Profil Xanana Gusmao, Sahabat BJ Habibie

Jakarta - Xanana Gusamao yang bernama asli Kay Rala Xanana Gusmao lahir di Laleia, Manatuto, Timor Portugis pada 20 Juni 1946. Dia merupakan eks gerilyawan yang kemudian menjabat Presiden Timor Leste pertama setelah merdeka dari Indonesia pada 20 Mei 2002-20 Mei 2007.

Setelah itu, Xanana menduduki jabatan Perdana Menteri Timor Leste tepatnya pada 8 Agustus 2007-6 Februari 2015. Kemudian dia mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena perombakan pemerintahan yang hendak merampingkan kabinet. 

Dia digantikan Rui Maria de Araujo, mantan Menteri Kesehatan dan seorang dokter alumnus Selandia Baru. 

Demi pengabdiannya kepada negeri, Xanana tidak sungkan untuk menjabat sebagai Menteri Perencanaan dan Investasi pada kabinet Pemerintah Konstitusional ke-6, sejak 16 Februari 2016.

Sebelum menjadi gerilyawan, Xanana adalah seorang pemain sepak bola dan wartawan, namun kemudian bergabung dengan para pejuang Timor Leste melawan pemerintahan Indonesia.

Bersama Xanana Gusmao dan Fernando de Araujo di samping sel 2A yang banyak ditumbuhi pohon tebu, ketela, dan talas. (Foto: Dok. Petrus Hariyanto)

Xanana ikut berperang dengan senjata di hutan dan pegunungan di sana, hampir 20 tahun lamanya dia bergerilya. Kemudian dia memimpin pasukan gerilya hingga ditangkap pada 20 November 1992. Dia tertangkap saat sedang tertidur.

Xanana sempat mendekam selama tujuh tahun di Rumah Tahanan (Rutan) Cipinang, Jakarta, hingga dibebaskan pada 7 September 1999 oleh pemerintah Indonesia yang saat itu dipimpin Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

Tahun 1974, Xanana bergabung dengan Fretilin dan menjadi pemimpin Falintil tahun 1978. Tahun 1987, hingga memutuskan keluar dari Fretilin dan membentuk Dewan Pertahanan Nasional rakyat Maubere (CNRM). 

Xanana menganggap dengan organisasi baru ini dapat merangkul semua pihak termasuk gereja untuk menghindari kesan perjuangan kemerdekaan hanya dilakukan Fretilin. 

Pada 1998, Xanana mengubah CNRM menjadi CNRT (Dewan Pertahanan Nasional Rakyat Timor) untuk mendapatkan pengakuan internasional di Pinichi (Portugal).

Namun, namanya sempat meredup ketika UNTAET mengambil alih wewenang sementara di Timor Leste pada 26 Oktober 1999 dan baru mencuat kembali menjelang pemilu presiden. Setelah Timor Leste merdeka pada 20 Mei 2002, dia terpilih menjadi presiden.

Para Napol Cipinang sedang berpose sebelum pertandingan sepakbola persahabatan, sekitar Tahun 1997. Berdiri ada napi kriminal, Yokobus Eko Kurniawan, Kolonel A. Latief, Ken Budha Kusuma Ndaru, Asep Suryaman, Sri Bintang Pamungkas, Petrus Hariyanto (penulis), Anom Astika, Bungkus, Wimanjaya Litohe, napi kriminal, Fauzi Isman, selanjutnya semua napi kriminal. Duduk antara lain; napi kriminal, Andi Saputra, Putut Ariantoko, napi kriminal, Xanana Gusmao, Wilson, Ignatius Pranowo, Yakub Rumbiak, Nuku Sulaiman, Suroso, dan selebihnya napi kriminal. (Foto: Dok. Petrus Hariyanto)

Pada Maret 2006, 691 prajurit Timor Leste dipecat atas tuduhan melakukan desersi. Hal ini menimbulkan gejolak politik yang hebat, sehingga Xanana mengambil alih kendali pemerintahan. 

Kharismanya sebagai pemimpin perjuangan rakyat Timor Leste cukup berhasil menenangkan para pemberontak, meskipun sebelumnya ia terpaksa harus mengundang pasukan-pasukan asing dari Australia, Selandia Baru, dan Malaysia untuk membantunya meredam para pasukan pemberontak.

Perdana Menteri Mari Alkatiri dituding banyak berperan dalam pemecatan para prajurit Timor Leste. Karena itu, pada Juni 2006 Xanana mendesak agar Alkatiri mengundurkan diri. 

Para narapidana politik, termasuk Budiman Sudjatmiko dan Xanana Gusmao, bersama pembezuk berselfie ria di ruang besukan. (Foto: Dok. Petrus Hariyanto)

Setelah sebelumnya bersikeras tidak akan mundur, Alkatiri akhirnya menyerah dan mengumumkan pada 26 Juni 2006, bahwa dia mengundurkan diri dari jabatannya. 

Sehari sebelumnya Jose Ramos Horta menyatakan tidak mau ambil bagian dalam kabinet Alkatiri serta melepaskan kedudukannya sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan. 

Selain Ramos Horta, tujuh anggota kabinet lainnya di bawah Alkatiri pun menyatakan siap mundur.

Karier

1. Panglima Falintil (1981-1992)
2. Panglima Falintil (1999-2000)
3. Presiden Timor Leste (2002-2007)
4. Perdana Menteri Timor Leste (2007-2015)
5. Menteri Pertahanan dan Keamanan, Kabinet Pemerintah Konstitusional Keempat (2007-2012)
6. Menteri Pertahanan dan Keamanan, Kabinet Pemerintah Konstitusional Kelima (2012-2015)
7. Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis, Kabinet Pemerintah Konstitusional Keenam (2015-sekarang)

Penghargaan

1. Pada 1999 Gusmao dianugerahi Penghargaan Sakharov untuk Kebebasan Pemikiran.
2. Pada 2000 ia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Sydney karena menjadi "Pemimpin yang berani dan berpendirian kuat untuk kemerdekaan rakyat Timor Timur".
3. Pada 2000 Gusmao dianugerahi Penghargaan Perdamaian Kwangju (Korea Selatan)
4. Pada 2002 ia dianugerahi Penghargaan North-South Prize, North-South Observatory (Uni Eropa)
5. Pada 2002 ia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Prix Felix Houphouet-Boigny (UNESCO)
6. Pada 2002 ia dianugerahi Penghargaan Prize of the Children "Honorary Adult Friend", Swedia
7. Pada 2003 Gusmao dianugerahi Penghargaan Jalan untuk Perdamaian, Fundacao Caminho para a Paz
8. Pada 2003 Gusmao dianugerahi Penghargaan "Leadership with Integrity" International Herald Tribune
9. Pada 2003 ia dianugerahi Penghargaan " Bintang Asia" Business Week. []