Agenda dibuka dengan perlombaan lari karung. Pesertanya hanya segelintir karena panitia membatasi jumlahnya.

Saat malam perlahan merangkak turun, kegelapan mulai menemani seluruh peserta di situ. Satu persatu pelita kecil dan sebuah lampu sorot terang dinyalakan. Sepi yang tadimenemani, perlahan pergi kembali, berganti riuh sorai para peserta kemah.

Cerita Arak Bendera di Bantaeng 2Suasana perkemahan peserta di Hutan Pinus Rombeng 2, Desa Bonto Lojong Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, Minggu, 16 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka).

Satu persatu acara hiburan dipentaskan. Mulai dari tarian dan musikalisasi puisi. Nada lantang pembaca puisi memadu padan dengan pucuk-pucuk pinus yang perlahan bergesekan akibat angin malam yang kencang.

Sampai pada acara inti malam itu, dialog kebangsaan. Beberapa tokoh hadir menjadi pemateri. Mulai dari Sulhan Yusuf, CEO Boetta Ilmu; Rahman Ramlan, Direktur Bonthain Institute; Muhammad Nurfajri,Direktur PDAM Bantaeng yang memang saban kali membagi waktu berdiskusi lepas dengan pemuda pemudi.

Ada juga si cantik, Atte Sherniliya Maladevi, penulis asal Bantaeng; Kepala Dinas PMD PP dan PA, Harmoni; dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, Subhan.

Rahman Ramlan, menjelaskan, ada tiga garis besar yang menjadi bagian diskusi malam itu. Ketiganya merupakan hal krusial yang merupakan tujuan kegiatan.

"Tiga hal mulai dari capaian setahun terakhir dan apa yang akan dilakukan berikutnya," katanya..

Yang pertama adalah melakukan tinjauan ulang pada aktivitas setahun terakhir. Apa sudah maksimal berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara. Atau masih banyak rencana yang belum direalisasi.

Sementara, pencetus berdirinya komunitas Serambi Baca Tau Macca, Abi, menjelaskan tentang perbedaan kegiatan arak bendera tahun dan tahun sebelumnya. Sebab tahun ini digelar di tengah pandemi Covid-19.

Tahun sebelumnya kelompok masyarakat ini mengarak bendera dari desanya yang berada di ketinggian 1000 meter dari permukaan laut (mdpl) hingga ke kota Bantaeng. Tepatnya sejauh lebih dari 20 kilometer, berjalan kaki dari dataran tinggi kabupaten Butta Toa, menuju sisi pantai Seruni di kota kecamatan. Sayangnya momen itu tak bisa terulang lagi.

"Kegiatan arak bendera kali ini cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini kegiatan dilaksanakan di masa pandemi yang mengharuskan kita mengikuti protokol kesehatan," ucap Abi

Meski demikian, semangat nasionalisme tak surut meski berada dalam kondisi pandemi yang mengharuskan segala aktivitas penuh dengan keterbatasan.

Kita tetap optimis bahwa peringatan hari kemerdekaan RI yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya tidak akan menyurutkan spirit kemerdekaan sebagai generasi bangsa yang kuat dalam kondisi apapun.

Sementara, Nurfajri menjelaskan bahwa sekecil dan sesederhana apa pun kegiatan positif yang dilakukan oleh masyarakat, akan berarti bagi bangsa ini.

"Bahwasanya setiap individu, bangsa di Indonesia harus punya waktu. Cara untuk kemudian berbuat untuk kebaikan bangsa ini. Sesederhana apapun, sekecil apapun itu sangat berarti bagi bangsa. Bangsa ini butuh aksi, butuh kepedulian," kata Nurfajri yang kerap disapa Juju.

Dia mencontohkan hal kecil yang bisa dilakukan oleh semua orang di masa pandemic seperti saat ini, yakni saling mengingatkan protokol-protokol kesehatan. Sebab tidak ada yang tahu kapan pandemi ini berakhir.

Hal-hal demikian adalah contoh kecil upaya patriotis saat ini. Dengan membantu pemerintah mengentaskan virus-virus, musuh yang tak terlihat mata telanjang.

Pada dasarnya, hal itu dilakukan bukan sekadar untuk melindungu diri sendiri dari ancaman virus. Tapi, agar perputaran kehidupan normal yang butuh untuk bekerja dan beraktivitas di luar rumah tetap dijalankan.

Cerita Arak Bendera di Bantaeng 3Spanduk panggung bertuliskan tema kegiatan malam dialog kebangsaan di Hutan Pinus Rombeng 2, Desa Bonto Lojong Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, Minggu, 16 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Fitriano Aulia Rizka)

Malam semakin larut, seiring dingin yang tanpa ampun menembus hingga ke tulang. Namun para peserta diskusi tak jua beranjak dari tempatnya masing-masing. Ya, dingin tidak mampu mengalahkan dan memaksa mereka menghentikan pembahasan tentang kemerdekaan.

Gelora semangat membakar dingin, setiap hati dan kata saling menguatkan. Esok adalah peringatan hari besar. Hari kemerdekaan bangsa Indonesia.

Upacara Bendera

Pagi itu, Senin, 17 Agustus 2020, merupakan puncak dari serangkaian kegiatan yang telah digelar. Seluruh peserta akan melaksanakan upacara bendera.

Dingin masih juga belum beranjak dari tempat itu saat para peserta bersiap melaksanakan kegiatan puncak. Rerumputan pun masih basah oleh tetesan embun. Kehangatan sinar matahari belum mampu menghapusnya.

Para peserta mulai berkumpul, bendera sepanjang 75 meter pun telah disiapkan. Bendera itu akan diarak sejauh kurang lebih dua kilometer untuk dibentangkan di salah satu sisi Hutan Pinus Rombeng 2, sebelum upacara dimulai.

Meski cukup lelah setelah beragam kegiatan pada hari sebelumnya, semangat para peserta tampak jelas dari raut wajah dan mantapnya pijakan kaki mereka saat melangkah mengarak bendera itu. Semangat mereka jauh lebiiih tinggi dari tempat pucuk-pucuk pinus itu berdiri.

Upacara berlangsung hidmat. Lokasi pelaksanaan upacara yang jauh dari kebisingan kota seperti mendukung mereka merenung dan merefleksikan kemerdekaan. Kegiatan pun berakhir. []

Berita terkait
Rasa dan Ketelitian Dalam Secangkir Kopi Bantaeng
Unuk mendapatkan rasa kopi yang nikmat, dibutuhkan perasaan dan ketelitian, khususnya dalam proses sangrai atau roasting dan penyeduhan.
Cita dan Cerita Pak Tua Penjual Piscok di Aceh
Seorang pedagang pisang cokelat di Aceh Tamiang bercita-cita untuk membeli sepeda motor, agar dia tidak lagi bersepeda saat menjual.
Harapan Ayah Korban Perkosaan di Aceh Nyaris Pupus
Sudah hampir dua tahun Amin berjuang mencari keadilan untuk anak gadisnya yang diperkosa oleh kenalan di media sosial.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.